LANGIT7.ID, Jakarta - Kenaikan harga pangan dan energi menjadi dua masalah besar yang dihadapi dunia di tengah ketidakpastian akibat pandemi, dan perang di Ukraina.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dapat memanfaatkan peluang di bidang pangan.
“Inilah yang perlu saya ingatkan, yang berkaitan dengan pangan itu hati-hati ke depan. Tetapi juga menjadi peluang bagi para pengusaha, utamanya anggota HIPMI untuk masuk ke bidang-bidang ini. Pangan, energi, ini adalah peluang," ujar Jokowi, Ahad (12/6/2022).
Baca juga: Jokowi Harap Pengusaha Muda Bisa Beradaptasi dengan Perubahan EkonomiMenurut Jokowi, saat ini diperkirakan sekitar 13 juta orang sudah mulai kelaparan di beberapa negara, akibat urusan pangan. Dia mengungkapkan sejumlah negara juga mulai membatasi ekspor pangan sehingga kemandirian pangan menjadi hal yang paanting bagi Indonesia.
“Dari tiga negara yang sudah setop ekspor pangan, sekarang sudah menjadi 22 negara. Sehingga, sekali lagi, kemandirian pangan ini sangat penting. Para pengusaha HIMPI dapat berkecimpung dalam usaha komoditas pangan seperti jagung, sorgum, sagu, singkong, hingga porang," ungkapnya.
Ke depan, pihaknya akan memastikan karena ada masalah yang lebih besar lagi, yaitu perubahan iklim, pangan akan menjadi persoalan seluruh negara. Jokowi meminta HIPMI untuk berhati-hati terutama terkait kenaikan harga energi dan komoditas pangan.
“Tapi hati-hati di luar itu, kenaikan-kenaikan yang perlu kita waspadai urusan gandum, urusan jagung, urusan kedelai yang naik kurang lebih 30-an persen, nanti imbasnya ke mana-mana. Gandum, karena penghasil gandum 30-40 persen Ukraina dan Rusia sekarang ini bermasalah, gandum seluruh dunia harganya naik, dan kita nanti di sini ada mie, di sini ada roti, semuanya berasal dari gandum,” ujarnya.
Baca juga: Presiden Jokowi: KH Dimyati Ulama Besar yang TawadhuSementara untuk jagung, Jokowi menyampaikan bahwa tujuh tahun yang lalu Indonesia masih mengimpor 3,5 juta ton jagung. Namun, data terakhir kuartal I menunjukkan penurunan impor menjadi 800 ribu ton.
“Artinya turun sangat drastis. Tapi masih ada 800 ribu tadi harus diselesaikan, siapa pun yang memiliki lahan, harus tanam jagung agar enggak impor lagi,” ujarnya.
(sof)