LANGIT7.ID, Jakarta - Dalam berbagai kajian pemikiran Islam, istilah
worldview sering disebut-sebut. Lalu apakah yang dimaksud dengan
worldview?. Konsep
worldview atau dalam bahasa Jerman disebut
weltanschauung pertama kali disebutkan oleh filsuf Jerman, Immanuel Kant.
Weltanschauung lalu diterjemahkan oleh ilmuwan muslim Prof Naquib Al-Attas menjadi
ru'yatul Islam lil wujud atau pandangan Islam terhadap eksistensi.
Direktur Utama
Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS),
Prof. Dr. KH. Hamid Fahmy Zarkasyi, mengatakan,
worldview merupakan alat untuk mengukur sebuah peradaban, agama, hingga ideologi. Sejak dimunculkan oleh Immanuel Kant, istilah
worldview sering digunakan dalam ruang pendidikan dan diskursus yang populer.
"
Worldview adalah kepercayaan, perasaan, dan apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai motto,” kata Prof Hamid dalam Pidato Akhir Tahun:
Worldview Islam dan
Weltanschauung Bangsa, yang digelar INSISTS pada Ahad (25/12/2022) malam.
Baca Juga: Worldview Islam, Filsafat Islam, dan Peradaban Islam
Worldview bisa dikatakan sebagai sebuah istilah sekuler, karena hanya membahas konsep yang terkait dengan fisik. Sementara, Islam memiliki sudut pandang dunia dan akhirat. Sudut pandang itu tidak bisa ditemukan dalam terminologi bahasa Inggris di mana Worldview hanya sekadar memandang eksistensi yang fisik-fisik saja.
Konsep ala Barat itu tidak bisa melihat masalah-masalah metafisik seperti malaikat, jin, Tuhan, dan sifat-sifat Tuhan. Itu yang membuat sekularisme memisahkan antara agama dan politik, agama dan ekonomi, hingga agama dan sosial-budaya.
Menurut Ninian Smart,
worldview merupakan sebuah kepercayaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral.
“Kepercayaan, pikiran, dan perbuatan. Kalau kita mau satukan dalam sebuah entitas, worldview adalah sebuah perbuatan yang bisa dideteksi dari pikiran dan keyakinannya. Pikiran orang itu akan tercermin di dalam perbuatannya,” kata Rektor Universitas Darussalam Gontor itu.
Baca Juga: Rektor Unida Gontor: Rusaknya Ilmu karena Terpisah dari Iman
Worldview juga bisa diartikan sebagai sistem kepercayaan dasar yang integral tentang diri manusia, realitas, dan pengertian eksistensi. Ini berdasarkan pengertian Thomas F Wall. Alparslan Acikgence mendefinisikan
worldview sebagai asas bagi setiap perilaku manusia, termasuk aktivitas-aktivitas ilmiah dan teknologi.
“Intinya adalah keyakinan. Orang yang percaya bahwa merampok adalah cara menjadi kaya dengan cepat, dia akan melakukan itu. dan dia yakin itu akan membahagiakan dia. Itu
worldview-nya perampok,” kata Prof Hamid.
Definisi tersebut berlaku bagi peradaban atau agama secara umum. Namun, definisi untuk
worldview Islam mempunyai nilai tambah karena sumber dan spektrum yang luas dan menyeluruh.
“Apa yang didefinisikan banyak ulama tentang
worldview ini, tapi dalam terminologi yang berbeda. Makna
worldview dalam bahasa Arab tidak sama dengan
worldview dalam bahasa Inggris,” ucap Prof Hamid.
Worldview dalam Islam tidak sekuler seperti
worldview Barat. sehingga, istilah itu kurang pas jika
worldview disepadankan begitu saja dengan konsep Islam. Hal yang menjadi persoalan, istilah dalam Islam tidak bisa disamakan lalu diterminologikan dengan bahasa lain.
Baca Juga: Peradaban Islam Pernah Berjaya, Inilah Penyebab Keruntuhannya
“
Worldview artinya pandangan dunia, padahal Islam punya pandangan dunia dan akhirat. Tapi tidak ada kata-kata dalam bahasa Inggris yang bisa mengakomodir kata-kata dunia dan akhirat,” kata Prof Hamid.
Sayyid Quthb mengartikan
worldview dengan
Ath-Tashawwur Al-Islami.
Ath-Tashawwur Al-Islami yang dimaksud Sayyid Qutub adalah akumulasi keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati.
“Akumulasinya seperti apa? Manusia sejak lahir sampai dewasa, dia akan belajar banyak hal, yang itu bisa secara apriori dari orang tua, lingkungan, dari orang dewasa, kemudian dari situ secara tidak sadar memahami bahwa ada nilai-nilai yang basisnya adalah keyakinan,” kata Prof Hamid.
Hal itu dimulai dari keyakinan. Sebab keyakinan itulah yang akan menentukan mengenai wujud. Wujud dalam Islam ada dua, fisik dan metafisik. Ketika orang punya keyakinan bahwa menghormati orang tua adalah sebuah kebajikan, di situ dia paham bahwa ada sesuatu di balik orang tua itu.
“Keyakinan yang dihasilkan dari sekolah, keluarga, itu akan menghasilkan cara pandang di dalamnya anda melihat sesuatu yang fisik dan metafisik,” ujar Prof Hamid.
Baca Juga: Ilmu, Iman, dan Amal dalam Islam tidak Bisa Dipisahkan
Secara singkat, Prof Hamid menyimpulkan,
worldview Islam adalah ilmu, iman, dan amal. Tiga hal tersebut berada dalam satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam cara pandang seorang muslim. Itu pula yang menjadi dasar perbuatan-perbuatan yang dilakukan seorang muslim.
“
Worldview Islam adalah ilmu, iman, dan amal.
Worldview Islam adalah syariah, akidah, dan akhlak. Secara akademis, kita bisa gunakan fikih, ushuluddin, dan tasawuf,” kata Prof Hamid.
(jqf)