LANGIT7.ID, Jakarta - Ancaman inflasi tengah membayangi berbagai negara di dunia. Salah satunya adalah Amerika Serikat yang inflasinya tercatat menyentuh 9,1 persen (
year-on-year/yoy) pada Juni 2022.
Salah satu penyebabnya adalah melonjaknya harga BBM mencapai 60 persen di AS. Sejumlah negara juga mengalami hal serupa. Tak tanggung-tanggung, tingkat inflasi di beberapa negara berada di atas 100 persen seperti Sudan dan Zimbabwe.
Ekonom Senior, Faisal Basri, menilai penerapan sistem ekonomi Islam bisa menjadi solusi inflasi perekonomian dunia. Hal itu karena karakteristik ekonomi Islam sangat berbeda dengan sistem kapitalis yang sangat individualistik.
Baca Juga: Pengamat Ekonomi: Kenaikan Harga BBM Bakal Menyulut Inflasi
Dalam konsep ekonomi Islam, kata Faisal, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktivitas. Tak hanya itu, tujuan utama ekonomi Islam adalah mendorong produktivitas, keadilan sosial, dan penekanan pada spesialisasi setiap ahli
“Dalam Islam itu inflasi rendah. Karena apa? Semua produktif. Kebutuhan masyarakat terpenuhi, tidak ada kelangkaan, yang menyebabkan harga-harga terkendali,” kata Faisal kepada LANGIT7.ID, Kamis (25/8/2022).
Faisal mengatakan, cakupan konsep ekonomi Islam sangat luas. Namun, dia mencatat ada tiga ciri utama dari konsep ekonomi tersebut.
Pertama, menggerakkan kegiatan-kegiatan produktif. Islam sangat benci pada perilaku malas-malasan dan kegiatan ekonomi yang tidak memberikan maslahat kepada banyak masyarakat.
Baca Juga: Inflasi Inggris Capai 10,1 Persen, Tertinggi dalam 40 Tahun
“Jadi, produktif. Contoh, kalau kita punya lahan pertanian menghasilkan sesuatu itu zakatnya 2,5%. Kalau dialiri irigasi, kalau ada irigasi. Tapi kalau lahan kita tidak beririgasi, hasilnya zakatnya itu dua kali lipat,” tutur Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.
Allah Ta’ala sudah memberikan modal besar berupa tanah subur. Maka, setiap masyarakat diperintahkan untuk mengolah tanah itu secara produktif. Ada aturan ketat yang diatur dalam hukum Islam agar tanah itu bisa dimanfaat untuk kemaslahatan bersama.
“Dalam Islam itu inflasi rendah. Karena apa? Semua produktif. Kebutuhan masyarakat terpenuhi,” ujar Faisal.
Kedua, Keadilan. Dalam konsep ekonomi Islam, keadilan dijunjung tinggi. Tidak ada ekonomi rimba yang menjadikan orang kaya makin kaya, dan orang miskin kian terpuruk.
“Jadi, tidak boleh ada eksploitasi di dalam ekonomi Islam itu,” ujar Faisal.
Baca Juga: Inflasi Indonesia Meningkat, Sri Mulyani: Masih Lebih Moderat
Ketiga, spesialisasi. Menurut Faisal, hal ini yang menarik dalam ajaran Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan segala hal berdasarkan keahlian. Para ekonom diberi ruang gerak untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan perekonomian.
Begitu pun di tingkat masyarakat. Para ahli pertanian diminta fokus mengolah pertanian, ahli bisnis pun begitu, demikian seterusnya. Sehingga, tercipta satu sistem yang bermuara pada keadilan sosial bagi semua kalangan.
“Kalau semua orang melakukan sesuatu dengan ilmunya, kan hasilnya lebih baik, dan akan memberikan maslahat yang lebih baik, produk yang dihasilkan prima karena dia pakai ilmu. Comot sana, comot sini semua pakai ilmu,” pungkas Faisal.
(jqf)