LANGIT7.ID, Jakarta - Pakar Ekonomi Syariah, Imam Teguh Santoso, mengingatkan, umat Islam sebenarnya sudah diberi perangkat-perangkat untuk menghadapi segala ujian di muka bumi, termasuk ancaman
resesi global 2023.
Bank Dunia sudah memprediksi kemungkinan terjadinya resesi ekonomi global pada 2023. Prediksi itu sudah dikeluarkan pada Oktober 2022 lalu. Prediksi itu semakin nyata dengan beberapa indikasi yang sudah terjadi seperti kenaikan suku bunga acuan secara agresif di berbagai bank sentral untuk meredam laju inflasi.
Ancaman resesi dan perlambatan ekonomi global bukan tantangan mudah. Terutama akibat ketegangan geopolitik yang berimbas pada disrupsi rantai pasok global. Itu berpotensi berimbas pada perekonomian domestik.
Baca Juga: Faisal Basri: Ekonomi Islam Bisa Jadi Solusi Inflasi
Teguh mengatakan, Islam sebagai agama kaffah sudah membekali umat Islam dalam menghadapi setiap masalah. Al-Qur’an diturunkan sebagai panduan hidup umat Islam. Iman harus dikedepankan dalam melihat fenomena resesi ekonomi 2023.
“Inilah yang biasa disebut
bashirah. Tidak semua orang diberikan kekuatan atau kemampuan untuk bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi,” kata Teguh dalam Kajian Online Majelis Taklim XL yang diikuti Langit7, Ahad(15/1/2023).
Keimanan akan membuka hati setiap muslim untuk bertawakal. Itu mendatangkan ketenangan dalam diri, sehingga mampu memetakan masalah dan mencari solusi terbaik. Salah satu keyakinan yang bersumber dari iman seorang muslim adalah tidak ada satupun yang terjadi di alam semesta tanpa izin Allah.
“Jangankan urusan naik-turunnya ekonomi, daun yang gugur saja sudah tertulis di lauh al-mahfuz. Jadi, alangkah ruginya kita apabila peristiwa yang besar kita tidak bisa mendapatkan apa-apa,” ujar Mantan Direktur Utama BNI Syariah itu.
Baca Juga: Krisis Ekonomi Global Ternyata Pernah Terjadi di Zaman Nabi Yusuf
Sedangkan, peristiwa yang kecil saja seharusnya umat Islam bisa mendapatkan hikmah. Bagi orang beriman, jatuhnya daun kering sudah bisa mengingatkan tentang keesaan dan kekuasaan Allah kepada makhluk-Nya.
يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS al-Baqarah: 269)
Di sisi lain, ada deklarasi diri seorang muslim yang sudah diajarkan sejak masih berusia dini. Deklarasi itu mayoritas hanya dihafal saja. Tapi, banyak orang tidak mampu mengaplikasikan makna-makna di baliknya sebagai panduan hidup. Deklarasi diri itu adalah:
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا
“Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul.”
Baca Juga: Solusi Ekonomi Ala Nabi Yusuf AS dalam Menghadapi Krisis
“Untuk bisa mendapatkan hikmah, adalah sebuah deklarasi diri bahwa kita ridha Allah sebagai Tuhan, Islam yang berhak mengatur tiap sendi kehidupan kita, dan Rasulullah sebagai uswatun hasanah dan manhaj, dari sini kita mendapatkan hikmah,” ujar Teguh.
Salah satu penekanan penting dalam deklarasi itu adalah Islam mengatur semua kehidupan seorang muslim. Islam mengatur semua sendi kehidupan, dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Bahkan, saat tidur pun Islam sudah mengatur adab-adabnya.
“Kita mengetahui, tidak ada satu sendi kehidupan pun yang tidak diatur oleh Allah. jadi, agama harus dibawa ke ekonomi. Islam adalah agama yang utuh, bukan prasmanan. Saat kita berislam secara kaffah, tujuannya itu sebagai senjata atau perisai untuk menghadapi godaan Iblis,” tutur Teguh.
(jqf)