Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 01 Mei 2024
home sosok muslim detail berita

Perjalanan Dakwah KH Muhammad Subki, Dari Ustadz Kampung Jadi Kepala JIC

Muhajirin Jum'at, 22 Juli 2022 - 18:48 WIB
Perjalanan Dakwah KH Muhammad Subki, Dari Ustadz Kampung Jadi Kepala JIC
Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPPIJ) yang mengelola Jakarta Islamic Centre (JIC), KH Muhammad Subki, Lc (foto: LANGIT7.ID/Muhajirin)
skyscraper (Desktop - langit7.id)
LANGIT7.ID, Jakarta - KH Muhammad Subki, Lc adalah sosok di balik Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPPIJ) yang mengelola Jakarta Islamic Centre (JIC) . Kisah perjalanan dakwah pria kelahiran Tangerang, 6 November 1968 itu dimulai dari kampung hingga bisa memimpin Islamic Centre terbesar di Indonesia.

Kiai Subki tumbuh dari lingkungan pendakwah. Tak heran, jika saat ini dia sangat aktif di dunia dakwah. Dia mewarisi semangat dakwah dari sang ayah yang juga merupakan seorang Da'i.

“Dari kecil memang dari keluarga yang santri. Ayah juga seorang pendakwah, dari kecil sudah terbiasa hidup bersama syiar,” kata Kiai Subki saat berbincang-bincang dengan LANGIT7.ID di JIC, Kamis (21/7/2022).

Pendidikan Kiai Subki tak jauh-jauh dari sekolah Islam. Sekolah dasar dia tempuh di Madrasah Ibtidaiyah, lalu lanjut di Madrasah Tsanawiyah, hingga Madrasah Aliyah. Semua sekolah formal itu dijalani di lingkungan pesantren.

Baca Juga: Jakarta Islamic Centre, Dakwah Mengakar dan Mendunia dari Eks Lokalisasi

“Jadi memang dari kecil sudah jadi santri. Saya menjadi santri di Bogor. Dari Bogor ke Sukabumi,” tutur Kiai Subki.

Pada 1987, Kiai Subki menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas. Dia kemudian ikut seleksi beasiswa ke Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Di sana, dia masuk ke Fakultas Ushuluddin.

“Selesai SMA, ada kesempatan ikut semacam beasiswa ke Mesir, alhamdulillah dari 40 yang lulus, saya Nomor 39. Jadi, rangking 2 dari bawah, tapi ikut terangkut,” kata Kiai Subki.

Lulus S1 dari Al-Azhar, Kiai Subki sempat melanjutkan pendidikan S2 di Zamalek University pada 1992. Namun, dia tidak menyelesaikannya lantaran harus segera kembali ke Tanah Air pada 1993.

“Sejak 93, sudah mulai aktif berdakwah. Keliling kampung, keluar-masuk kampung. Terus mengajar di sekolah, mengajar bahasa Arab di madrasah. Sempat juga dosen di Polman Astra (Politeknik Manufaktur), mengajar agama, walaupun sekarang sudah tidak aktif di kampus,” ungkapnya.

Selain aktif menjadi ‘ustadz kampung’, Kiai Subki juga aktif di berbagai lembaga dakwah. Di antaranya Yayasan Khairu Ummah yang dipimpin Ustadz Ahmad Yani dan Ittihadul Muballighin pimpinan KH Syukron Ma'mun. Saat ini, beliau juga aktif di lembaga dakwah Al-Qudwah Jakarta Utara.

Baca Juga: Dr Muhammad Ardiansyah, Ulama Muda yang Mempertahankan Tradisi Ngaji ala Betawi

“Sejak November 2021 kami diamanahkan untuk mengurusi JIC. Jadi marbot JIC. Itu langsung di-SK-kan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Periodenya sampai 2024,” kata Kiai Subki.

Kiai Subki menyebut amanah tersebut sangat berat. Itu karena JIC merupakan yayasan dakwah yang bertugas mengembangkan dakwah Islam, terkhusus di Jakarta.

“Karena mungkin kita lalu lalang di jalan, jadi ‘dipungut’ disuruh ke sini. Anak jalanan,” ujar Kiai Subki berkelakar.

Pandangan Kiai Subki terhadap Islam di Indonesia

Kiai Subki merupakan salah satu tokoh ulama yang berwawasan luas dan berpandangan terbuka. Dia menyebut nilai-nilai Islam sangat sesuai dengan karakter asli masyarakat Indonesia yang ramah dan suka gotong royong. Islam sangat cocok dengan naluri ke-Indonesiaan yang ramah.

“Islam itu bukan agama yang bertentangan dengan tradisi, dan agama yang menghentikan sesuatu yang sudah baik di tengah masyarakat. Bahwa Islam hadir di Indonesia supaya mewarnai lebih baik, itu fakta,” kata Kiai Subki

Ikuti Jejak Ulama Dahulu dalam Berdakwah

Kiai Subki mengikuti jejak ulama-ulama terdahulu dalam mengembangkan dakwah di Indonesia. Ulama terdahulu menyebarkan Islam di Nusantara dengan cara damai. Mereka tidak menghapus budaya, melainkan menjadikan budaya untuk menarik masyarakat menyukai Islam.

Baca Juga: Mengenal Ciri Khas Ulama-Ulama Betawi dalam Mempelajari Islam

Seperti yang dilakukan walisongo dahulu. Walisongo tidak menentang tradisi dan budaya masyarakat Nusantara, tapi mereka melakukan pendekatan dan melakukan islamisasi budaya.

“Kita mengenal kultur wayang. Kan itu bisa di-islamisasi. Saya pikir itu contoh-contoh konkret yang kita hidup di zaman sekarang ini perlu belajar juga dari ulama terdahulu bagaimana mensinkronisasi antara suku-budaya dengan agama tanpa ada masalah,” ujar Kiai Subki.

Mengajak Semua Anak Bangsa Hidup Berdampingan Secara Damai

Kiai Subki juga sangat menekankan titik persatuan dan perdamaian dalam berdakwah. Dia menyebut perbedaan sudah menjadi kodrat, maka tak perlu dipertentangkan. Maka, hal yang harus dilakukan adalah mencari titik-titik kebersamaan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan.

Semua anak bangsa untuk sama-sama menyadari pentingnya hidup berdampingan secara damai. Hidup dalam keadaan damai melebih apapun. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan keburukan dan kekerasan.

“Artinya, yang memiliki niat jahat kepada kita harusnya kita sama-sama counter. Harus sama-sama kita hentikan, tentu melalui kedewasaan berpikir setiap golongan,” ucap Kiai Subki.

Baca Juga: KH Lutfi Tetap Jadi Guru SD meski Dosen Pascasarjana di 10 Universitas

Berdayakan Ekonomi Umat


Kiai Subki menilai, masalah utama umat Islam di Indonesia adalah masalah ekonomi. Ini harus menjadi fokus utama umat Islam saat ini, sebab, menurut dia, permasalahan akidah umat Islam di Indonesia sudah aman.

Ekonomi memiliki pengaruh kuat terhadap umat Islam. Dia menyebut, akidah seseorang bisa terganggu bahkan goyah hanya karena faktor ekonomi. Maka itu, ekonomi umat perlu mendapat perhatian serius.

“Rasul pernah bilang, jangan-jangan kefakiran itu menjadikan orang kafir. Maka, sebetulnya yang paling harus mendapatkan perhatian adalah ekonomi umat. Bagaimana kita mencari bibit perbaikan dan solusi dari sektor ekonomi,” ucap Kiai Subki.

Berbekal visi tersebut, di Jakarta Islamic Centre (JIC) Kiai Subki menggagas berbagai program pemberdayaan untuk masyarakat sekitar JIC berupa berbagai pelatihan wirausaha.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 01 Mei 2024
Imsak
04:26
Shubuh
04:36
Dhuhur
11:53
Ashar
15:14
Maghrib
17:50
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan