LANGIT7.ID, Jakarta - Ketua Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional, Dr. Fachruddin M. Mangunjaya, mengungkapkan, ilmuwan muslim dari seluruh dunia sebenarnya memiliki perhatian besar terhadap isu
krisis iklim.
Fachruddin mencontohkan, pada 2015, ilmuwan muslim berkumpul di Istanbul untuk mengadakan simposium perubahan iklim. Pertemuan itu diikuti sejumlah ilmuwan lingkungan hidup dan iklim serta ulama terkemuka dari dunia Islam.
Simposium itu menghasilkan
Islamic Declaration on Global Climate Change. Deklarasi ini setidaknya akan menjadi sebuah pedoman yang mengarahkan seluruh umat Islam agar dapat berpartisipasi bersama dengan penduduk bumi lain.
Baca Juga: Krisis Iklim Kian Parah, Umat Islam Harus Bagaimana?
Deklarasi itu berisi mukadimah dan pertimbangan-pertimbangan, referensi ayat Al-Qur’an yang berisi tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan (mizan) di planet bumi. Itu agar manusia tidak merusak keseimbangan di bumi.
Deklarasi tersebut ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa kaum muslim dapat berkontribusi membawa solusi bagi krisis iklim yang sedang berlangsung saat ini.
“Kita sudah melakukan simposium mengenai perubahan iklim meninjau bagaimana sebenarnya umat Islam bertindak,” kata Dr Fachruddin di Gedung Cyber Universitas Nasional (Unas), Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2022).
Manusia memiliki tanggung jawab untuk mengatasi hambatan transformasi ekologis. Saat ini sudah terjadi penipisan sumber daya dan polusi yang disebabkan oleh perubahan iklim. Maka itu, perlu transformasi ekologis melalui proses pendidikan agama.
Baca Juga: Ekopesantren, Langkah Nyata Pesantren Selamatkan Lingkungan
Diperlukan pula perilaku upaya mengaktifkan nilai-nilai agama dan temuan ilmiah untuk memberikan penghargaan terhadap lingkungan.
Gerakan ini membutuhkan upaya pendidikan khusus untuk mengubah gaya hidup, mata pencaharian, dan kepemilikan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya kehidupan harmonis kehidupan spiritual yang diperlukan dalam beragama dan kebaikan lingkungan kita.
Gerakan semacam ini juga perlu digaungkan untuk menjawab tudingan global yang menyebut pemimpin dunia Islam hanya diam saja. Fachruddin menunjukkan satu data yang diolah dari UNSDG Indicator 2015 yang memperlihatkan emisi per kapita di beberapa negara muslim.
Baca Juga: Pakar: Kerusakan Lingkungan Jadi Ancaman Keamanan bagi Manusia
Qatar menempati urutan tertinggi dengan 40,1%, Kuwait 34,24%, Brunei Darussalam 22,96%, Uni Emirat Arab 22,31%, Oman 20,56%, Bahrain 19,18%, Arab Saudi 16,92%, dan Indonesia 1,81%.
“Indonesia itu sangat kecil. Kita hanya jaga hutan, terus menanam hutan, sudah banyak sekali amaliah yang bisa kita perbuat untuk lingkungan ini,” kata Fachruddin.
(jqf)