LANGIT7.ID - , Jakarta - Global Intelektual Muslim, Ustaz Muhammad Elvandi mengatakan
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam merupakan manusia yang paling dicintai Allah SWT, meski demikian hidupnya selalu diberikan
ujian yang lebih berat dari yang lain.
"Sejak usia nol, dia tidak memiliki ayah. Kemudian, saat berusia 6 tahun ibunya wafat. Rasulullah Saw tinggal dengan kakeknya hanya dua tahun, sebab di usia 8 tahun sang kakek meninggal dunia," terang Ustaz Elvandi.
Rasulullah, lanjut Ustaz Elvandi, kemudian tinggal dengan pamannya, Abu Thalib. Namun, saat itu hidupnya tidak mudah. Karena pamannya yang miskin memiliki anak banyak. Maka Nabi Muhammad di usia 8 tahun hingga 12 tahun harus mengembala
ternak kambing.
Baca juga: Teladan Rasulullah SAW Ubah Krisis Jadi PeluangMenurut Ustaz Elvandi penempatan situasi yang sulit bagi Nabi Muhammad Saw bukan bermaksud buruk tetapi untuk
menguatkan mental.
"Jadi sebetulnya bagaimana Nabi Muhammad itu bisa memiliki mentalitas yang kuat dalam menghadapi masa-masa berat, karena Allah SWT mencicil masalah-masalah yang berat itu sejak kecil," ujar Ustaz Elvandi dalam kajian daring bertajuk Cara Rasul Move On Dalam Kesedihan, dikutip Sabtu (19/11/2022).
Dia berpendapat tidak ada manusia yang mampu menghadapi ujian berat jika ia tidak pernah menaiki tangga-tangga.
"Anak usia 12 tahun dikasih ujian anak SD, sebab Allah SWT tidak akan memberikan ujian kepada anak kecil dengan ujian profesor, tidak bisa," katanya.
Allah menguatkan mental Nabi Muhammad dengan memberikan masalah yang berat sejak beliau balita, sehingga mentalitas Rasulullah SAW sedikit demi sedikit terbentuk. Hal ini dilakukannya, karena Allah SWT Maha Tahu bahwa manusia yang ia turunkan itu akan menjadi nabi.
Singkat cerita, pada usia 40 tahun, ketika Allah SWT mengutus Muhammad sebagai nabi, barulah ujian sejati itu dimulai. Awalnya Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan berjalan dengan lancar.
Baca juga: Teladan Rasulullah, Bangun Romantisme Hubungan dengan Panggilan SayangNamun, ketika sudah ada yang mulai mendengar, saat itulah mulai muncul ancaman dan masalah.
Masalah pertama, kata Ustaz Elvandi, yang dialami Rasulullah setelah menjadi nabi berasal dari keluarganya sendiri. Saat itu, Rasulullah mengundang keluarganya dari Bani Hasyim untuk makan-makan untuk menyampaikan pesan.
"Lalu, mulailah Rasulullah menyampaikan pesan Islam. Setelah berbicara tentang itu langsung di depan forum ia dapat kalimat menyakitkan. Kalimat pertama yang sangat menusuk hati Rasulullah berasal dari seorang paman yang dicintai. Sebelumnya, sang paman, waktu Rasulullah lahir, membebaskan budak dan mentraktir orang-orang karena yang saking bahagia dengan kelahiran (Rasulullah)," jelas Ustaz Elvandi.
"Ketika Muhammad menjadi Nabi muncullah sifat dengki, ia (Abu Thalib) nyinyir dan melecehkan Nabi Muhammad saat momen kumpul keluarga. Bagi sebagian orang kalau mengalami hal demikian itu merupakan sesuatu yang tidak mudah dan hal paling memungkinkan dilakukan adalah dengan mengusir, marah-marah, dan lainnya," lanjutnya.
Namun, hal itu tidak berlaku pada Rasulullah. Junjungan umat Islam di seluruh bumi ini bisa
move on dan melewatkan ujian berat itu dengan santai.
Baca juga: Teladan Rasulullah Hadapi Menantu Non Muslim Hingga Mendapat Hidayah Masuk Islam"Jadi sebetulnya sangat sederhana, manusia itu diukur dengan apa yang dia pikirkan setiap kali dia menemukan masalah kecil. Kalau ada masalah dan fokus ke situ dan menjadi sakit hati, maka level kepribadian kualitasnya di situ. Tetapi kalau ada orang-orang yang berpikir jauh dan memiliki mimpi besar, ia akan anggap ujian itu angin lalu, karena mimpi hidupnya jauh lebih besar," imbuhnya.
(est)