LANGIT7.ID, Jakarta - Qonita Kurnia Anjani,
muslimah alumnus Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin berhasil mengharumkan nama baik pelajar Indonesia. Dia mampu meraih gelar doktor di usia yang tergolong muda.
Qonita berhasil mengembangkan karier keilmuan dan meraih gelar doktor di Queen's University Belfast, Irlandia Utara pada usia 25 tahun.
Mengutip laman resmi Unhas, Qonita telah lama tertarik dengan pengembangan obat-obatan sejak semester satu di Unhas. Dia mulai menekuni bidang penelitian tentang teknologi penghantaran obat, khususnya teknologi yang memungkinkan obat bisa masuk ke dalam kulit.
Sejak saat itu, Qonita aktif mengikuti berbagai perlombaan yang berhubungan dengan penelitian di bidang farmasi. Ketertarikan itu juga dituangkan dalam skripsi yang membahas tentang gel.
Baca Juga: Ars-Vita Alamsyah, Muslimah Berjilbab Jadi Tim Antariksa Elon Musk
Belakangan, Qonita mengetahui jika di luar negeri sudah dikembangkan teknologi serupa yang lebih praktis, yakni
microneedle. Teknologi itu berbentuk patch yang dilengkapi dengan jarum-jarum mikro, yang dapat menghantarkan obat tanpa darah dan rasa sakit.
Dia lalu mendaftar di Queen's University Belfast, Dia memperoleh beasiswa sebagai mahasiswi S2 dengan masa studi dua tahun. Setelah melewati tahap wawancara yakni evaluasi progres penelitian 3 bulan pertama, dosen pembimbing di universitas tersebut melihat potensi besar pada diri Qonita.
Dia pun didorong untuk melanjutkan penelitian S3. Itu karena penelitian yang dilakukan Qonita memenuhi standar untuk program Ph.D. Dia sempat menolak sebab beasiswa yang diterima hanya untuk dua tahun, sementara studi Ph.D membutuhkan waktu normal 3 tahun.
"Saya cukup dilematis, karena merasa tidak mampu termasuk untuk bertahan hidup di luar negeri, dengan tambahan satu tahun tanpa bantuan beasiswa," kata Qonita.
Namun, setelah melewati berbagai pertimbangan, Qonita akhirnya memilih untuk kembali melanjutkan pendidikan doktor dengan siswa waktu yang ada. Dalam pendidikan doktor itu, dia mengambil penelitian berjudul '
Development of Antibiotic Microneedle Delivery Systems for Tuberculosis Treatment'.
Baca Juga: Wardah Nafisah: Anak Kiai Kuliah di Inggris, Belajar Sambil Mengasuh Anak
Penelitian ini berfokus pada penembangan teknologi
microneedle patch untuk obat-obatan tuberkulosis. Qonita benar-benar mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk mengejar tenggat waktu yang tersedia.
"Alhamdulillah, saya dapat selesai dalam waktu dua tahun tiga bulan," kata Qonita.
Qonita mengatakan, saat kuliah di luar negeri sangat penting untuk mendapatkan dukungan dan lingkungan yang baik. Tidak hanya itu, berdoa dan berusaha semaksimal mungkin serta mengetahui minat dan bakat diri yang dimiliki melalui berbagai proses dan pengalaman.
(jqf)