LANGIT7.ID, Jakarta - Tokoh oposisi Malaysia yang kini memimpin Pakatan Harapan (PH),
Datuk Seri Anwar bin Ibrahim, resmi menjadi
Perdana Menteri Malaysia pada Kamis (24/11/2022). Dia berhasil menjadi kepala pemerintahan Negeri Jiran setelah perjalanan panjang dan berbagai drama dalam karier politiknya.
Pria kelahiran Penang,
Malaysia 10 Agustus 1947 itu merupakan salah satu politikus yang cukup masyhur, terutama di dunia politik Malaysia. Pada 1960, dia tercatat sebagai salah satu siswa di Maktab Melayu Kuala Kangsar. Dia juga belajar di Universitas Malaya pada 1967.
Di dunia perguruan tinggi, Anwar pernah menjabat sebagai Presiden Kesatuan Bahasa Melayu pada 1968. Dia juga sempat memimpin protes menentang Perang Vietnam serta demonstrasi mengenai masalah sosial dalam negeri mulai dari kemiskinan, korupsi, dan nasib kaum marjinal.
Baca Juga: Anwar Ibrahim Resmi Jadi Perdana Menteri ke-10 Malaysia
Anwar juga dikenal sebagai aktivis yang lantang menyuarakan reformasi. Itu membuat dia merasakan dinginnya lantai bui untuk pertama kalinya pada 1974. Kala itu, dia ditangkap karena dianggap melanggar Undang-Undang Keamanan Internal (ISA) karena menggelar unjuk rasa menentang kemiskinan dan kelaparan di daerah pinggiran.
Akibatnya, Anwar dimasukkan ke penjara selama 20 bulan tanpa perlu menjalani proses peradilan. Saat keluar dari bui, dia mengejutkan rekan perjuangannya karena memutuskan bergabung ke partai penguasa, UMNO, di bawah pimpinan Mahathir Mohamad.
Sejak saat itu, karier politik Anwar langsung melesat. Pada 1983, dia ditunjuk menjadi Menteri Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga sebelum mengambil alih jabatan Menteri Agrikultur dan Menteri Pendidikan.
Melansir Al-Jazeera, perjalanan karir politik Anwar kian gemilang saat menjabat Menteri Keuangan pada 1991 dan diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri pada 1993. Perekonomian Malaysia melejit. Asiamoney bahkan menobatkan Anwar sebagai ‘Menteri Keuangan Tahun Ini’ pada 1996.
Baca Juga: Pakatan Harapan Menang Pemilu Malaysia tapi Terancam Tak Bisa Berkuasa
Pada 1997, krisis moneter melanda dunia. Tapi, Anwar berhasil membawa Malaysia melalui ujian berat tersebut. Dia bahkan ditunjuk menjadi Ketua Komite Pembangunan Bank Dunia pada 1998. Newsweek pun menobatkan Anwar sebagai ‘Asian of the Year’.
Bergerak dari Balik SelimutPencapaian gemilang Anwar membuat Mahathir menyerahkan tahtanya saat rehat selama dua bulan. Anwar ditunjuk sebagai perdana menteri interim. Itu rupanya dimanfaatkan Anwar untuk merombak pemerintahan dan membongkar ‘kebusukan’ UMNO yang dianggap mulai rapuh karena sistem kroni, korupsi, dan nepotisme di tubuh partai.
Tindakan itu membuat nasib Anwar berubah. Dia langsung dituntut atas dugaan korupsi dan pencobaan penghalangan pemeriksaan kasus sodomi yang dituduhkan kepadanya. Dia juga langsung dipecat menjadi wakil perdana menteri.
Sejak dipecat sebagai Wakil PM Malaysia, Anwar memulai gerakan reformasi. Dia membakar semangat pendukungnya untuk turun ke jalan melawan koalisi penguasa, Barisan Nasional.
Baca Juga: Membaca Tafsir al-Azhar Buya Hamka, Anwar Ibrahim: Mengesankan
Pergerakan Anwar itu membuatnya kembali ditahan pada 20 September 1998. Namun, dia tetap aktif memimpin gerakan reformasi dari balik jeruji. Dia membentuk pembentuk partai lintas etnis tak hanya Melayu, Parti Keadilan Nasional, saat masih mendekam di dalam bui.
Pada Agustus 2003, Parti Keadilan Nasional bergabung dengan Parti Rakyat Malaysia membentuk Parti Keadilan Rakyat (PKR) yang dipimpin istri Anwar, Wan Azizah Wan Ismail.
Anwar baru bebas dari bui pada 2 September 2004. Tetapi, dia tidak bisa langsung terjun ke dalam politik sampai lima tahun. Dia hanya bisa mendorong PKR ikut serta dalam Pilihan Raya Umum (PRU) tahun 2008. PKR berhasil memenangkan 31 kursi parlemen. Itu menjadikan mereka partai oposisi terkuat di Malaysia.
Bahkan, pada pemilu 2013, PKR berhasil meraih suara lebih banyak dari koalisi Barisan Nasional. Hanya saja mereka tidak bisa mengambil-alih kekuasaan karena tak mendapatkan cukup kursi parlemen.
Baca Juga: Kronologi Skandal 1MDB, Penyebab Eks PM Malaysia Dipenjara 12 Tahun
Namun lagi-lagi, Anwar kembali dikriminalisasi. Dia dituduh melakukan sodomi kepada asisten pribadinya, dan kembali dibui oleh Rezim Perdana Menteri Najib Razak. Dia pun dijebloskan ke penjara pada 2015.
Memimpin Oposisi dari Balik JerujiJeruji tidak membuat langkah Anwar terhenti. Dia tetap memimpin langkah Pakatan Harapan. Dia kembali bersatu dengan Mahathir Mohamad yang ingin menyatukan kekuatan dengan Pakatan Harapan demi melawan rezim Najib. Rezim Najib kala itu dianggap korup.
Namun kesepakatan itu bukan berarti tidak diikuti deal-deal politik. Anwar sepakat menunjuk Mahathir menjadi calon perdana menteri interim yang akan menyerahkan tahta kepadanya setelah bebas dari bui.
Usai terpilih sebagai perdana menteri pada pemilu bersejarah 2018, Mahathir mengupayakan pengampunan penuh dari raja. Anwar tidak hanya dibebaskan, dia juga langsung bisa berpartisipasi dalam politik. Itu membuka jalan lebar menuju kursi perdana menteri.
Baca Juga: Mahathir Klarifikasi Tak Bermaksud Dorong Malaysia Klaim Singapura dan Kepri
Tetapi, Mahathir melepaskan jabatan pada 2020 karena masalah politik di Malaysia. Anwar otomatis gagal menjadi PM. Tapi dia tidak berhenti. Dia bertarung dalam pemilu Malaysia pada Sabtu, 19 November 2022.
Meski penuh drama hasil pemilu yang tak memiliki pemenang, Anwar akhirnya berhasil menjabat PM Malaysia. Dia ditunjuk oleh Raja Al-Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah pada Kamis (24/11/2022).
“Setelah memperhalusi (mempertimbangkan) pandangan Yang Maha Mulia Raja-Raja Melayu, Seri Paduka Baginda telah memberi perkenan untuk melantik Yang Berhormat Dato’ Seri Anwar bin Ibrahim srbagai Perdana Menteri Malaysia ke-10,” demikian pernyataan resmi Istana Negara Malaysia.
(jqf)