LANGIT7.ID, Jakarta -
Perdana Menteri ke-10 Malaysia,
Anwar Ibrahim dikenal memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Indonesia. Bahkan sejak masa mudanya, Anwar Ibrahim akrab berkawan dan belajar dengan banyak tokoh dari Indonesia.
Mantan Penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abdullah Hehamahua, bahkan menyebut Anwar Ibrahim pernah ikut pengkaderan dari salah satu organisasi kepemudaan di Indonesia yakni
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Anwar juga dekat dan banyak berguru kepada pendiri sekaligus pemimpin Partai Masyumi,
Mohammad Natsir.
“Anwar Ibrahim pernah ikut seminar perkaderan HMI di Solo pada masa awal orde baru. Jadi beliau dapat dianggap sebagai salah seorang kader HMI. Itulah sebabnya beliau berkenalan dengan abah Moh Natsir setelah abah Natsir keluar dari tahanan orde lama tahun 1967,” kata Abdullah yang merupakan mantan Ketua Umum PB HMI kepada
Langit7.id, Jumat (25/11/2022).
Baca Juga: Anwar Ibrahim Resmi Jadi Perdana Menteri ke-10 Malaysia
Dari situ, Anwar Ibrahim termotivasi untuk membentuk Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) pada 1971 dan menjabat sebagai ketua sampai 1982. Dia tampil sebagai tokoh muda muslim yang kerap memimpin unjuk rasa anti-pemerintahan terkait kemiskinan di bagian utara Malaysia.
“Ketika memimpin unjuk rasa mahasiswa di Malaysia beliau ditahan oleh polisi Malaysia. Abah Natsir kirim surat ke PM Malaysia, Mahathir agar bisa bebaskan Anwar Ibrahim,” kata Abdullah.
Kiprah Anwar Ibrahim memimpin unjuk rasa melambungkan namanya ke kancah perpolitikan nasional. Hingga pada 1982, dia diundang PM Malaysia Mahathir Mohamad bergabung dengan Partai UMNO yang bercirikan perjuangan afirmasi pribumi Melayu.
Baca Juga: Jalan Terjal Anwar Ibrahim Menuju Kursi Perdana Menteri
“Bebas dari tahanan beliau ikut Pemilu Malaysia dan terpilih menjadi anggota parlemen dari daerah kelahirannya yakni provinsi Pulau Pinang. Dari situ beliau diangkat oleh Mahathir menjadi wakil menteri pertanian,” ujar Abdullah.
Kedekatan Anwar dengan Tokoh MasyumiAbdullah menyebut, Anwar Ibrahim memiliki kedekatan khusus dengan Masyumi. Setiap kali ke Jakarta, dia selalu menemui M. Natsir. Setelah Abah Natsir meninggal, beliau tetap berhubungan dengan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).
“Ketika Kongres HMI di Makassar (1979), Anwar Ibrahim datang memberi orasi sebagai Presiden ABIM,” ujarnya.
Saat menjadi menteri pendidikan kemudian Deputi PM, banyak anak keturunan Masyumi, khususnya di DDII, diberi beasiswa untuk kuliah di Malaysia, baik S1, S2, maupun S3. Apalagi mereka yang kuliah di Universitas Islam Antarabangsa (UIA).
Baca Juga: Jalan Terjal Anwar Ibrahim Menuju Kursi Perdana Menteri
"Saya dan saudara Yusril Ihza Mahendra, dua di antara ratusan mahasiswa yang dapat beasiswa di Malaysia,” kata Abdullah.
Abdullah menerangkan, Anwar Ibrahim banyak terpengaruh pemikiran M Natsir dalam memperjuangkan keadilan di Malaysia. Menurut dia, pengaruh M Natsir terhadap Anwar Ibrahim yang menonjol adalah pola pikir yang menampilkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
“Anwar Ibrahim belajar dari konsep abah Natsir yang memperjuangkan terbentuknya NKRI, menggantikan RIS dalam pidato abah Natsir yang phenomenal tgl 3 april 1950. Anwar Ibrahim dalam konsep politiknya membawa Malaysia sama seperti yang dilakukan oleh abah Natsir,” pungkas Abdullah.
(jqf)