Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 15 Januari 2025
home sosok muslim detail berita

Pangeran Diponegoro, Bergerilya Melawan Penjajah Sambil Berdakwah

Muhajirin Selasa, 17 Agustus 2021 - 14:39 WIB
Pangeran Diponegoro, Bergerilya Melawan Penjajah Sambil Berdakwah
Ilustrasi Pangeran Diponegoro (foto: geheugenvannederland.nl.)
LANGIT7.ID - Pangeran Harya Dipanegara sangat masyhur dalam buku sejarah. Ia adalah pahlawan Republik Indonesia yang memimpin perang Diponegoro atau perang Jawa dalam periode 1825-1830 melawan pemerintah Hindia Belanda. Namun, tak banyak yang tahu jika beliau merupakan sosok ulama yang menjadi guru para bangsawan.

Pangeran Diponegoro merupakan ulama besar dengan wawasan Islam yang sangat mendalam, terutama di kajian fiqih politik. Selain Taqrib, sang pangeran mempelajari al-Muharrar-nya Imam Ar-Rafi’i (w. 623 H/1226 M) dan Lubab al-Fiqh karya al-Mahamili (w. 415 H/1024 M). Dia juga belajar Fath al-Wahhab karya Zakariyya al-Anshari (w. 926 H).

“Ketika pada akhirnya bergerilya, Diponegoro mengajarkan Taqrib dan juga kitab politik At-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk karya Imam al-Ghazali, kepada para bangsawan pendukungnya. Sedangkan Kiai Mojo, penasehatnya, kebagian tugas mengajarkan Fath al-Wahhab kepada para laskar ulama,” tulis Gus Rijal dalam tulisannya berjudul Pondok Pesantren: Noktah Awal Peradaban Islam di Indonesia, dikutip Selasa, (17/8/2021).

Bahkan, Gurutta Ahmad Baso dalam buku Islam Nusantara: Ijtihad Jenius dan Ijma’ Ulama Indonesia mengatakan, Pangeran Diponegoro menjadikan kitab fiqih karya Imam Al-Ghazali itu sebagai rujukan dalam bernegosiasi dengan kompeni Belanda saat mengajukan perundingan damai.

Gus Rijal menjelaskan, di bidang politik, Pangeran Diponegoro menggunakan kitab Taj al-Salatin karya Bukhari al-Jauhari, seorang keturunan Persia yang mengabdi di era Sultan Sayyidil Mukammil (1588-1604), Raja Aceh. Kita tersebut berisi etika menjalankan pemerintahan bagi para birokrat.

Ada pula riwayat yang menyebutkan jika Pangeran Diponegoro mempelajari karya Syekh Nurruddin Ar-Raniri, berjudul Bustanus Salatin saat masih mudah. Sang pangeran juga mempelajari kitab berbahasa Melayu yang dirujuk oleh sang pangeran, yang berjudul Sulalat al-Salatin.

“Karena terkesan dengan beberapa kitab ini, ia kemudian merekomendasikannya kepada adiknya, calon Sultan Hamengkubuwono IV, manakala sedang ditempa di keratin,” kata Gus Rijal.

Selain itu, Diponegoro menyukai tasawuf dengan mempelajari kitab Topah alias al-Tuhfat al-Mursalah ila Ruh an-Nabi karya Muhammad bin Fadlullah al-Burhanpuri, India. Sang pangeran juga mempelajari etika seorang negarawan dan ketatanegaraan yang diadopsi dari karya klasik Arab dan Persia seperti At-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk karya Imam al-Ghazali.

“Bacaan-bacaan fiqh dan tasawwuf yang dimamahbiak sang pangeran beserta para anggota kerajaan lain, masuk di lingkungan istana melalui jejaring para ulama yang ada di pesantren, juga di Masjid Pathoknagari, yang dikelola oleh ulama birokrat kerajaan,” ucap Gus Rijal.

Pada 1785-1855, saat Pangeran Diponegoro masih kecil, ia menggundul rambutnya, menggunakan pakaian ala santri, menyamar dengan menggunakan nama Abdurrahim, dan menjalani kehidupan sebagai santri kelana. Ia menjelajahi beberapa pesantren, sowan kepada para ulama, dan mengunjungi makam-makam keramat di wilayah kekuasaan ayahnya.

Kebiasaan sang pangeran sejak belia itu menjadi salah satu penyebab kuatnya dukungan di kalangan ulama ketika mendeklarasikan Perang Jawa (1825-1830). Kurang lebih ada 108 kiai, 31 haji, 15 syekh, 12 penghulu Keraton Yogyakarta, dan 4 kiai-guru (mursyid tarekat) yang turut berperang bersama Diponegoro.

Ulama paling terkenal yang mendukung adalah Kiai Mojo, ideolog Perang Jawa yang banyak disebut sebagai penasehat spiritual-intelektual sang pangeran. Demikian juga dukungan dari penghulu Kiai Muhammad Bahwi, yang kelak dalam Perang Jawa dikenal sebagai Muhammad Ngusman Ali Basah.

“Tokoh lainnya adalah Haji Badaruddin, komandan korps Suranatan yang sudah dia kali naik haji atas biaya keraton dan memiliki pengetahuan tentang sistem pemerintahan Turki Usmani,” kata Gus Rijal.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 15 Januari 2025
Imsak
04:17
Shubuh
04:27
Dhuhur
12:06
Ashar
15:30
Maghrib
18:18
Isya
19:33
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan