LANGIT7, Magelang - Rencana pemerintah menaikkan harga tiket masuk
Candi Borobudur Rp750.000 menuai polemik. Dibanding harga sekarang yang sebesar Rp50.000, kenaikan harga tiket Borobudur dinilai sangat mahal.
Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia saat ini yang dibangun sekitar abad ke-8 hingga ke-9 masehi. Mega proyek Borobudur diinsiasi oleh Dinasti Sailendra yang sebagian besar raja-rajanya adalah pemeluk Buddha Mahayana.
Baca Juga: Tiket Candi Borobudur Mahal, 5 Situs Warisan Dunia Ini Jauh Lebih MurahOrganisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO menetapkan Borobudur sebagai situs Warisan Budaya Dunia.
UNESCO menilai Borobudur yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengahsebagai monumen yang kaya akan nilai sejarah, spriritual, dan arsitektural.
Borobudur ditemukan oleh Pasukan Inggris pada tahun 1814 di bawah pimpinan Sir Thomas Stanford Raffles. Pemerintah waktu itu memerintahkan upaya ekavasi dan area candi berhasil dibersihkan seluruhnya pada tahun 1835.
Borobudur dibangun dengan gaya Mandala, mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha. Struktur bangunan ini berbentuk kotak dengan empat pintu masuk dan titik pusat berbentuk lingkaran.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Minta Tarif Naik ke Stupa Borobudur Rp750.000 Dikaji UlangDilansir laman resmi UNESCO, struktur vertikal Borobudur terbagi atas dasar, tubuh, dan suprastruktur yang sangat sesuai dengan konsepsi Alam Semesta dalam kosmologi Buddha. Dipercayai bahwa alam semesta dibagi menjadi tiga bola yang ditumpangkan, kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu, yang mewakili masing-masing bidang keinginan manusia.
Kamadhatu diwakili oleh alasnya, rupadhatu oleh lima teras persegi, dan arupadhatu oleh tiga platform melingkar serta stupa besar. Seluruh struktur menunjukkan perpaduan unik dari ide-ide yang sangat sentral dari pemujaan leluhur, terkait dengan gagasan gunung bertingkat, dikombinasikan dengan konsep Buddha untuk mencapai Nirvana.
Kamadhatu terdiri dari 160 relief yang menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Menggambarkan mengenai sifat dan nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, memperkosa, penyiksaan, dan fitnah.
Baca Juga: Pengamat Pariwisata Nilai Konservasi Candi Borobudur Tidak JelasTudung penutup pada bagian dasar telah dibuka secara permanen agar pengunjung dapat melihat relief yang tersembunyi di bagian bawah. Koleksi foto seluruh 160 foto relief dapat dilihat di Museum Candi Borobudur yang terdapat di Borobudur Archaeological Park.
Sedangkan Rupadhatu menyimbolkan alam peralihan, di mana manusia telah dibebaskan dari urusan dunia. Rapadhatu terdiri dari galeri ukiran relief batu dan patung buddha. Secara keseluruhan ada 328 patung Buddha yang juga memiliki hiasan relief pada ukirannya.
Menurut manuskrip Sansekerta pada bagian ini terdiri dari 1300 relief yang berupa Gandhawyuha, Lalitawistara, Jataka dan Awadana. Seluruhnya membentang sejauh 2,5 km dengan 1212 panel.
Baca Juga: Naik Stupa Candi Borobudur Mahal, Mending Wisata ke Luar Negeri?Adapun Arupadhatu menyimbolkan alam tertinggi, rumah Tuhan. Tiga serambi berbentuk lingkaran mengarah ke kubah di bagian pusat atau stupa yang menggambarkan kebangkitan dari dunia. Pada bagian ini tidak ada ornamen maupun hiasan, yang berarti menggambarkan kemurnian tertinggi.
Serambi pada bagian ini terdiri dari stupa berbentuk lingkaran yang berlubang, lonceng terbalik, berisi patung Buddha yang mengarah ke bagian luar candi. Terdapat 72 stupa secara keseluruhan. Stupa terbesar yang berada di tengah tidak setinggi versi aslinya yang memiliki tinggi 42m diatas tanah dengan diameter 9.9m.
Berbeda dengan stupa yang mengelilinginya, stupa pusat kosong dan menimbulkan perdebatan bahwa sebenarnya terdapat isi namun juga ada yang berpendapat bahwa stupa tersebut memang kosong.
Baca Juga:
Hindari Kerusakan Lebih Parah, Pemerintah Akan Batasi Kunjungan ke Borobudur
Tarif Candi Borobudur Naik, Trinity: Terlalu Mahal
Tarif Bagi Pelajar ke Candi Borobudur Dipatok Rp5.000, Ini Syaratnya(asf)