LANGIT7.ID, Jakarta - Kiprah
alumni Pondok Pesantren tidak hanya menjadi guru agama semata. Namun bisa menunjukkan kiprah di berbagai bidang. Salah satunya menjadi duta Indonesia di luar negeri sebagai diplomat.
Itulah yang ditunjukkan oleh Elizabeth Diana Dewi, alumnus
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri di Sambirejo, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur. Wanita kelahiran Jakarta, 12 Oktober 1980 itu merupakan diplomat Indonesia yang bertugas di KJRI Istanbul, Turki.
Sebelum bertugas di Turki, muslimah yang akrab disapa Ibeth itu pernah bertugas di KBRI Belanda sebagai
internship pada 2008 dan KBRI Thailand sebagai Pelaksana Fungsi Protokol dan Konsuler pada 2013-2016.
Baca Juga: Cetak Banyak Alumni Berpengaruh, Ini Cara Gontor Didik Santri Jadi Pemimpin
Ibeth bercerita, cita-cita menjadi diplomat itu tumbuh saat masih mengenyam pendidikan di Gontor Putri. Dia masuk ke pesantren tersebut pada 1994 dan menjadi angkatan ke-7.
Sebenarnya, kata dia, tidak ada keinginan spesifik untuk menjadi diplomat. Namun, saat belajar di
Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Gontor, dia tertarik dengan pelajaran-pelajaran luar negeri seperti bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dia juga senang membaca buku-buku bertema geopolitik.
"Hal-hal semacam itu memunculkan bagaimana supaya bisa mempelajari ilmu itu lebih detail," kata Ibeth, dikutip kanal YouTube Akbar Zainuddin, dikutip Selasa (18/10/2022).
Kesuksesan Ibeth menjadi diplomat tidak terlepas dari sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren. Dia mendapatkan pendidikan sejak bangun tidur sampai tidur kembali. 24 jam tidak pernah berhenti.
Baca Juga: Rutinitas Disiplin di Gontor Jadi Bekal Nofriadi di Masa Depan
"Pendidikan mental kita dilatih, dipupuk dengan sangat baik. Tidak perlu tergantung dengan gadget dengan segala macam. Jadi, pendidikan mental yang mengarah kepada pendidikan militansi sehingga memunculkan etos kerja," ujar Ibeth.
Pendidikan mental makin berkembang saat menduduki kelas empat. Ibeth dilatih menjadi pengurus, tepatnya sebagai pengurus dapur. Dari situ dia mendapatkan pelajaran tentang kedisiplinan dan manajemen.
"Kita dilatih bagaimana mengurus santri-santri agar lauk-pauknya, seimbang gizinya, administrasinya, dan saya sangat melihat contoh ustadz-ustadz memberikan menu yang sama antara rumah beliau dengan dapur santri," kata Ibeth.
Para guru di Gontor juga selalu memberikan motivasi untuk menjadi
sitikul atau perempuan serba bisa. Tak hanya, pendidikan yang selalu ditekankan adalah 'ibu merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya'.
Baca Juga: Mengenal Kurikulum KMI Gontor, Cetak Ribuan Alumni Berpengaruh
"Ketika ibu dididik dengan baik, maka sama saja sudah berhasil mendidik satu negara, karena negara paling kecil adalah di keluarga. Kalau ibu sudah mendidik anak-anaknya dengan baik, selanjutnya anak-anaknya menjadi pendidik di masyarakat, negara itu akan menjadi baik," kata Ibeth.
Pendidikan di Gontor juga tidak hanya di bangku kelas. Namun, menurut Ibeth, pendidikan didapatkan di setiap detik dan setiap nafas selama berada di Gontor. Hal itu dia rasakan saat menjadi Wakil Ketua OPPM saat duduk di kelas V dan Ketua Angkatan Kelas VI.
"Di situ kita dibentuk bagaimana kita memiliki rasa tanggung jawab. Bukan hanya diri sendiri, tapi juga untuk rekan-rekan lain, mengatur diri mereka, dari bangun tidur, berangkat sekolah, kemudian hal-hal lainnya, kedisiplinan dan program-program. Jadi mulai dari tanggung jawab, komunikasi, kepemimpinan, rasa sayang kita," kata Ibeth.
Baca Juga: Perjalanan AM Fachir, dari Santri Hingga Jadi Diplomat Penyelamat WNI di Luar Negeri
Ibeth mengaku sangat merasakan manfaat pendidikan tersebut saat menjadi diplomat. seorang diplomat harus mampu bertanggung jawab, berkomunikasi dengan baik, punya skill kepemimpinan, kasih sayang, hingga relasi.
"Sebelum kita lulus, kita dipesankan,
safir (merantaulah) kamu tidak akan merasakan kenikmatan kecuali setelah kepayahan. Anak-anak Gontor dengan pendidikan di Gontor, doa orang tua kemampuan mengadaptasikan diri, berinovasi, meningkatkan kualitas diri, akan menghadapi hal tantangan ke depan dalam meraih cita-cita dengan mudah," pungkas Ibeth.
(jqf)