LANGIT7.ID, Jakarta - Syaikh Dr. H. Abdullah Ahmad (1878-1993) merupakan ulama yang memelopori sistem pendidikan
madrasah di Indonesia. Dia mendirikan Adabiyah School pada 1907 untuk memberikan pendidikan terpadu kepada anak-anak bangsa.
Syaikh Abdullah Ahmad merupakan putra Haji Ahmad, seorang ulama Minangkabau yang senantiasa mengajarkan agama di surau-surau dan juga merupakan saudagar kain bugis. Pendidikan Syaikh Abdullah Ahmad dimulai dengan mempelajari ilmu agama Islam kepada orang tuanya serta beberapa pesantren.
Pada usia 17 tahun yakni pada 1895, dia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, sambil melanjutkan pendidikan agama pada Syaikh Ahmad Khatib. Selain itu, dia dikenal sebagai ulama yang belajar dalam kesederhanaan dan keterbatasan, ketekunan yang luar biasa dalam menuntut ilmu, dan sangat peduli terhadap pendidikan umat.
Baca Juga: Berawal dari Pesantren, Madrasah Jadi Antitesis Sekolah Modern ala Penjajah
Kontribusi beliau pun sangat nyata. Di antaranya, dia merupakan maestro di balik kelahiran sistem pendidikan madrasah dengan mendirikan Adabiah School pada 1907. Dia juga menerbitkan Majalah Dakwah Al Munir pada 1911 dan mendirikan Perkumpulan Guru-guru Agama Islam (PGAI) pada 1919.
Ustadz Muhammad Frandani, Lc mengungkapkan, Syaikh Abdullah Ahmad memiliki peranan besar dalam pendidikan Indonesia. Salah satu tokoh besar yang menjadi murid beliau adalah Mohammad Natsir.
Saat menjalankan Adabiyah School, setidaknya ada empat metode yang dijalankan. Di antaranya:
1. Pemerataan PendidikanSyaikh Dr. H. Abdullah Ahmad bercita-cita tujuan didirikannya Adabiyah School agar pendidikan merata di tengah masyarakat. Tidak hanya dinikmati masyarakat kelas atas saja.
Semasa hidupnya, anak-anak pribumi didiskreditkan oleh Belanda. Penjajah Belanda membuat sistem pendidikan agar anak-anak pribumi putus sekolah. Hanya kelas satu saja. Tidak bisa lanjut sampai masuk SD, masuk MULO (tingkat SMP). Jangankan SMP, SD saja tidak tamat.
Baca Juga: Tips Memilih Sekolah Islam Terbaik untuk Anak, Jangan Tergiur Fasilitas Mewah“Yang ada, Belanda membuat sekolah khusus untuk anak-anak Eropa dan Cina saja, ataupun anak-anak orang kaya. Bahkan di Padang, tempat beliau sendiri, anak-anak kaya, pedagang, tidak bisa masuk,” kata Frandani dalam webinar Kebudayaan dan Peradaban Pendidikan Islam di Indonesia Universitas Ibnu Khaldun Bogor, dikutip Kamis (2/2/2023).
Melihat kesenjangan tersebut, Syaikh Abdullah Ahmad dibantu para saudagar di Minangkabau mendirikan Adabiyah School. Beliau ingin memberikan pendidikan kepada seluruh lapisan masyarakat, tanpa melihat status ekonomi dan strata sosial mereka.
“Menurut Mahmud Yunus, Konsep pendidikan yang beliau bangun adalah konsep madrasah pertama kali yang ada di Minangkabau, bahkan di Indonesia. Makanya, mestinya beliau ini menjadi pahlawan nasional, sebagai Bapak Madrasah,” ujar Frandani.
2. Konsep Kurikulum Pendidikan TerpaduAdabiyah School tidak hanya mengusung misi pemerataan pendidikan. Lembaga pendidikan yang bercorak agama itu dilengkapi dengan kurikulum terintegrasi, yakni memadukan antara pengetahuan umum dengan pengetahuan agama.
“Dalam pandangan Syaikh Abdullah Ahmad, baik bahasa Arab maupun bahasa Belanda memegang peranan penting untuk mencapai cita-cita pembaharuan. Jadi, beliau tidak alergi, dan tidak anti ilmu selain agama,” kata Frandani.
Baca Juga: Sumatera Thawalib Parabek, Pesantren Tertua di Sumatera Didik Banyak Tokoh Bangsa
Sebelum mendirikan Adabiyah School, beliau juga membangun surau-surau. Surau itu seperti pesantren. Surau-surau yang didirikan itu kemudian bertransformasi menjadi madrasah pertama di Indonesia.
“Modelnya adalah surau yang tadi berbentuk halaqah-halaqah, beliau memasukkan bangku-bangku dan meja. Jadi sudah modern. Membuat pesantren modern di Sumatera Barat,” ungkap Frandani.
3. Terbuka Menerima MuridDalam mengembangkan Adabiyah School, Syaikh Abdullah Ahmad mengusung ide keterbukaan dalam penerimaan murid dari segala lapisan masyarakat selama dia Muslim.
Tak hanya murid, Syaikh Abdullah Ahmad juga sangat memperhatikan guru-guru yang akan mengajar di Adabiyah School. Dia merekrut guru-guru yang memiliki kualitas setara dengan guru yang mengajar di sekolah-sekolah Belanda.
Baca Juga: Syekh Tahir Jalaluddin, Ulama Ahli Astronomi dari Minangkabau yang Mendunia
“Kemudian, guru-gurunya juga dipilih yang berbobot, setara dengan guru-guru di sekolah Belanda. Agar lulusan Adabiyah School bisa bersaing masuk ke SMP atau SMA,” ungkap Frandani.
4. Memperluas Metode PembelajaranHal tak kalah penting adalah, Syaikh Abdullah Ahmad memperluas metode pembelajaran. Bukan hanya satu arah saja dari guru ke murid. Dia mengusung program diskusi dan debat yang membuat siswa lebih aktif.
Ada pula penghargaan bagi siswa berprestasi. Jika ada pelanggaran, Syaikh Abdullah Ahmad juga memberikan semacam hukuman. Adabiyah School juga dilengkapi dengan program bermain dan rekreasi.
“Syaikh Abdullah Ahmad memperluas metode pembelajaran, bukan hanya satu arah saja. Memperluas pemakaian metode pembelajaran seperti debating club, reward & punish, metode bermain dan rekreasi. Ini memberikan kesempatan kepada murid untuk berkreasi,” ujar Frandani.
(jqf)