LANGIT7.ID, Jakarta - Orang tua perlu memberikan perhatian khusus terhadap fenomena
generasi stroberi yang kian merebak. Anak-anak zaman now yang hidup serba mudah, terkadang tidak mampu menghadapi masalah dan cenderung putus asa.
Generasi stroberi menjadi salah satu penyebab ramainya kasus kekerasan yang timbul pada dan oleh anak. Jika kasus
kekerasan pada anak tidak ditanggulangi, maka bisa berdampak pada generasi lima sampai sepuluh tahun ke depan.
Anak-anak yang mengalami kekerasan bisa mengalami trauma dan gangguan
psikologis yang berkepanjangan. Hal itu akan mempengaruhi kemampuan belajar dan tumbuh kembang secara optimal.
Baca Juga: Pola Asuh Orang Tua Tentukan Baik Buruk Akhlak Seorang AnakPegiat Kekokohan Keluarga dan Parenting Islam,
Ustaz Bendri Jaisyurrahman mengatakan, kekeliruan dalam pola asuh orang tua dapat menimbulkan efek domino apabila tidak ditangani dengan baik.
"Salah satu dampak yang timbul dari hal itu adalah kekerasan. Anak yang dididik dengan pukulan, saat dewasa kemungkinan besar akan memukul orang lain. Demikian juga yang dilakukan oleh anak-anak," kata Ustaz Bendri di akun Instagram @Fatherman, Kamis (9/3/2023).
Dia menilai banyak kasus kekerasan pada anak terjadi hanya karena masalah sepele dan persoalan kecil. Maka, sudah sepantasnya orang tua merasa prihatin dan menaruh perhatian lebih terhadap masalah tersebut.
"Berdasarkan data yang diperoleh, kekerasan anak lebih banyak diakibatkan dari rumah sebagai tempat proses terjadinya pengasuhan. Anak yang batinnya terluka akan tumbuh menjadi pribadi yang pendendam dan sulit mengendalikan diri," ujar Ustaz Bendri.
Faktanya, lanjut Ustaz Bendri, anak yang melakukan kekerasan pada temannya adalah mereka yang saat kecil terbiasa dengan pengabaian, kekerasan emosi, kekerasan fisik dari orang tuanya. Tak heran jika dalam kasus ini, orang tua yang menjadi tokoh penting yang wajib dipertanyakan perannya.
Baca Juga: Penganiayaan di Kalangan Remaja, Bukti Kerapuhan Keluarga di IndonesiaLantas, langkah apa yang harus dilakukan sebagai orang tua? Orang tua harus membuka ruang komunikasi terhadap anak.
Segala yang berasal dari hati akan sampai ke hati. Anak yang pemarah adalah mereka yang kurang kasih sayang dan pelukan hangat dari kedua orang tuanya.
"Itu semua terjadi karena kita kurang pedekate sama anak. Waktu kita bersama anak hanya sebentar, sementara PR besar dalam mendidik mereka akan terus bertambah karena zaman yang berubah," ungkap Ustaz Bendri.
Oleh karena itu, ayah dan ibu harus belajar menjadi orang tua yang adaptif dan mampu menjadi
charger ketika jiwa anak sedang
lowbatt. Hal itu guna mengantisipasi jika sang anak sudah mengenal dunia luar dan baru sadar bahwa rumah tak lagi punya daya magnet untuk mereka.
"Anak hanya sekadar numpang lewat, sedangkan orang tua kalah bersaing dengan pergaulan mereka," tutur Ustaz Bendri.
Baca Juga:
Kepercayaan Diri Ibu Berpengaruh pada Pola Asuh Anak
Orang Tua Zaman Now Harus Smart, Waspadai 6 Perilaku Gen Z(gar)