LANGIT7.ID, Jakarta - Psikolog penulis buku “Membasuh Luka Pengasuhan” menegaskan bahwa seorang perempuan harus menyembuhkan luka
pengasuhan masa lalu sebelum memutuskan menikah atau punya anak. Luka pengasuhan ini berpotensi mempengaruhi pola asuh seorang ibu terhadap perkembangan anak.
“Mengapa penting bagi seorang perempuan itu membasuh luka pengasuhan, itulah yang saya tahu dari konsep femininitas dan maskulin, bahwa perempuan itu disiapkan oleh Allah peran utamanya dia sebagai rahimnya anak,” ucap Diah dalam webinar yang diikuti
Langit7, dikutip, Kamis (8/2/2023).
Diah menjelaskan, fitrah perempuan yang memiliki rahim disertai juga dengan sifat rahim atau kasih sayang yang mengikutinya.
Rahim bukan sekadar organ reproduksi wanita yang berfungsi sebagai menstruasi, kehamilan, dan persalinan. Rahim juga berarti sifat yang melekat kepada seorang perempuan. Rahim berasal dari bahasa Al Qur’an dan merupakan salah satu sifat Allah Ta’ala.
Baca Juga: Psikolog: Suami Berperan Penting Obati Luka Pengasuhan Istri“Rahim itu bukan dalam pengertian dia hanya rahim secara kandungan, reproduksi, tapi rahim adalah yang memiliki sifat pengasih dan penyayang, yang benar-benar dia punya kelembutan, punya kesiapan hati untuk tulus menyayangi, untuk merawat, untuk memaafkan, untuk berkorban,” kata Diah.
Ibnu Abbas dalam
Fathu al Bari menjelaskan,
Ar Rahim terkandung makna kelemah lembutan, kasih sayang, dan kehalusan. Sifat ini tidak melekat pada seorang perempuan jika masih memiliki luka pengasuhan.
Menurut Diah, sifat-sifat rahim yang melekat pada diri seorang perempuan sudah dicontohkan para
sahabiyah seperti Ibunda Khadijah, istri pertama Rasulullah SAW. Ibunda Khadijah merupakan sosok teladan dalam hal kelembutan dan kasih-sayang.
Baca Juga: Jangan Asal Pilih Sekolah, Perhatikan 5 Hal ini“Berarti seorang perempuan seperti itu, dia butuh, itu kekuatannya yang tidak dipunya oleh laki-laki. Jadi, laki-laki dan perempuan itu sudah dipasangkan untuk dia bersinergi sebagai khalifah. Khalifah tahu pandai begitu pemimpin alam semesta Allah,” kata Diah.
Artinya, kata Diah, perempuan punya keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Oleh karena itu, perempuan tidak perlu iri dengan kekuatan yang dimiliki laki-laki. Justru, harus bangga menunjukkan perbedaan karakter laki-laki dan perempuan, agar bisa disatukan untuk membentuk karakter khalifah di muka bumi.
“Ini terkait dengan kekayaan rasa perempuan, kalau dikelola kekayaan rasa itu bisa jadi kekuatan yang luar biasa. Jadi, bunda yang benar-benar Rahim punya sifat rahim, punya sifat penyayang,” ungkap Diah.
Baca Juga: Tips Memilih Sekolah yang Aman dan Ramah AnakAkan tetapi, jika seorang perempuan tidak bisa mengelolah sikap rahim itu, maka akan menjadi bumerang di kemudian hari. Bila sikap rahim itu tidak dikelola dengan baik, itu akan membuat perempuan tidak bertumbuh dan tidak bercahaya.
Artinya, perempuan sudah punya modal 75% feminitas atau sifat yang penuh kelembutan, kasih-sayang, dan keinginan kuat untuk merawat sampai berkorban. Dalam ilmu psikologi, seorang perempuan menjalankan peran sebagai penyebar kasih-sayang.
Sedangkan, laki-laki punya modal 75% maskulinitas yakni kekuatan fisik. Bila kedua modal itu disatukan, maka akan membentuk
parenting luar biasa dalam kehidupan rumah tangga. Perempuan menjalankan sikap rahim, dan laki-laki menjalankan peran sebagai pencari nafkah dan mendidik ketangguhan pada anak.
Baca Juga: Yuk Ayah Bunda, Sembuhkan Luka Pengasuhan Sambil Mengasuh Anak“Jihadnya perempuan adalah dia untuk membangun peradaban, membangun umat dari dalam rumah, meskipun tidak menutup kemungkinan kalau lingkaran pertama sudah selesai yaitu ke suami,” pungkas Diah.
(jqf)