LANGIT7.ID - Mantan
Perdana Menteri Pakistan,
Imran Khan, terluka setelah ditembak orang tak dikenal di Wazirabad, Pakistan pada Kamis (3/11/2022) waktu setempat. Dia ditembak dari tiga arah berbeda saat memimpin demonstrasi anti-pemerintah menuju Ibu Kota Pakistan, Islamabad.
Pria bernama lengkap Imran Ahmed Khan Niazi lahir di Lahore, Pakistan timur pada 1952. Ayahnya berasal dari etnis Pashtun dan tumbuh Bersama empat saudara perempuan dalam lingkungan kelas menengah.
Mengutip Business Standard, Khan dididik di Royal School Worcester di Inggris. Dari sekolah tersebut, dia belajar dan unggul dalam olahraga Kriket. Dia juga belajar di Oxford pada 1972 dan lulus pada 1975. Di sana, dia belajar filsafat, politik, dan ekonomi.
Imran Khan dikenal publik Pakistan dari olahraga Kriket. Dia mulai bermain olahraga itu saat tinggal di Inggris, baik untuk klub maupun untuk Pakistan. Dia telah menjadi pemain Kriket yang bagus pada usia 16 tahun.
Baca Juga: Eks PM Pakistan Imran Khan Ditembak dari Tiga Arah
Pada usia 18 tahun, dia kian mengasah kemampuan olahraga tersebut. Dia ikut bergabung dalam pertandingan Piala Dunia Kriket pada 1975, 1979, 1983, dan 1992. Imran Khan bahkan berhasil membawa Pakistan menjadi juara dalam Piala Dunia Kriket. Setelahnya, pria dari Lahore itu memutuskan pensiun dan memasuki dunia filantropi serta aktivis sosial.
Mengutip Al Jazeera, Imran Khan meluncurkan kampanye mencari bantuan untuk mendirikan pusat kanker pertama dan tercanggih saat di Pakistan. Kampanye itu sukses. Pusat kanker itu kemudian diberi nama Shaukat Khanum. Nama itu merupakan nama sang ibu yang meninggal karena kanker.
Pada 2008, Imran Khan juga mendirikan perguruan tinggi teknik swasta di Punjab. Gerakan tersebut mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat dan donatur yang dermawan.
Terjun ke Dunia PolitikSaat popularitas Khan naik di Pakistan, dia juga menjadi kritikus politik. Dia sering bersuara untuk mengecam pemerintahan di Pakistan yang dianggap korupsi. Dia juga mendirikan partai politik yang diberi nama Pakistan Tehreek-e-Insaf (Gerakan Keadilan Pakistan/PTI) pada 1996.
Baca Juga: Penemu Muda Pakistan Ciptakan Sepatu Pintar untuk Tunanetra
Meski popularitas Khan menunjang, tapi dia tak terpilih dalam Pemilu 1997. Baru pada 2002, dia mampu memenangkan kursi perwakilan. Namun, sejak saat itu para olitikus senior Pakistan menjuluki Khan sebagai orang yang tidak serius dalam dunia politik. Dia juga dianggap bukan siapa-siapa karena politik Pakistan terbentuk dari klan dan dinasti tradisional.
Namun, berkat posisi Khan yang konsisten di pihak oposisi, pada 2011 berhasil mengumpulkan lebih dari 100 ribu orang dalam rapat umum di Lahore yang mengambil oposisi pemerintah. Pertemuan itu mengejutkan, bahkan dari pejabat partai PTI itu sendiri.
Owais Tauhid, seorang jurnalis senior di Karachi menilai, dampak pertemuan itu membuat posisi Khan tidak dianggap sebelah mata. “Itu adalah pertama kalinya analis politik dan orang biasa mulai menganggapnya serius,” katanya, dikutip Deutsche Welle.
Menjadi Perdana MenteriPada 2013, kekuatan Khan dan PTI semakin terlihat. Sikapnya yang kritis terhadap elit penguasa yang dianggap korup mendatangkan dukungan dari para kelas pekerja dan masyarakat miskin. Ledakan pengaruh Khan terjadi pada 2018. Ketika itu PTI memenangkan banyak kursi.
Baca Juga: Awalnya Musuhi Islam, Kini Para Politisi Eropa Ini Jadi Muslim Taat
PTI mendominasi dan membentuk pemerintahan di provinsi Khyber Pakhtunkhwa dan Punjab. Dia berkoalisi dengan partai lain yang menyambut uluran tawaran ide Khan yaitu ‘Pakistan Naya’ atau Pakistan Baru.
Imran Khan lalu sukses menjadi Perdana Menteri Pakistan ke-22. Dia meraih puncak kekuasaan politik itu pada 2018. Namun, kemenangan itu tak lepas dari dukungan kelompok sayap kanan dan militer, yang telah memerintah hampir separuh waktu usia kemerdekaan Pakistan.
“Khan menentang tindakan keras militer terhadap kepompol militan dan menolak gagasan bahwa telah terjadi peningkatan budaya jihad di Pakistan selama bertahun-tahun,” kata Amina Sayeed, seorang peneliti dari Karachi. Itu yang membuat Khan mendapat banyak dukungan dari sayap kanan.
Digulingkan dari KekuasaanKhan sebenarnya sosok impian, berasal dari keluarga menengah, tak dianggap dalam dunia politik, dan mendobrak dominasi politik tradisional di Pakistan. Dia memang berhasil mendobrak politik tradisional itu, tapi tidak berhasil 100%.
Baca Juga: Mohammad Roem, Diplomat Muslim Peletak Kunci Kedaulatan RI yang TerlupakanSelama memerintah, ekonomi Pakistan tak kunjung membaik. Covid-19 datang dan memperburuk kondisi. Korupsi juga tidak bisa diberantas. Itu merupakan dua faktor utama yang membuat oposisi menggulingkan Khan dari jabatan Perdana Menteri, lewat mosi tidak percaya.
Tak hanya itu, kebijakan luar negeri Khan lebih condong menguntungkan China. Sementara, India yang menjadi tetangga Pakistan merupakan saingan utama China. Kedekatan ke China itu cenderung dianggap sebagai persekutuan melawan China.
Selain itu, dalam laporan The Atlantic, kelas menengah Pakistan yang terglobalisasi dan mendukung Imran Khan, tidak lagi bercita-cita mengikuti liberalisme Barat. Pakistan tak lagi berkiblat ke Amerika Serikat atau Eropa, tapi lebih ke Asia termasuk Dubai, Arab Saudi, Singapura atau China dan Rusia.
Pendukung Imran Khan sempat menuding langkah oposisi menggulingkan Khan karena persekongkolan dengan AS. Namun, pemerintah AS tegas membantah hal itu. Begitu juga dengan oposisi.
Setelah lengser, dia tetap berjanji melakukan perlawanan. Di tengah aksinya pada Kamis, 3 November 2022. Dia ditembak orang tak dikenal dan mengalami luka-luka. Beruntung Imran Khan lolos dari percobaan pembunuhan itu.
(jqf)