LANGIT7.ID, Jakarta - Penulis Buku “Semua Bisa Punya Rumah
Quran”, Ustadz Ihsan Septiadi, mengungkapkan, orang tua memiliki peran penting dalam membangun keluarga Qurani. Pendidikan paling utama ada di rumah, bukan di sekolah.
“Pendidikan paling pertama itu ada di rumah. Makanya, ibu disebut sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Makanya ada istilah home education, bukan
home schooling,” kata Ihsan dalam webinar Membangun Keluarga Qurani, Kamis (16/2/2023).
Home education berbicara tentang pendidikan. Orang yang pernah sekolah belum tentu terdidik, orang terdidik belum tentu sekolah secara formal. Sekolah bukan kebutuhan utama bagi anak, tapi yang dibutuhkan adalah pendidikan.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental Sesuai Al-Qur'an dan Hadis: Kembalikan Urusan pada AllahAyah lalu bertindak sebagai raisul madrasah (kepala madrasah). Kolaborasi ayah dan ibu harus membuat visi misi Qurani dalam keluarga. Ayah sebagai nahkoda yang akan membuat program-program terkait visi misi tersebut.
Banyak ayat dalam Al Qur’an yang berbicara tentang
parenting. Enam di antaranya bisa menjadi patokan dalam membuat visi misai Qurani dalam keluarga. Enam ayat itu di antaranya:
1. Surah At-Tahrim ayat 6يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Baca Juga: Legislator: Perlu Kehati-hatian Respons Kasus Pembakaran Al-Qur'an“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Ini adalah ayat untuk para orang tua agar menjaga anak dari api neraka. Ayat itu ditujukan kepada para ayah untuk menjaga istri dan anaknya dari siksa pedih. Ayat itu juga ditujukan kepada para istri untuk menjaga suami dan anaknya dari api neraka. Begitupun anak diperintahkan untuk menjaga kedua orang tuanya dari api neraka.
“Bukankah kita sering dengar, sehelai rambut yang terlihat bisa jadi penyebab orang tua disiksa di neraka. Ini menjadi visi paling pertama, tujuan keluarga adalah surga. Kalau kumpul bersama saja sangat membahagiakan, bagaimana lagi jika bisa reuni bersama keluarga di surga,” kata Ihsan.
Baca Juga: Gus Muhaimin Minta Umat Islam Tak Terprovokasi Kasus Pembakaran Al-Quran2. Surah Ar-Rahman ayat 1-5اَلرَّحْمٰنُۙ عَلَّمَ الْقُرْاٰنَۗ خَلَقَ الْاِنْسَانَۙ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ لشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍۙ وَّالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ
"(Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya)." (QS Ar-Rahman: 1-6)
Orang tua diminta untuk mengajarkan anak-anak mereka tentang Al Qur’an. Belajar Al Qur’an tidak sekadar membaca dan menghafal saja, namun anak harus diajari mentadabburi dan mengamalkan kandungan-kandungannya.
Baca Juga: 6 Keajaiban Al Quran, Kitab Suci yang Terjaga KemurniannyaMaka itu, orang tua harus lebih terdahulu belajar Al Qur’an agar bisa mengajarkan kepada anak-anaknya. Orang tua juga harus menjadi teladan Qur’ani kepada anak-anaknya. Kalau tidak bisa, maka carikan guru yang bisa mengajari anak tentang Al Qur’an.
Dari ayat itu pula disebutkan orang tua harus mengajari anak tentang ahlak Al Qur’an. Tidak hanya mengajari secara teoritis, tapi harus sampai pada tingkat implementasi. Artinya, orang tua harus menjadi teladan ahlak Qur’ani bagi anak-anaknya.
“Dengan begitu, anak akan diberi kecerdasan seperti disebutkan dalam ayat keempat. Anak akan pandai dalam segala hal. Dengan begitu, anak menjadi terang sebagai matahari menyinari bumi, dan seperti bulan yang membelah kegelapan,” kata Ihsan.
Baca Juga: MUI Sebut Pembakaran Al-Qur'an di Swedia Langgengkan Islamofobia3. Ali Imran ayat 159فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
Ada lima hal yang diajarkan dalam ayat ini. Pertama, berlaku lemah lembut. Artinya, suami harus berlaku lemah lembut kepada istri. Begitu pun sebaliknya. Sikap lemah lembut juga harus ditunjukkan kepada orang tua kepada anaknya. Begitu pun sebaliknya.
B
aca Juga: 7 Tips Ringan Hafal Al-Qur'an: Luruskan Niat hingga MurajaahKedua, jauhi sikap keras dan berhati kasar. Sikap keras dan hati kasar akan menghancurkan hubungan dalam keluarga. Anak akan menjauh dari orang tuanya. Istri bisa menjauh dari suami. Suami pun bisa menjauhi istri karena sikap keras dan hati kasar.
Ketiga, memaafkan dan memohonkan ampun untuk keluarga. Anak harus diajari memaafkan, bukan hanya meminta maaf. Kadang, memaafkan kesalahan orang lain jauh lebih berat ketimbang meminta maaf.
Di sela-sela malam atau usai shalat setiap anggota keluarga dianjurkan untuk saling mendoakan. Doakan ampunan kepada anak, kepada istri, kepada suami.
Baca Juga: Kisah Muzammil Hasballah Perdalam Ilmu Quran di Tengah Kesibukan Kuliah di ITBKeempat, mengutamakan musyawarah. Jika ada masalah, maka suami sebagai kepala keluarga harus mengatur wadah untuk musyawarah. Ada keberkahan dalam musyawarah. Setidaknya, keputusan dalam musyawarah itu akan mendatangkan berkah dari Allah.
Kelima, bulat tekad dan bertawakkal kepada Allah. Orang tua harus mengajari anak punya memiliki optimisme tinggi atau membulatkan tekad. Namun, tekad yang kuat itu harus diiringi dengan tawakkal kepada Allah.
4. Surah Ibrahim ayat 24-26اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ
Baca Juga: Ustaz Saihul Basyir: Al-Quran Bukan Hanya Dibaca tapi Juga Solusi Persoalan Manusia"Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit,"
تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
"(pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat."
Baca Juga: Perbedaan antara Surah Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur'anوَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيْثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيْثَةِ ِۨاجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْاَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ
"Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun."
Orang tua diperintahkan untuk memberi gelar yang baik kepada anak dan pasangan. Ini bisa mengambil contoh dari Rasulullah yang menjuluki Siti Aisyah dengan Humairah. Anak bisa dipanggil dengan
Ya Bunayya.Baca Juga: Hikmah Al-Quran Diturunkan dalam Bahasa Arab, Keasliannya Terjaga Sepanjang Zaman“Jangan berkata-kata yang tidak baik, atau memberi anak nama-nama yang buruk. Ini tidak diajarkan oleh Al Qur’an. Beri gelar atau nama dengan nama-nama yang baik,” ujar Ihsan.
5. Surah Ath-Thagabun ayat 14يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Baca Juga: Hari Lahir Pancasila, Ini Makna 5 Lambang di Dada GarudaIni bisa mengambil contoh dari Kisah Nabi Luth AS. Allah memberi peringatan tentang seorang nabi yang memiliki istri durhakan. Bisa juga mengambil ibrah dari kisah Nabi Nuh AS yang memiliki anak dan istri yang durhaka.
“Maka, anak-anakmu itu, istri-istrimu itu berpotensi jadi musuhmu. Maka ajarkan Qur’an, bina pakai Qur’an, agar Qur’an menjadi
tazkiyatun nafs. Jiwa-jiwanya disucikan dengan Al Qur’an,” kata Ihsan.
6. Surah Az-Zariyat ayat 23فَوَرَبِّ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اِنَّهٗ لَحَقٌّ مِّثْلَ مَآ اَنَّكُمْ تَنْطِقُوْنَ ࣖ
Baca Juga: Pilih Pancasila atau Al-Quran, Ini Jawaban Buya Yahya“Maka demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang kamu ucapkan.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap ucapan berdampak pada perilaku seseorang. Maka, orang tua tidak boleh sembarang mendoakan kepada anak. Meski dalam keadaan marah, usahakan menahan kata-kata buruk, karena itu akan berdampak pada perkembangan karakter anak.
“Hati-hati orang tua, lisanmu sama dengan doamu,” tutur Ihsan.
(jqf)