LANGIT.ID, Jakarta - Imam Al Bukhari dikenal sebagai
perawi hadis yang menjadi salah satu rujukan umat Islam. Perjalanan hidupnya menuntut ilmu benar-benar menginspirasi.
Belum genap usia 5 tahun, Imam Bukhari kecil harus mengalami kebutaan akibat penyakit yang dideritanya. Selain itu, ia juga harus menjadi yatim karena wafatnya sang ayah.
Walaupun demikian, di usia dini itulah ia juga menunjukkan sebuah potensi yang dilihat gurunya sebagai kelebihan. Hingga akhirnya ia ditunjuk untuk belajar mendalami ilmu hadis.
Dikutip dari Buku Biografi
Imam Bukhari karangan Hanif Luthfi, Imam Bukhari lahir pada 13 Syawal 194 Hijriah atau 21 Juli 810 Masehi di Bukhara, sebuah daerah di tepi Sungai Jihun, Uzbekistan.
Ia bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari.
Pendakwah,
Ustaz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan, nama Al-Bukhari itu karena ia bukan berasal dari Arab Saudi. Sehingga untuk memperkenalkan bahwasannya Islam telah masuk ke wilayahnya, ia menggunakan nama Al-Bukhari.
"Rumusnya tambah Al di depan nama, dan tutup unjungnya dengan I," jelas dia dalam penggalan kajiannya, dikutip Kamis (26/1/2023).
Cerdas Berkat Doa IbuImam Bukhari menunjukkan kecerdasannya berkat peran sang ibunda yang memiliki kedekatan dengan Allah.
Walaupun cobaan seperti buta dan yatim di usianya yang belum genap 5 tahun, tak mengurungkan niat ibunda untuk menjadikan anaknya bisa bermanfaat bagi banyak orang dan Islam.
Wasiat sayang ayah, Ismail, diamalkan oleh ibunya, yaitu selalu menjaga kedekatan dengan Allah. Di sinilah peran ibu dibutuhkan untuk meningkatkan kecerdasan anak.
"Makanya bagi penuntut ilmu, penting untuk minta doa pada ibu sebelum memulai belajar, juga kepada ayah kalau masih hidup," jelasnya.
Pasalnya, doa orang tua mengandung berkah yang sangat dalam. Apalagi rida orang tua adalah rida-Nya.
Ibu Imam Bukhari, selalu memanjatkan doa di mihrabnya, yaitu sejarah khusus untuk dia memohon kepada Allah.
Dengan doa ibunya pula, Imam Al Bukhari yang tak mampu melihat dengan mata fisik, tapi memiliki penglihatan dengan mata hati yang tajam.
Hal itu terbukti dari Al Bukhari kecil yang saat belajar dengan gurunya, sekali dibacakan ayat ia langsung mampu menghafalnya.
"Di usia 4 tahun, beliau dibawa oleh ibunya untuk belajar dasar diiringi asisten, datang ke tempat hafalan Quran," katanya.
Beliau bisa langsung menghafal surat Qaf yang saat itu dibacakan oleh gurunya. Syekh itu pun terkagum dengan potensi yang dimiliki Al Bukhari karena ia tidak hanya hafal, tapi makhraj dan sifat huruf yang dibacanya juga sempurna.
"Maka beliau diminta Syekh-nya untuk belajar hadis. Itu karena potensi tinggi dari bakat alami dan anugerah dari Allah," ujarnya.
Keajaiban Datang Berkat Doa IbuSepulangnya dari belajar, Al Bukhari bercerita kepada ibunya bahwa ia diminta gurunya untuk mendalami ilmu hadis.
Ibunya pun sempat tak percaya mengingat keterbatasan yang ia miliki. Terenyuh sang ibu saat melihat anaknya, Al Bukhari, yang meraba masuk ke kamarnya dan mengulangi surat Qaf yang tadi dibacakan gurunya.
Ibunya yang iba lantas masuk ke mihrabnya untuk salat dua rakaat bermohon kepada Allah, agar mengembalikan penglihatan anaknya. Sehingga Al Bukhari bisa lebih mudah untuk belajar.
Sementara itu, Al-Bukhari yang sedang mengulang surat Qaf terhenti sampai di 22. Adapun ayat itu memiliki arti,
"Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam." (QS. Qaf: 22).
"Ayatnya ini sesuai. Tiba-tiba terbuka kembali pandangannya dan bisa melihat lagi, dan menceritakan kepada ibunya," jelas UAH.
Setelah itu, ibunya pun tertunduk haru dan segera memeluk anaknya erat sekali. Mereka kemudian memohon ampunan kepada Allah dan menangis bahagia.
"Dan sejak itulah Imam Al Bukhari menjadi penuntut ilmu hadis, yang kini menjadi rujukan umat di zaman sekarang," ungkapnya.
(bal)