LANGIT7.ID, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia (UI),
Faisal Basri, mengungkapkan, perekonomian global saat ini yang didominasi kapitalisme Barat mengalami krisis.
Ekonomi dunia harus menuju kepada tatanan sistem ekonomi anti-maisir (Judi), anti-gharar (spekulatif), anti-riba (bunga, rente), anti bathil (Hawa nafsu), serta berlandaskan keadilan, kejujuran, dan keterbukaan.
Kriteria tersebut sudah terangkum dalam sistem ekonomi Islam secara jelas. Ekonomi kapitalis yang selama ini berkembang memang akan menghasilkan efisiensi dan menurunkan kesenjangan antar-negara.
Namun, di sisi lain, ekonomi kapitalis akan menimbulkan kesenjangan yang semakin besar pada masing-masing negara, sehingga menimbulkan ketidakadilan.
Baca Juga: Faisal Basri: Ekonomi Islam Bisa Jadi Solusi Inflasi
Secara alami, ekonomi Islam bisa mengambil peran leadership dalam perekonomian dunia, karena Islam saat ini memiliki potensi besar untuk menggerakan ekonomi yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.
“Sangat bisa. Jadi, dia (ekonomi Islam) alternatif kerusakan perekonomian dunia maupun lokal,” kata Faisal kepada LANGIT7.ID, Kamis (25/8/2022)
Faisal menyampaikan, setidaknya ada tiang penyangga yang menyebabkan ekonomi Islam bisa leader perekonomian dunia yakni menekankan produktivitas, keadilan, dan spesialisasi.
Ekonomi Islam berbeda dengan sistem kapitalis yang mendorong kekayaan individu, sehingga kelompok kaya bisa semakin kaya. Sementara, orang miskin bisa semakin miskin.
“Dalam Islam itu, dalam perang aja, Nabi Muhammad pohon aja dipetik tidak boleh. Keruntuhan kapitalisme, karena eksploitatif, more is better. Jadi, ekonomi mengajarkan, lebih banyak lebih bahagia. Enggak, karena itu, nilainya adalah individual, jadi kepuasan individu,” kata Faisal.
Sementara, dalam Islam, puncak kebahagiaan adalah tatkala berhasil membahagiakan semakin banyak orang. Fokus utama ekonomi Islam adalah maslahat untuk umat.
“Dalam Islam, carilah rezeki di muka bumi, tapi planet harus dijaga, dan ada hak di dalam harta anda bagi sesama,” ujar Faisal.
(jqf)