LANGIT7.ID, Jakarta - Islam menjadikan Allah Ta'ala sebagai Sang Pencipta yang mempunyai dzat Maha Esa atau tunggal, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Umat Muslim juga percaya bahwa Allah Ta'ala adalah satu-satunya Tuhan sehingga tidak ada dzat yang bisa menyerupai Dzat Allah.
Allah Ta'ala tidak menetapkan baginya anak dan bersamaNya Tuhan yang lain selain Allah. Apabila di alam semesta ini terdapat lebih dari satu Tuhan, maka masing-masing Tuhan akan memerhatikan makhluk-makhluk ciptaannya sendiri-sendiri.
Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam Surat Al-Mu'minuun Ayat 91:
ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُۥ مِنْ إِلَٰهٍ ۚ إِذًا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍۭ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ
Artinya: "Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu." (QS Al-Mu'minun:91).
Berdasarkan kajian tafsir Ibnu Katsir, Sekretaris Dewan Hisbah Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), KH Zae Nandang menjelaskan sesunggunya Allah Ta'ala menyatakan dzatNya bersih bagi Dia anak atau serikat dalam kerajaanNya.
"Jadi (dalam ayat ini) adalah bantahan semua tuduhan bahwa Alllah Ta'ala memiliki serikat, andaikan ditakdirkan terbilangnya Tuhan lebih dari satu, tentu masing-masing tersendiri dengan apa yang dia ciptakan," jelas Kiai Zae dalam tayangan YouTube Persis TV dikutip Rabu (16/11/2022).
Baca Juga: Tafsir An-Nur Ayat 18: Syariat Allah Menunjukan ke Jalan LurusMenurut dia, apabila Tuhan itu banyak maka masing-masing akan sendiri-sendiri dengan ciptaanNya, sehingga jika keadaannya seperti itu, maka keadaannya tidak tersusun dan pasti kacau. Karena dengan sendiri-sendiri menciptakan makhluk-makhluknya.
"Jadi kalau Tuhan terbilang maka pasti akan kacau, karena masing-masing akan menetapkan makhluk menurut keinginan masing-masing," ujar KH Zae.
Lebih lanjut dia menyampaikan, sedangkan yang tersaksikan sesungguhnya teratur, tersusun semua dari alam baik yang di atas maupun di bawah tersusun, sebagian dengan sebagian lain pada puncak kesempurnaan.
"Ini menunjukan kalau Tuhan itu satu, jadi kalau Allah lebih dari satu atau terbilang apalagi banyak tentu tidak akan tersusun dengan sempurna. Akan tetapi masing-masing akan terjadi kerancuan, dengan ciptaanNya masing-masing," katanya.
KH Zae menegaskan bahwa tersusun dan teraturnya alam ini menjadi petunjuk atas kemahatunggalan Allah Ta'ala, sebagaimana yang telah Allah Ta'ala jelaskan dalam salah satu ayat Al-Qur'an Surat Al-Mulk. Kemudian, masing-masing Tuhan tentu menuntut untuk mengarahkan yang lain.
"Masing-masing akan terjadilah benturan itu, sebagian mengalahkan yang lainnya dan sebagian membawahi yang lainnya. Masa Tuhan ada di bawah jadi secara akal saja, tidak bisa diterima jika tuhan lebih dari satu," ujar dia.
Selanjutnya, para
mutakallim juga menerangkan makna ini dan mereka mengambil pelajaran dari padanya, dengan dalil satu sama lain saling membantah sehingga kemudian ini tidaklah mungkin.
"Sesungguhnya kalaulah ditentukan dua pembuat atau lebih maka yang satu menginginkan geraknya jasad, sedangkan yang lain menginginkan diam. Umpamanya matahari, kata Tuhan yang satu berjalan, kata Tuhan yang lain diam itu kan mustahil terjadi," tutur KH Zae.
Selain itu, kata Kiai Zae, jika Tuhan tidak berhasil membuat matahari diam atau berjalan maka Tuhan lemah, sehingga menurut akal pun mustahil ada yang kuasa lebih dari satu. "Dan jika terdapat lebih dari satu yang berkuasa, maka pasti terjadi kerancuan dalam susunan alam ini," tuturnya.
Baca Juga: Muhammad bin Chakroun, Penerjemah Qur’an dan Tafsir Pertama ke Bahasa Prancis(zhd)