LANGIT7.ID, Jakarta - Seorang Pendeta terkemuka di Amerika Serikat (AS), Pendeta Hilarion Heagy, memutuskan untuk menjadi
mualaf. Pria yang tinggal di California itu sebelumnya merupakan seorang Pendeta Kristen Ortodoks Rusia.
Heagy lalu bergabung dengan
Antiochian Ortodox Church (Gereja Ortodoks Antiokhia) sekira 2003 sebelum beralih ke
Eastern Catholic Chruch (Gereja Katolik Timur) pada 2007. Dia lulus dari Holy Resurrection Monastery di St Nazianz di Wisconsin untuk menjadi pendeta Katolik Bizantium.
Kabar Heagy mualaf tersebut turut dibenarkan oleh Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali. Dia mengklaim Heagy sebenarnya sudah mempelajari Islam secara diam-diam sejak 2001.
Baca Juga: Kisah Selebgram Mualaf: Sebahagia Itu Ternyata Masuk Islam“Pendeta Katolik Timur ini tadinya beragama Kristen Ortodoks. Lalu pindah ke Katolik Timur (
Eastern Katolik) dan akhirnya memeluk agama Islam. sebenarnya diam-diam dia telah belajar Islam sejak 2001. Tapi, baru sampai kepada kesimpulan baru-baru ini. semoga istiqamah!” tulis Shamsi Ali di Twitter.
Melalui blog pribadinya, Heagy saat ini menggunakan nama Said Abdul Latif. Dia mengaku sudah puluhan tahun merasa tertarik pada Islam dalam berbagai tingkatan. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk menjadi mualaf.
“Agar hal ini terjadi, bagaimanapun, diperlukan langkah fisik dan teratur, karena saya tinggal di biara Katolik. Seseorang tidak bisa menjadi pendeta dan biarawan secara terbuka, dan seorang muslim secara pribadi,” katanya, dikutip
Middle East Monitor, Senin (27/2/2023).
Baca Juga: Viral Dua Pemain Maroko Ajak Penonton Memeluk Islam via InstagramDia menggambarkan keputusan mualaf itu dengan ‘Kembali ke Timur’ dan kembali ke ‘identitas priomordial’. Dia juga menjelaskan tentang keputusan mualaf itu dengan mengutip Surah Al-A’raf ayat 172.
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (QS Al-A’raf: 172)
Menurut Heagy, memutuskan untuk menjadi mualaf bukan perkara mudah. Dia mengibaratkan keputusan mualaf seperti sebuah perjalanan panjang yang dipenuhi banyak rintangan. Atas dasar itu, banyak muallaf tidak mengumumkan keislaman mereka.
Baca Juga: Kisah Carlos, Pesepakbola Argentina Mondok di Pesantren Kalimantan“Karena alasan inilah para mualaf sering tidak berbicara banyak tentang ‘konversi‘ seperti mereka berbicara tentang ‘kembali’ ke Islam- keyakinan primordial kita. Sebuah proses panjang untuk kembali,” ujarnya.
(jqf)