LANGIT7.ID, Jakarta - Kisah seorang pemuda bernama Tiko merawat ibunya, Eny sukaesih yang
depresi menyita perhatian publik. Diketahui, Tiko dengan sabar merawat ibunya di sebuah rumah mewah yang terbengkalai.
Pemuda itu tinggal bersama ibunya di dalam rumah tanpa air dan
listrik selama 12 tahun dan hanya mengandalkan penerangan lilin serta air hujan untuk keperluan sehari-hari. Tindakan Tiko mendapat apresiasi warganet setelah video tentangnya viral di media sosial.
Pemuda bernama lengkap Pulung Mustika Abima itu sejak kecil merawat ibunya yang depresi setelah Eny ditinggal suaminya pada 2010 silam. Berdasarkan cerita Tiko pada kanal Youtube Ale Coward, dikutip Rabu (11/1/2023), sang Ayah pergi meninggalkan mereka berdua sejak Tiko masih duduk di bangku kelas 6 SD.
Baca Juga: Kisah Sukses Alvin Noor, Alumni Pesantren yang Raih Beasiswa S2 dan S3Apa yang dilakukan Tiko merupakan salah satu wujud dari
birrul waliday atau berbakti kepada kedua orang tua. Islam menganjurkan seorang anak berbakti kepada orang tua dalam kondisi apapun sepanjang tidak ada yang menyalahi syariat agama.
Dalam buku Keutamaan Birrul Walidayn, Hikmah di Balik Kisah Orang yang Berbakti Kepada Orang tua karya Ibrahim Al-Hazimy (Qisthi Press: 2005), dijelaskan bahwa berbakti kepada orang tua akan mengantarkan anak ke surga.
Ibnu Umar pernah berkata kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk surga?”. Lalu dijawab, “Tentu”.
Maka Ibnu Umar mengatakan, “Kalau begitu berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, kalau engkau berbicara kepadanya dengan lembut dan memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga, selama hal-hal yang menyebabkan masuk neraka engkau hindari.”
Kisah Tiko yang merawat ibunya mengingatkan akan kisah seorang pemuda tabi’in bernama Uwais Al Qarni. Rasulullah bahkan menyebut Uwais sebagai sebaik-baik tabi’in. Tabi’in adalah mereka yang tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah.
Baca Juga: Kisah KH Chudlori, Pilih Beli Gamelan Demi Kerukunan WargaUwais adalah seorang yatim yang tinggal bersama ibunya yang sudah tua di Yaman. Uwais sendiri pun memiliki penyakit belang di tubuhnya. Namun, kondisi inilah yang membuatnya mulia.
Dalam buku Kisah Kehidupan Uwais Al Qarni sang penghuni langit Kekasih Tuhan Semesta Alam karya Muhammad Vandestra, diceritakan Uwais dan ibunya masuk Islam setelah mendengar seruan Nabi Muhammad SAW dari Makkah.
Uwais Al Qarni menderita penyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, dia adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepadanya ibunya.
Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu. Ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji,” pinta sang ibu.
Baca Juga: Kisah Gus Dur Diprotes Sejumlah Kiai Usai Cabut Tap MPR soal PKINamun, Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan. Dia terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu. Ternyata, Uwais membuatkan kandangan di puncak bukit.
Setiap pagi, Uwais bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais.
Singkat cerita, setelah 8 bulan berlatih, sampailah musim haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar.
Hal itu membuat Uwais kian kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata, dia latihan untuk menggendong ibunya. Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah.
Baca Juga:
Kisah Selebgram Mualaf: Sebahagia Itu Ternyata Masuk Islam
Kisah Inspiratif Bidan Nurul, Mengabdi Sepenuh Hati di Pelosok Gowa(gar)