LANGIT7.ID, Jakarta -
Bullying adalah masalah yang kompleks. Seperti kasus yang menimpa bocah SD di Banyuwangi yang bunuh diri karena tahan di-
bully. Korban berinisial MR (11 tahun) sering pulang dalam keadaan murung. Dia sering di-
bully oleh teman-teman di sekolah karena yatim atau tidak punya ayah.
Kasus
bullying sebenarnya bisa diatasi dengan kerjasama pihak sekolah dengan wali murid. Sekolah harus membuat sistem untuk meredam perundungan antarsiswa. Orang tuapun harus dilibatkan untuk mendukung anak-anak yang menjadi korban
bully.Mengutip laman
The Conversation, ada empat cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah perundungan di lingkungan sekolah:
Baca Juga: Film Gendut Siapa Takut, Ceritakan Bullying dan Body Shaming1. Beri Ruang bagi Anak untuk CurhatAnak-anak perlu berbicara tentang pengalaman
bully mereka agar orang tua dapat bertindak. Namun, penelitian menunjukkan mereka sering tidak berbicara. Satu penelitian menunjukkan hanya 53% anak-anak yang memberi tahu guru dan 67% memberi tahu orang tua saat mengalami
bullying.Ada beberapa alasan kenapa anak-anak tidak mau curhat terkait kasus
bullying. Di antaranya mereka tidak mendapatkan respons efektif, tidak peka, dan kerap mendapat respons berlebihan dari orang dewasa.
Selain itu, banyak anak-anak takut terlihat lemah, memperburuk situasi, dan dukungan orang dewasa dapat merusak rasa otonomi mereka. Dalam sebuah penelitian, anak-anak menjelaskan alasan utama tidak melaporkan perilaku
bullying dan tidak ingin dianggap cepu oleh teman-temannya.
Baca Juga: 4 Tips Atasi Kekerasan di Sekolah, Begini Saran Kak SetoOleh karena itu, sangat penting bagi orang tua dan guru menyediakan ruang bagi anak-anak untuk berbicara. Orang tua dan guru pun merespons ketika anak-anak curhat terkait kasus
bullying di sekolahnya.
Orang tua dan guru harus mendengarkan curhatan anak-anak dengan seksama lalu mengajak diskusi dalam pemecahan masalah. Dengan demikian, anak akan merasa terlindungi dan tidak takut lagi.
Orang tua juga dapat memuji kedewasaan dan kekuatan anak-anak ketika melaporkan
bullying yang dialami. Setelah itu ditegaskan bahwa itu bukan ‘bercerita’ atau ‘lemah’ ketika keselamatan seseorang terancam.
Baca Juga: 3 Edukasi Dasar untuk Anak agar Terhindar dari Bullying2. Orang Tua Harus Bekerja Sama dengan SekolahMendengar curhatan anak saat di-
bully memang menyedihkan. Tapi, orang tua harus mengontrol emosi agar bisa menemukan langkah-langkah strategis. Tindakan pertama yang harus dilakukan orang tua adalah menghubungi sekolah untuk melaporkan peristiwa bully itu.
Patut dicatat, tidak disarankan untuk menghubungi orang tua anak pelaku
bullying. Ini meningkatkan masalah, memutuskan hubungan dengan orang tua anak pelaku
bullying. Hal itu tidak bisa menyelesaikan masalah.
Saat menghubungi sekolah, minta penyelidikan atas masalah tersebut dan jadwal tanggapan. Pendekatan ini menunjukkan orang tua terbuka terhadap perspektif lain dan tidak berusaha menyalahkan siapapun. Ini juga menunjukkan orang tua mengharapkan hasil.
Baca Juga: Waspada Perundungan, Psikolog: Dominasi Pelaku terhadap KorbanOrang tua juga dapat meminta agar identitas anak tidak dibagikan untuk melindungi mereka dari pembalasan lebih lanjut. Jika tidak ada tanggapan, tindak lanjuti sampai ada penyelesaian dan memastikan keselamatan anak ketika berada di lingkungan sekolah.
3. Bekali Anak dengan KeterampilanAnak juga dapat diperlengkapi dengan keterampilan emosional dan interpersonal untuk membantu mengatasi kasus
bully. Keterampilan ini meliputi pengaturan diri, keterampilan sosial, dan pemecahan masalah.
Hal ini dapat membuat anak tetap tenang dan tidak tampak tertekan, bersikap asertif bila perlu, dan mempertimbangkan cara-cara kreatif untuk menyelesaikan situasi sulit.
Baca Juga: Anak SD Bunuh Diri karena Dibully, Perundung Jangan Dianggap SepeleOrang tua juga dapat mengajari anak respons yang aman, terlatih, dan terencana yang dapat digunakan dalam kasus
bully. Salah satu contohnya adalah
fogging. Ini adalah teknik di mana anak setuju bahwa pelaku
bully mungkin benar atau mungkin salah, tetapi tidak bersikap defensif dan kesal.
Misalnya, seorang pelaku
bully mungkin mengatakan “bajumu jelek”. Tanggapan
fogging akan menjadi "Anda mungkin benar". Dengan pendekatan ini pelaku bully tidak mendapatkan reaksi atas hinaan karena itu tidak memenuhi kebutuhan akan perhatian dan kontrol.
4. Carikan Teman yang Bisa MendukungBantu anak mengidentifikasi tempat yang aman, teman sebaya, dan orang dewasa yang dapat mereka andalkan untuk mendapatkan dukungan.
Baca Juga: Waspada Cyberbullying pada Anak, Pahami dan Atasi SegeraAnak perlu memahami di tengah perilaku
bully, mereka memiliki orang-orang yang dapat diandalkan. Saat pelaku
bully mencoba mengintimidasi, anak tahu bahwa dia tidak sendirian. Ada orang-orang yang peduli, cinta, dan mendukung. Dengan demikian, anak akan kuat saat mengalami perundungan.
(jqf)