Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 21 Maret 2025
home wirausaha syariah detail berita

Bisnis Sepatu Branded Bekas, Pelaku Usaha: Menjanjikan tapi Berisiko

Fifiyanti Abdurahman Senin, 12 Desember 2022 - 13:25 WIB
Bisnis Sepatu Branded Bekas, Pelaku Usaha: Menjanjikan tapi Berisiko
Pemilik usaha Sepokat Gout, Emir Purnama. Foto: Fifiyanti Abdurahman/Langit7.
LANGIT7.ID - , Jakarta - Sneakers menjadi salah satu fashion yang banyak diminati, terlebih sepatu branded. Hanya saja untuk memiliki sepatu bermerek, konsumen harus merogoh kocek dalam-dalam.

Melihat peluang tersebut, Founder Sepokat Gout Emir Purnama pun membuka usaha thrift shop atau jual beli produk fashion bekas, termasuk sepatu. Toko yang dibangunnya ini menyediakan sepatu impor dari negara-negara Asia.

Baca juga: 3 Tempat Belanja Barang Bekas Berkualitas di Bandung

Meski di ambil dari negara Asia, Emir sapaan akrabnya mengaku sepatu thrifting yang dimiliki berasal dari Eropa dan Amerika. Hal tersebut terlihat dari ukurannya yang cukup besar.

"Sebenarnya barang-barang ini dari Eropa dan Amerika, karena rata-rata kita dapatnya yang size besar semua, seperti 43, 44 dan 45. Ini juga termasuk risikonya, kita susah mendapatkan size kecil apalagi ukuran perempuan misal 36-40, itu jarang banget. Makanya kalau ada pun, itu cepet ludesnya," ujar Emir saat di temui Langit7 di Jakarta, dikutip Senin (12/12/2022).

Biasanya Emir mendapat barang langsung dari orang pertama. Terkadang ketika terdapat barang yang susah didapat maka ia akan mengambil dari pedagang-pedagang besar yang ada di Indonesia.

"Cuma memang akan lebih mahal, karena sudah di tangan orang kedua," kata pengusaha yang mengaku mencuci sepatu-sepatunya sebelum dijual.

Beragam merek ditawarkan Emir melalui tokonya, seperti Nike, Adidas, Onitsuka, Air Jordan Low, Air Max 97 dan lainnya. Sementara untuk merek sepatu seperti New Balance, VANS, dan Converse, Emir masih belum menjualnya. Alasan Emir karena pengetahuannya akan jenis sepatu tersebut belum memadai.

Baca juga: Renovasi Kamar Mandi, Coba Beli Sanitasi Rekondisi di Pasar Rumput

"Saya kalau mau datangi barang, harus paham dulu barangnya seperti apa. Enggak asal saya jual," tuturnya.

Dari semua merek yang ada, Nike Air Jordan Low dan Air Max 97 jadi sepatu yang paling banyak dicari. Sementara untuk harga, Emir mengaku paling murah Rp150.000 dan termahal Rp1,5 juta.

Untuk sistem penjualan, alumni Universitas Bung Karno itu mengenakan sistem offline dan online seperti TikTok (sepokatgout), Instagram (@sepokt.gout), Online Shop dan YouTube (Sepokat Gout).

"Kalau jualan offline yang datang pastinya lebih banyak orang Jabodetabek. Tapi kalau di online seperti live TikTok, dan IG itu sudah ke Sulawesi, Sumatera dan lainnya. Di YouTube juga. Cuma YouTube itu untuk konten," ungkapnya.


Risiko Usaha Thrifting


Tidak ada usaha yang tak berisiko, seperti yang dialami Emir selama menjalani bisnis thrifting. Berbeda dengan menjual alas kaki baru, sepatu thrifting tidak memakai kardus.

Baca juga: 3 Peluang Bisnis yang Cocok bagi Si Introvert dan Pemalu

Sistem pembelian barang thrifting dalam bentuk bal atau satu karung besar. Artinya, calon pedagang tidak mengetahui kondisi barang yang dibeli tersebut. Emir mengaku dalam satu bal, tidak semua sepatu dalam kondisi baik atau mulus.

"Ada yang reject, itu paling kita jual murah. Nah yang bagus-bagusnya karena barang sudah tidak diproduksi, rata-rata apalagi sepatu-sepatu basket itu sudah lawas-lawas semua, itu kita up harganya, buat menutupi yang reject," imbuh Emir.

Nah, terkait presentase produk rusak, Emir menjelaskan semua tergantung harga. Semakin mahal harga per bal, maka jumlah barang rusak juga semakin sedikit.

"Kalau saya enggak berani ambil risiko gede, jadi sekali yang saya ambil yang agak lumayan harganya. Ya, paling sekitar 10 hingga 15 persenlah busuk-busuk. Nah satu bal itu isi sepatunya 100 pasang," katanya.

Selain kondisi sepatu, risiko lain yang dialami Emir adalah waktu perjalanan. Biasanya pengiriman barang memakan waktu 1-1,5 bulan. Dalam kurun waktu tersebut, Emir belum dapat menjual sepatu-sepatunya atau istilahnya, duit mati.

"Sebenarnya risiko bisnis sepatu bekas banyak, tapi hypenya lagi tinggi. Kalau saya lihatnya seperti fenomena batu akik, persis. Jadi semua orang suka batu akik bahkan jadi pedagang. Sekarang pun begitu sama, tapi saya enggak melihat umur dari sepatu ini sama seperti batu akik," jelas Emir.

Baca juga: Bukan Cuma Umat Islam, Industri Halal Jadi Peluang Bisnis Semua Orang

"Kalau sepatu thrifting umurnya sudah pasti. Cuma memang naik turun. Kalau bisnis thrifting ya kita melihat umurnya pasar Senen yang masih ada hingga sekarang. Berarti kan thrifting pasti panjang umurnya," ucapnya.

Ketika ditanya modal awal membuka suara sepatu thrifting, Emir mengaku mengeluarkan puluhan juta untuk itu. Tingginya modal tersebut lantaran Emir tak ingin mengambil risiko dengan mengambil bal berharga murah.

Menurut Emir berjualan thrifting sejalan dengan istilah 'ada harga ada rupa'. Karenanya, dia pun memilih untuk mengambil harga bal yang sedikit mahal agar kondisi sepatu yang didapat tidak banyak yang rusak.

"Harga semakin tinggi per satu bal, presentase busuknya semakin sedikit. Tetapi kalau harganya semakin murah bahkan bisa 40-45 peran yang busuknya. Kalau saya enggak mau ambil risiko, tempat saya kecil daripada reject-nya lebih banyak ya mending pilih yang bagusnya," cetus Emir.

(est)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 21 Maret 2025
Imsak
04:32
Shubuh
04:42
Dhuhur
12:04
Ashar
15:14
Maghrib
18:07
Isya
19:15
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan