LANGIT7.ID, Jakarta - Kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) dinilai bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Sebab kondisi masyarakat saat ini masih dalam pemulihan akibat pandemi Covid-19.
Ekonom
Universitas Brawijaya, Nugroho Suryo Bintoro mengatakan, salah satu hal yang perlu diantisipasi bahwa kenaikan BBM bisa menghambat konsumsi masyarakat.
"Untuk masalah yang harus diantisipasi adalah terkait target pertumbuhan ekonomi. Saat ini, kita masih dalam kondisi pemulihan (akibat Covid-19)," kata Nugroho seperti dilansir
Antaranews, Ahad (4/9/2022).
Nugroho menjelaskan, pengguna BBM subsidi jenis pertalite, solar dan non-subsidi pertamax, saat ini mayoritas merupakan masyarakat kelas menengah dan juga masyarakat menengah ke bawah.
Baca Juga: Komisi IX DPR Kritik Keputusan Pemerintah Naikkan Harga BBM"Masyarakat ekonomi kelas menengah yang menahan konsumsi itu yang perlu diwaspadai. Karena ini bukan lagi konsumsi makanan, tapi kita bicara sektor sekunder dan tersier yang memiliki banyak nilai tambah," katanya.
Dia juga menambahkan, salah satu sektor yang akan terganggu akibat kenaikan harga BBM tersebut antara lain adalah pada penjualan kendaraan bermotor bekas.
Selain itu, lanjut dia, sektor pariwisata ikut terkena dampak penyesuaian harga BBM. Masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan rekreasi, akan menahan pengeluaran daerah tujuan wisata.
"Rangkaian itu yang kemudian menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan terganggu, sementara kita juga masih dalam kondisi pemulihan. Ini yang berbahaya," ujarnya.
Sebelumnya Pemerintah menyesuaikan harga BBM bersubsidi. Pertalite saat ini dibanderol dengan harga Rp10.000 per liter dari sebelumnya Rp7.650.
Kemudian solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter. Penyesuaian juga terjadi pada BBM non-subsidi, Pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.
(bal)