Tafsir
Pada ayat yang lalu Allah menyebutkan ancaman yang ditujukan kepada orang-orang yang durhaka. Selanjutnya Allah menjelaskan kisah Nabi Hud dan kaumnya yang membuktikan kebenaran ancaman Allah itu. Kisah tersebut merupakan peringatan bahwa ancaman Allah itu benar-benar terjadi. Dan ingatlah, wahai Nabi Muhammad, dan berilah peringatan kepada kaummu agar mengambil pelajaran pada kisah Nabi Hud yaitu saudara sesuku kaum ‘Ad, yaitu ketika dia mengingatkan kaumnya yang bertempat tinggal di bukit-bukit pasir yang terletak di negeri Yaman, dan ketahuilah sesungguhnya telah berlalu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya seperti Nabi Nuh, Nabi Syis dan lainnya dan setelahnya datang pula pemberi peringatan seperti Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Mereka menyeru kaumnya, “Janganlah kamu menyembah selain Allah. Aku sungguh khawatir jika kamu menyembah selain Allah nanti kamu ditimpa azab yang sangat pedih pada hari yang besar yang menggentarkan setiap manusia, yaitu hari Kiamat."
Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik Mekah kisah Nabi Hud yang berasal dari kaum Ad, ketika ia memperingatkan kepada kaumnya yang berdomisili di Ahqaf itu akan azab Tuhan. Allah menjelaskan bahwa mengutus para rasul dan nabi kepada kaumnya masing-masing adalah suatu hal yang biasa, dan sudah menjadi sunatullah.
Sebelum Nabi Hud, Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi yang memberi peringatan kepada kaum mereka masing-masing, begitu pula sesudahnya. Nabi Hud menyeru kaum agar tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan mereka, yang memberi rezeki sehingga mereka dapat hidup dengan rezeki itu dan menjaga kelangsungan hidup. Hendaklah mereka takut akan malapetaka yang akan menimpa nanti akibat kedurhakaan itu. Di akhirat nanti mereka akan mendapat azab yang pedih.
Keadaan pada hari Kiamat itu diterangkan pada firman Allah:
Sungguh, pada hari keputusan (hari Kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya, (yaitu) pada hari (ketika) seorang teman sama sekali tidak dapat memberi manfaat kepada teman lainnya dan mereka tidak akan mendapat pertolongan. (ad-Dukhan/44: 40-41)
Al-Ahqaf berarti bukit-bukit pasir. Kemudian nama itu dijadikan nama sebuah daerah yang terletak antara negeri Oman dan Mahrah. Daerah itu dinamai demikian oleh kaum Ad. Sekarang daerah itu terkenal dengan nama Sahara al-Ahqaf, dan termasuk salah satu daerah yang menjadi wilayah Kerajaan Saudi Arabia bagian selatan. Daerah itu terletak di sebelah utara Hadramaut, sebelah timur dibatasi oleh laut Yaman, dan sebelah selatan berbatasan dengan Nejed.
Semula kaum Ad menganut agama yang berdasarkan tauhid. Setelah berlalu beberapa generasi, kepercayaan tauhid itu dimasuki unsur-unsur syirik, dimulai dengan penghormatan kepada pembesar-pembesar dan pahlawan mereka yang telah meninggal dunia, dengan membuatkan patung-patungnya. Lama-kelamaan, pemberian penghormatan ini berubah menjadi pemberian penghormatan kepada patung, yang akhirnya berubah menjadi penyembahan kepada dewa, dengan arti bahwa pembesar dan pahlawan yang telah meninggal mereka anggap sebagai dewa. Untuk mengembalikan mereka kepada agama yang benar yaitu agama tauhid, Allah mengutus seorang rasul yang diangkat dari keluarga mereka sendiri, yaitu Nabi Hud. Hud menyeru mereka agar kembali kepada kepercayaan yang benar, yaitu kepercayaan tauhid, dengan hanya menyembah Allah semata, tidak lagi mempersekutukan-Nya dengan tuhan-tuhan yang lain.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Ahqaf
Surat Al Ahqaaf terdiri dari 35 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Jaatsiyah. Dinamai
Al Ahqaaf (bukit-bukit pasir) dari perkataan
Al Ahqaaf yang terdapat pada ayat 21 surat ini.
Dalam ayat tersebut dan ayat-ayat sesudahnya diterangkan bahwa Nabi Hud a.s. telah menyampaikan risalahnya kepada kaumnya di
Al Ahqaaf yang sekarang dikenal dengan Ar Rab'ul Khaali, tetapi kaumnya tetap ingkar sekalipun mereka telah diberi peringatan pula oleh rasul-rasul yang sebelumnya. Akhirnya Allah menghancurkan mereka dengan tiupan angin kencang. Hal ini adalah sebagai isyarat dari Allah kepada kaum musyrikin Quraisy bahwa mereka akan dihancurkan bila mereka tidak mengindahkan seruan Rasul.