LANGIT7.ID - , Jakarta - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (
NTT) menguji coba masuk
sekolah jam 5 pagi. Kebijakan yang dicetuskan Gubernur Victor Laiskodat untuk tingkat SMA ini menuai sorotan dan dipertanyakan evektivitasnya.
Psikolog Muhammad Iqbal menilai sudah semestinya program masuk sekolah jam 5 pagi memerlukan kajian akademik yang komprehensif sebelum diterapkan. Di samping niat mendisiplinkan siswa, otoritas juga perlu mempertimbangkan aspek manusiawi lainnya.
Baca juga: Sekolah NTT Masuk Jam 5 Pagi, DPR: Merepotkan dan Buat Gaduh“Aspek lain seperti kesiapan guru dan siswa,” kata Iqbal kepada Langit7.id, Jumat (3/3/2023).
Masuk sekolah jam 5 pagi perlu mempertimbangkan mana yang lebih dominan, dampak positif atau justru negatif. Bila kebijakan ini memberikan mudarat lebih banyak, maka perlu ditinjau ulang penerapannya.
“Guru-guru yang memiliki anak kecil dan keluarga akan menghadapi masalah dengan keluarganya, karena sebelumnya mereka harus mengurus keluarga sebelum berangkat kerja,” kata Iqbal.
Aspek lainnya yang perlu diperhatikan adalah keamanan dan keselamatan. Suasana lingkungan perjalanan dari rumah ke sekolah di tengah gulita rawan memancing kriminalitas dan keselamatan berkendara.
Baca juga: P2G Kritik Masuk Sekolah Jam 5 Pagi, Tidak Melalui Kajian AkademisLaporan jaringan P2G NTT, kondisi pukul 05.00 WITA di NTT masih sepi aktivitas masyarakat dan suasana masih gelap. Hal ini berpotensi menciptakan tindak kriminalitas atau rentan faktor keamanan pada peserta didik dan pengajar.
Iqbal menyarankan pemerintah daerah bisa mengubah sistem menjadi sekolah berasrama atau boarding bila serius dalam masalah pembentukan karakter. Sehingga pembentukan karakter peserta didik bisa dilakukan secara berkesinambungan
“Ya perlu dievaluasi dari waktu ke waktu, karena kebijakan ini masih uji coba, bila dampaknya banyak negatif harus ditinjau ulang,” kata Iqbal.
Baca juga: Psikolog: Sekolah Pagi Buta Bisa Berdampak Buruk bagi Siswa(est)