LANGIT7.ID, Jakarta - - Setiap umat muslim yang taat kepada Allah pasti akan mendapatkan cobaan atau ujian dari Sang Pencipta. Namun ujian yang diberikan tidaklah di luar dari batas kesanggupan hamba-Nya. Allah berfirman dalam surat Al-Mu'minuun Ayat 62:
وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۖ وَلَدَيْنَا كِتَٰبٌ يَنطِقُ بِٱلْحَقِّ ۚ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Artinya: Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.
Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir pada ayat di atas, Sekretaris Dewan Hisbah Persatuan Islam (Persis), KH Zae Nandang menjelaskan, Allah SWT memberikan keadilan kepada hamba-hamba-Nya di dunia dengan tidak memberi beban lebih dari kesanggupan mereka.
Akan tetapi Allah memberikan cobaan sesuai dengan takaran kesanggupan hamba-Nya. Dan mereka yang berhasil melewati cobaan dari Allah tanpa ada rasa putus asa dan menyerah, maka amalan baik tersebut akan menjadi hisab.
Baca Juga: Berbeda Antara Imam Nawawi dan Syekh Nawawi Al-Bantani"Karena itu, hamba-Nya tidak membuat-buat cara pelaksanaan agama yang tidak dalam aturan Allah. Seperti memaksakan diri sebab itu bisa merusak citra syariat, seperti yang sakit tidak mampu berdiri jangan berdiri, yang sakit jangan memaksakan shaum," kata KH Zae Nandang dikutip dalam kajiannya di kanal Persis TV, Kamis (13/10/2022).
Kemudian, jangan pula sebagai hamba-Nya menganggap remeh cobaan yang diberikan Allah SWT. Sebab hal tersebut dapat memicu tidak adanya rasa kekhusyuan saat menghadapi cobaan.
KH, Zae Nandang menambahkan, orang-orang yang mendapatkan cobaan-Nya tidak lain yang sudah baligh. Karena anak-anak yang belum baligh masih belum mampu untuk menghadapi cobaan tersebut. "Inilah keadilan dari Allah," ujar Sekretaris Dewan Hisbah Persis ini.
"Jadi kalau merasa terlalu berat itu tidak benar, malah Rasulullah SAW mengatakan nanti kamu merasakan berat dan jenuh sementara Allah tidak merasa jenuh dan mencatatnya," imbuhnya.
(zhd)