LANGIT7.ID, Singapura - Pandemi COVID-19 sangat berdampak pada industri penerbangan di Indonesia. Sebelum pandemi pada 2019, jumlah penumpang pesawat sudah mencapai 117 juta orang per tahun. Kemudian, pada 2020 menurun menjadi 43 juta orang per tahun dan pada 2021 kembali menurun menjadi 35 juta orang per tahun.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut pemulihan industri penerbangan di sejumlah negara akan terjadi. Namun, waktu dan kecepatan pemulihannya akan berbeda-beda tergantung dari karakteristik wilayah geografis dan juga kebijakan masing-masing negara.
"Saya optimis industri penerbangan di Indonesia akan kembali bangkit dalam waktu dekat. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat membutuhkan konektivitas melalui angkutan udara," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam diskusi panel di Singapura, Selasa (17/5/2022).
Baca Juga: Garuda Indonesia Ajukan Perpanjangan PKPU Selama 30 Hari
Pihaknya memprediksi pada 2022 ini, diprediksi akan kembali meningkat menjadi 78 juta orang per tahun. Ada sejumlah indikator yang membuat Menhub optimis industri penerbangan nasional akan segera bangkit. Di antaranya yakni 70 persen penumpang angkutan udara adalah penumpang domestik, tingkat vaksinasi yang tinggi, penurunan kasus COVID-19, pelonggaran pembatasan perjalanan, dan permintaan masyarakat yang mulai meningkat terhadap angkutan udara.
Menurut dia, masa mudik tahun ini, menjadi momentum kebangkitan dari industri penerbangan nasional setelah sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19. Dimana, pada tahun ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk membolehkan kembali kegiatan mudik.
Menhub menjelaskan, mudik tahun ini menjadi sebuah tantangan, yaitu bagaimana melayani tingginya permintaan masyarakat untuk melakukan perjalanan, di tengah menurunnya jumlah armada pesawat yang beroperasi dari sebelumnya 550 pesawat, kini hanya sekitar 350 pesawat.
"Kami perlu berpikir
out of the box untuk menghasilkan skenario terbaik mudik yaitu perjalanan yang selamat, dan meminimalkan ketidaknyamanan yang terjadi," tuturnya.
Sejumlah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang pesawat diantaranya yakni: mengoptimalkan operasional pesawat (dari sehari 5 kali menjadi 8 kali
take off landing), memanfaatkan pesawat berbadan lebar untuk penerbangan domestik pada rute-rute gemuk, meningkatkan jam operasional bandara dan pelayanan navigasi udara (hingga 18 sampai 24 jam), dan memastikan aspek keselamatan terpenuhi dengan melakukan
ramp check pesawat, dan pemeriksaan kesehatan personel penerbangan.
Selain itu, sejumlah stimulus diberikan pemerintah untuk mendukung industri penerbangan, misalnya memberikan stimulus untuk fasilitas navigasi kalibrasi penerbangan di 44 bandara dan 100 fasilitas navigasi udara, memberikan subsidi berupa
Public Service Obligation (PSO) kepada 168 bandara, dan bantuan keuangan lainnya berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) melalui pinjaman dan hibah luar negeri, serta pemberian relaksasi pembayaran PNBP.
Berdasarkan data, pergerakan penumpang angkutan udara pada masa mudik tahun ini mencatatkan angka tertinggi selama masa pandemi dan hampir mendekati masa sebelum pandemi. Tercatat, dari data Traveler 2022, pada masa mudik sebanyak 2,9 juta pergerakan penumpang atau 82 persen dari jumlah pemudik 2019 sebelum pandemi.
Baca Juga: Kemenag dan Garuda Sepakat Terbangkan Jemaah Haji dari 9 Embarkasi
"Ini juga menunjukkan optimalisasi utilitas armada pesawat telah efektif dilakukan untuk melayani lonjakan penumpang," kata Menhub.
Ia berharap, tingginya permintaan penumpang pada saat mudik akan terus berlanjut, sehingga menjadi titik balik kebangkitan industri penerbangan nasional.
"Saya berharap, cerita yang kami sampaikan dalam forum ini, dapat bermanfaat bagi sejumlah negara dalam rangka membangkitkan kembali industri penerbangannya," ucap Menhub.
(jqf)