LANGIT7.ID, Jakarta - Masyarakat Riau dikenal memiliki tingkat religius yang tinggi. Fakta itu mendorong Bank Indonesia (BI) Riau merancang strategi mengembangkan ekonomi syariah berbasis pesantren di daerah kaya minyak itu.
Deputi Kepala BI Riau, Teguh Setiadi mengatakan, pihaknya mendorong beberapa pondok pesantren di Riau bisa meningkatkan kemandirian mereka. Tujuannya, pondok pesantren tidak hanya berjalan di atas dakwah, tapi juga bisa berjalan di atas kaki sendiri dari sisi financial.
“Di sini kami coba mengangkat Riau, syukur-syukur bisa menjadi leading dalam perkembangan ekonomi syariah, salah satunya lewat pondok pesantren,” ujar Teguh, dalam Webinar Peningkatan Citra Nilai Produk Turunan Kelapa Sawit Melalui Tindak Lanjut Pengembangan Potensi Santripreuneur Berbasis UKMK Sawit di Wilayah Riau, Rabu (28/7).
Teguh mengaku memang tidak semua pesantren yang menyambut baik jalinan kerja sama dari BI. Namun, beberapa di antaranya sudah bersedia, dan menyambut dengan antusias, termasuk dalam hal pengembangan ekonomi syariah.
“Mudah-mudahan ini bisa menunjukkan sebuah implementasi dalam mengembangkan syariah,” ujarnya.
Terlebih, lanjut Teguh, saat ini program Santripreuneuer berbasis usaha kecil, menengah, dan koperasi (UKMK), sawit semakin menunjukkan sinerginya. Ia berharap adanya implementasi konkret yang dihasilkan dari UKMK Sawit di Riau.
Perkebunan sawit memiliki peran penting dalam perekonomian Riau. Ada 87 persen masyarakat Riau berkeja di perkebunan sawit.
“Jadi perkebunan sawit tidak hanya ekonomi tapi kesejahteraan masyarakat Riau. Jangan sampai ekonomi tinggi tapi masyarakt tidak sejahtera,” ujarnya.
Saat ini, Riau masih menghasilkan produk sawit berupa non material, sehingga dianggap belum mampu untuk memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya petani sawit di Riau. Dalam hal ini diperlukan turunan dari produk sawit yang diharapkan mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat yang terlibat di dalamnya.
“Jadi segera tingkatkan turunan produk sawit sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Saat ini Riau masih menghasilkan produk bahan mentah dari sawit, perlu adanya produk turunan sebagai nilai tambah dari produk sawit itu sendiri,” imbuhnya.
(zul)