Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 06 Desember 2024
home sosok muslim detail berita

Syekh Tahir Jalaluddin, Ulama Ahli Astronomi dari Minangkabau yang Mendunia

Muhajirin Kamis, 17 November 2022 - 05:00 WIB
Syekh Tahir Jalaluddin, Ulama Ahli Astronomi dari Minangkabau yang Mendunia
Syekh Tahir Jalaluddin (tengah) bersama Ayah Buya Hamka Haji Rasul (kiri) dan Daud Rasyidi (kanan) (foto: Wikipedia)
LANGIT7.ID - Islam dan Sains punya kaitan yang sangat erat. Banyak Ulama selain pakar di bidang ilmu keislaman juga menguasai sains. Salah satunya ulama asal Minangkabau, Syekh Muhammad Tahir Jalaluddin Al-Falaki yang ahli di bidang astronomi.

Syekh Tahir lahir di Luhak Agam, Minangkabau, Sumatera Barat pada 7 Desember 1869. Sejak kecil, Syekh Tahir sudah belajar agama dari sang ayah, Tuanku Muhammad (Tuanku Cangkiang). Saat sang ayah meninggal dunia, dia diajar mengajar oleh Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.

Pada 1297 H/1880 M, berangkat ke Mekkah menunaikan ibadah haji sekaligus belajar di sana. Syekh Ahmad Khatib dalam otobiografinya, ‘Dari Minangkabau untuk Dunia Islam’ menulis, Syekh Tahir tiba di Mekkah pada 1298 H/1881 M.

Baca Juga: Ulama Nusantara Tak Hanya Menulis Tentang Agama tapi juga Sains dan Teknologi

Hasril Chaniago dalam ‘101 Orang Minang di Pentas Sejarah (2010)’ mengatakan, Tahir muda tinggal bersama Syekh Muhammad Saleh Al-Kurdi di Mekkah. Dia belajar Al-Qur’an kepada Syekh Abdul Haq di Madrasah Asy-Syaikh Rahmatullah. Dia juga belajar kitab kepada Syekh Umar Syatta dan Syekh Muhammad Al-Khaiyath.

Tak sampai di situ. Tahir muda memanfaatkan keberadaannya di Mekkah untuk menuntut ilmu di berbagai bidang ilmu. Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar dalam buku ‘Mengenal Karya-Karya Ilmu Falak Nusantara’ mengatakan, Tahir belajar nahwu, Sharaf, ma’ani, badi’, mantiq, fikih, hadits, tafsir, geometri, dan ilmu falak (astronomi).

Baca Juga: Visi Peradaban Ponpes Assalaam Dirikan Observatorium dan Planetarium

Dia juga belajar pada ulama Melayu yakni Syekh Ahmad Al-Fathani yang bau kembali ke Mekkah dari Mesir pada 1882. Syekh Al-Fathani lalu menganjurkan Tahir untuk berangkat ke Mesir belajar di Universitas Al-Azhar.

Tahir tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang belajar di Al-Azhar. Selama di Mesir inilah dia mendalami ilmu falak. Yulizal Yunus dalam Riwayat Hidup Ulama Sumatera Barat dan Perjuangannya’ mengatakan, dalam waktu tiga tahun, dia berhasil meraih diploma syahaadah ahmaniya di Universitas Al-Azhar.

Baca Juga: Mengapa Ulama Terdahulu Menguasai Lintas Bidang Ilmu? Ini Penjelasannya

Buya Hamka dalam buku ‘Ayahku (1982)’ mengatakan, dari Mesir, Syekh Tahir sempat kembali ke Mekkah. Bahkan, dia turut membantu Syekh Ahmad Khatib mengajar murid-muridnya. Salah satu murid Syekh Tahir adalah ayah Buya Hamka, Syekh Abdul Karim Amrullah.

Syekh Tahir meninggalkan Mekkah pada 1888. Dia tidak langsung ke Minangkabau, tapi ke Singapura. Dia pertama kali meninjakkan kaki di Singapura pada 20 Mei 1888. Sejak saat itu, dia menulis namanya secara lengkap menjadi Syekh Muhammad Tahir bin Muhammad bin Jalaluddin Ahmad bin Abdullah Al-Minangkabawi Al-Azhari.

Mengutip laman Langgam.id, Syekh Tahir tidak menetap lama di Singapura. Dia berkeliling di beberapa daerah Nusantara untuk berdialog dengan para raja, ulama, sekaligus berdakwah. Dia pernah berkunjung ke Riau, Kepulauan Anambas, Surabaya, Buleleng, Bali, Sumbawa, Bima, Makassar, Gowa, dan kembali lagi ke Singapura.

Saat menetap di Singapura, Syekh Tahir menerbitkan Majalah Al-Iman. Majalah ini memiliki misi menyuarakan pembaharuan pemikiran Islam. setelah majalah itu berhenti terbit pada 1909, dia mendirikan Sekolah Al-Iqbal Al-Islami di Singapura.

Baca Juga: Mengenal Kitab Karya Ulama Nusantara yang Jadi Rujukan Internasional

Pada 1914, dia pindah ke Johor, mengajar para hakim dan mendirikan sekolah. Empat tahun kemudian, tepat pada 1918, dia pindah ke Kuala Kangsar, Kerajaan Perak atas permintaan keluarga kerajaan.

Saifullah dan Febri Yulika dalam ‘Pertautan Budaya-Sejarah Minangkabau & Negeri Sembilan’ menulis, Syekh Tahir hampir saja diangkat menjadi mufti Kerajaan Perak. Tapi, pikirannya condong ke ‘kaum muda’ dan mendapat tantangan dari ‘kaum tua’.

Kembali ke Ranah Minang dan Jadi Target Belanda

Syekh Tahir pulang ke Ranah Minang pada 1927. dia mendapat sambutan luar biasa dari ulama dan masyarakat setempat. Dia lalu berkeliling Sumatera Barat berdakwah sekaligus menggalakkan gerakan anti-kolonialisme.

Pada 1928, dia langsung menjadi target Belanda. Dia ditangkap dengan tuduhan ikut menyebarkan paham komunis. Dia awalnya ditahan di Bukittinggi lalu dipindahkan ke Padang.

Penangkapan itu menimbulkan kehebohan. Sarekat Islam di Volksraad menyuarakan protes keras. Muhammadiyah dalam Muktamar di Solo pada 1928 juga mengecam keras penangkapan tersebut.

Baca Juga: Syekh Ibrahim Musa Parabek, Ulama Pembaharu dan Pejuang dari Minangkabau

Syekh Tahir ditahan sampai enam bulan. Dia menjalani pemeriksaan. Namun, tuduhan sebagai penyebar paham komunis tidak terbukti. Belanda hanya takut pada sosok Syekh Tahir yang mendakwahkan pembaruan Islam dan perlawanan terhadap Belanda.

Menulis Buku tentang Ilmu Falak

Setelah bebas, Syekh Tahir kembali ke Kuala Kungsar. Dia meneruskan berdakwah, mengembangkan Pendidikan Islam, dan menulis puluhan buku. Di bidang ilmu falak, dia menulis empat buku. Buku itu yakni:

1. Natijatul Umur yang terbit pada 1936. Buku ini berisi mengenai perhitungan Tahun Hijriyah dan Masehi, arah kiblat, dan waktu shalat yang dapat digunakan sepanjang masa.

2. Nukhabatut Taqirart fi Hisabil Auqat wa Sammatil Qiblat bil Lugharitmat yang terbit pada 1937. Buku ini mengupas tentang kaidah ilmu falak.

Baca Juga: 3 Ulama Indonesia Pernah Jadi Imam Besar Masjidil Haram

3. Jadawil Pati Kiraan Pada Menyatakan Waktu yang Lima dan Hala Qiblat dengan Logharitma’ yang terbit di Singapura pada 1938. Buku ini berisi tentang perhitungan falakiyah.

4. Al-Qiblah fi Nushushi ‘Ulamais Syafi’iyah fi ma Yata’allaqu bi Istiqbalil Qiblatus Syar’iyah Manqulab min Ummuhat Kutubil Mazhab yang terbit pada 1951. Buku ini disahkan oleh Majlis Ugama Islam dan Adat Melayu Perak.

Syekh Tahir Jalaluddin wafat setelah Subuh pada 26 Oktober 1956. Di Malaysia, Namanya diabadikan sebagai Pusat Falak Malaysia (Pusat Falak Syeikh Tahir/Sheikh Tahir Astronomical Center) yang didirikan pada 9 Oktober 1991 di Pulau Penang, Malaysia.

Baca Juga: Habib Ali Al-Habsyi, Penulis Maulid Simtudduror yang Jejaknya Sampai ke Solo


(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
right-1 (Desktop - langit7.id)
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 06 Desember 2024
Imsak
03:58
Shubuh
04:08
Dhuhur
11:47
Ashar
15:13
Maghrib
18:01
Isya
19:16
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan