LANGIT7.ID - , Jakarta - Website
penggalangan dana muslim, Launchgood, berhasil mengumpulkan dana lebih dari 360 juta dolar Amerika atau Rp5,6 triliun rupiah untuk proyek di 152 negara.
Pendiri dan CEO Launch Good, Chris Abdur Rahman Blauvelt mengaku mendirikan
website ini karena mengikuti kata hati.
"Sebagai seorang yang beriman, saya percaya bahwa hati kita memiliki koneksi terhadap Tuhan dan petunjuknya. Ketika mendengarkan hati kita, terlepas itu adalah tekanan eksternal maupun keraguan lainnya, hal tersebut bisa membantu dan membimbing kita dalam menentukan pilihan, ucapnya.
Baca juga: Kisah Inspiratif Atlet Mo Farah, Sempat Dijual Sebagai ART di InggrisSebelum bergelut di Launch Good, Abdur Rahman pernah bekerja di sebuah perusahaan. Di sana, lelaki yang memutuskan menjadi
mualaf di usia 16 tahun ini lebih banyak menghabiskan waktu di sebuah ruangan. Ada rasa tidak puas menghinggap dalam benak Abdur Rahman.
"Selama saya mengikuti program magang di suatu perusahaan, saya telah membantu menghemat biaya Intel sekitar 10 juta dollar Amerika per tahunnya. Setelah saya melakukan hal tersebut, saya merasa tidak mendapatkan perubahan apapun, dan hanya akan terus membantu perusahaan tersebut untuk menghemat pengeluaran setiap tahunnya," kisah Abdur Rahman.
Namun ada satu hal yang didapat Abdur Rahman saat bekerja di perusahaan itu. Salah satu mentornya, Jim Kelso, memberi petuah pada anak didiknya, untuk "Jangan takut dalam mengejar dan meraih apa yang kita inginkan dalam hidup ini,".
"Setelah itu, Kelso bertanya pada anak-anak didiknya, 'apa yang ingin kalian inginkan dalam hidup ini?'. Dan saya pun menjawab, 'saya ingin membuka sebuah sekolah'".
Ungkapan Jim Kelso itu pun terasa masuk akal bagi Abdur Rahman. Terlebih bisa disangkutkan dengan keputusannya menjadi seorang muslim.
Baca juga: Mengenang Abdoel Moeis, Pahlawan Nasional Pertama di IndonesiaGagasan lain yang dikemukakan Kelso, 'Ketika Anda menginjak usia 20-an dan mencoba melakukan sesuatu yang baru, akan terasa revolusioner dan benar,'.
"Saya pun mengalami hal tersebut,"
Usai percakapan tersebut, Abdur Rahman pun memutuskan untuk melanjutkan kuliah di bidang master pendidikan. Sembari merampungkan pendidikannya, dia pun berkutat dengan berwirausaha.
"Saya menjadi seorang entrepreneur. Teman saya mengajak untuk bekerja dengannya dan pindah ke daerah bernama Detroit, AS. Saat itu, saya juga sedang menunggu pekerjaan dengan gaji enam digit di bank Islamic development. Gaji tersebut efektif untuk membangun sekolah di seluruh dunia," ungkap Abdur Rahman.
Namun, saat dirinya merenung dan mendengarkan kata hati, dia merasa harus pergi ke Detroit.
"Jika saya tidak melakukan itu, saya tidak akan pernah menjadi seorang entrepreneur dan tidak akan mungkin menemukan LaunchGood. Oleh sebab itu, saya percaya terhadap hati saya. Jika hati saya memberikan petunjuk yang baik, saya akan melakukannya," cetusnya.
Abdur Rahman pun membagikan kisah saat dirinya memutuskan menjadi seorang Muslim. Ketika itu, Abdur Rahman mengumumkan keputusannya tersebut kepada sang ayah.
Baca juga: Cerita Sukses Youtuber Muslim Inggris-Somalia, Chunkz: Langit Adalah Batasku"Suatu malam saat ayah saya sedang bersiap untuk tidur, pada momen itu, saya mencoba mengatakannya bahwa saya telah memeluk agama Islam," ungkap Abdur Rahman.
Setelah mengatakan hal tersebut, sang ayah menjawab, "Kamu tidak bisa menjadi seorang Muslim, karena kamu adalah seorang kulit putih”.
Sang ayah merupakan pendukung Partai Republik dan Presiden Bush, membuat hubungan keduanya merenggang. Ditambah tiga bulan setelah keputusan Abdur Rahman menjadi mualaf, peristiwa 9/11 terjadi.
"Saya pun tidak berpikir bahwa ayah saya percaya kepada Tuhan, namun itu adalah sudah menjadi suatu budaya. Dr Sherman Jackson, mengatakan, 'Ketika seorang kulit putih memeluk agama Islam, itu merupakan kemurtadan budaya'. Dan seperti itulah rasanya." katanya.
Pergolakan politik di AS yang menjadi aneh, ditambah hubungannya dengan sang ayah berjalan tidak baik, Abdur Rahman pun merasa malu pada dirinya yang menjadi Muslim dan berpikir keputusannya tersebut salah.
"Saya berpikir, apakah ini salah? Serta saya pun tidak mabuk, tidak pergi ke pesta, saya pun mempunyai seorang istri dan saya juga bertanggung jawab terhadap keluarga dan melakukan salat lima waktu. Di sisi lain, kekerasan apa yang telah saya lakukan kepada dunia, sehingga Anda sangat membenci jalan hidup saya”.
Baca juga: Sosok Al-Battani, Astronom Muslim Penemu Jumlah Hari dalam SetahunAbdur Rahman pun memutuskan untuk pindah ke Dearborn. Selama dia tinggal di sana, sang ayah hanya mengunjunginya satu kali.
Saat mengunjungi rumahnya, Abdur Rahman meminta sang ayah untuk tidak membawa bir (minuman keras) ke dalam rumah. Di momen itu, sang ayah bersumpah tidak akan mengunjungi Abdur Rahman lagi, meski pun ada seorang cucu perempuan.
Sikap sang ayah membuat Abdur Rahman berpikir, "Apakah sebotol minuman bir lebih penting dibandingkan cucu-nya sendiri?”.
"Dengan kejadian tersebut, saya dan ayah saya seperti berbicara dengan dua bahasa yang berbeda. Ayah saya tidak mengerti, bahwa saya telah memutuskan untuk beriman kepada Tuhan, yang mana di AS pada tahun 2000an, merupakan suatu hal yang gila dan tidak masuk akal,"
"Menurut saya hal tersebut tidak masuk akal untuk tidak melakukannya. Di keluarga saya tidak ada seorang pun yang beriman kepada Tuhan. Oleh sebab itu mereka tidak akan mengerti terhadap hal yang sudah kulakukan," tutup Abdur Rahman seperti dikutip dari Muslim for American Progress.
(est)