LANGIT7.ID, Jakarta - Inflasi di
Inggris melonjak signifikan pada bulan Juli 2022 mencapai 10,1 persen, yang menjadi rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir (1982). Naiknya harga energi dan melejitnya harga makanan menjadi penyebab melonjaknya inflasi di Inggris.
Kantor Pusat Statistik Inggris (ONS) seperti dilansir dari
Reuters, Sabtu (20/8/2022), mencatat lonjakan
inflasi lebih tinggi dari perkiraan para analis sebesar 9,8 persen. Lonjakan inflasi ini juga naik dari level 9,4 persen pada bulan Juni.
Baca Juga: Ekonomi Global Masih Suram, Jokowi: Jangan PesimistisDalam laporannya, ONS membeberkan kenaikan harga
pangan memberikan kontribusi besar terhadap tingkat inflasi tahunan, periode Juni dan Juli. ONS menyebut, biaya energi, bensin dan solar juga menjadi pemicu melonjaknya inflasi di Inggris. Tetapi, makanan dan minuman non-alkohol menjadi faktor terbesar kenaikan harga kebutuhan pokok di negara itu pada bulan Juli.
"Supermarket tidak punya banyak pilihan selain meneruskan kenaikan harga dari pemasok. Mereka sendiri bersaing dengan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam bahan baku dan biaya input bahan," kata Direktur Strategi Ritel di PwC, Kien Tan.
Melonjaknya harga pangan di Inggris meliputi kenaikan harga roti, sereal, susu, keju, dan telur. Sementara harga sayuran, daging, dan cokelat juga lebih tinggi.
"Tingkat inflasi akan lebih tinggi seperti tahun tahun 1982, di mana perkiraan angkanya berkisar dari hampir 11 persen pada Januari hingga sekitar 6,5 persen pada bulan Desember," ujarnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Ditargetkan Capai 5,3 PersenSementara itu, Bank of England (BoE) memperkirakan inflasi akan mencapai puncaknya di angka 13,3 persen pada Oktober mendatang. Guna mengendalikan inflasi, BoE telah menerapkan enam kenaikan suku bunga berturut-turut.
Awal bulan ini, BoE meluncurkan kenaikan tunggal terbesar sejak 1995 sembari memproyeksikan bahwa Inggris akan memasuki resesi terpanjang sejak krisis keuangan global pada kuartal keempat di tahun ini.
Kepala penelitian bunga tetap di Quilter Cheviot, Richard Carter memperkirakan bahwa BoE kemungkinan akan merespon pada pertemuan kebijakan moneter berikutnya. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga 50 basis poin lagi dalam upaya untuk memerangi inflasi.
"Dengan demikian, tidak diragukan lagi akan ada banyak tekanan pada Perdana Menteri berikutnya untuk membantu meredakan situasi dan Bank of England akan terus memiliki pekerjaan yang sangat sulit," ucapnya.
Baca Juga:
Pemerintah Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Diatas Angka Inflasi
Inflasi Turki Meledak hingga 79,6 Persen, Tertinggi Sejak 1998
Inflasi Indonesia Meningkat, Sri Mulyani: Masih Lebih Moderat(asf)