LANGIT7.ID, Jakarta -
Mars merupakan planet yang sangat kontras dengan gunung berapi besar, ngarai yang dalam, dan kawah yang mungkin memiliki atau tidak ada air. Dengan lokasi geografisnya, Mars akan menakjubkan untuk dijelajahi oleh para turis di masa depan, setelah manusia berhasil menempatkan koloni Planet Merah yang pertama.
Lokasi pendaratan untuk misi-misi masa depan ini kemungkinan besar harus berupa dataran datar demi alasan keamanan dan kepraktisan. Tapi mungkin mereka bisa mendarat dalam beberapa hari perjalanan dari beberapa geologi yang lebih menarik.
Berikut ini beberapa lokasi yang bisa dikunjungi oleh manusia Mars di masa depan dilansir dari
Space, Jumat (17/3/2023):
Baca Juga: Keindahan Pantai Cipatujah, Spot Pantau Hilal Ramadhan di Jawa Barat1. Olympus MonsOlympus Mons adalah gunung berapi paling ekstrem di tata surya. Terletak di wilayah vulkanik Tharsis, gunung ini memiliki ukuran yang hampir sama dengan negara bagian Arizona, menurut NASA.
Tingginya yang mencapai 16 mil (25 kilometer) membuatnya hampir tiga kali lipat dari tinggi Gunung Everest di Bumi, yang tingginya sekitar 5,5 mil (8,9 km). Olympus Mons adalah gunung berapi perisai raksasa, yang terbentuk setelah lava perlahan-lahan merayap menuruni lerengnya.
Ini berarti gunung ini mungkin mudah didaki oleh para penjelajah di masa depan, karena kemiringan rata-rata hanya 5 persen. Di puncaknya terdapat depresi spektakuler selebar 53 mil (85 km), yang dibentuk oleh ruang magma yang kehilangan lava (kemungkinan besar saat letusan) dan runtuh.
2. Gunung berapi TharsisSaat Anda mendaki di sekitar Olympus Mons, ada baiknya Anda tetap berada di sekitar untuk melihat beberapa gunung berapi lain di wilayah Tharsis. Tharsis memiliki 12 gunung berapi raksasa di zona selebar 2.500 mil (4.000 km), menurut NASA.
Seperti Olympus Mons, gunung-gunung berapi ini cenderung jauh lebih besar daripada gunung-gunung berapi di Bumi, mungkin karena Mars memiliki tarikan gravitasi yang lebih lemah yang memungkinkan gunung-gunung berapi tumbuh lebih tinggi. Gunung-gunung berapi ini mungkin telah meletus selama dua miliar tahun, atau separuh dari sejarah Mars.
3. Kutub Utara dan Kutub SelatanMars memiliki dua wilayah es di kutubnya, dengan komposisi yang sedikit berbeda; kutub utara (foto) dipelajari dari dekat oleh pendarat Phoenix pada tahun 2008, sedangkan pengamatan kutub selatan berasal dari pengorbit. Selama musim dingin, menurut NASA, suhu di dekat kutub utara dan selatan sangat dingin sehingga karbon dioksida mengembun dari atmosfer menjadi es di permukaan.
Proses ini berbalik pada musim panas, ketika karbon dioksida menyublim kembali ke atmosfer. Karbon dioksida benar-benar menghilang di belahan bumi utara, meninggalkan lapisan es air.
Namun, sebagian es karbon dioksida tetap berada di atmosfer selatan. Semua pergerakan es ini memiliki efek yang sangat besar pada iklim Mars, menghasilkan angin dan efek-efek lainnya.
Baca Juga: Main ke Little Venice Bogor: Wisata Lokal Rasa Italia4. Kawah Gale dan Gunung Sharp (Aeolis Mons)Terkenal karena pendaratan kendaraan penjelajah Curiosity pada tahun 2012, Kawah Gale menjadi tuan rumah bagi bukti-bukti air di masa lalu. Curiosity menemukan aliran sungai dalam beberapa minggu setelah mendarat, dan menemukan bukti air yang lebih luas di sepanjang perjalanannya di sepanjang lantai kawah.
Saat ini, Curiosity sedang berada di puncak gunung berapi terdekat yang disebut Gunung Sharp (Aeolis Mons) dan mengamati fitur-fitur geologi di setiap lapisannya. Salah satu penemuan Curiosity yang paling menarik adalah menemukan molekul organik yang kompleks di wilayah tersebut, dalam beberapa kesempatan.
Hasil dari tahun 2018 mengumumkan bahwa molekul organik ini ditemukan di dalam batuan berusia 3,5 miliar tahun. Bersamaan dengan hasil organik, para peneliti mengumumkan bahwa penjelajah ini juga menemukan konsentrasi metana di atmosfer yang berubah-ubah sepanjang musim. Metana adalah elemen yang dapat diproduksi oleh mikroba, serta fenomena geologi, jadi tidak jelas apakah itu merupakan tanda kehidupan.
5. Valles MarinerisMars tidak hanya memiliki gunung berapi terbesar di tata surya, tapi juga ngarai terbesar. Valles Marineris memiliki panjang sekitar 1.850 mil (3.000 km), menurut NASA. Panjangnya sekitar empat kali lebih panjang dari Grand Canyon, yang memiliki panjang sekitar 500 mil (800 km).
Para peneliti tidak yakin bagaimana Valles Marineris terbentuk, tetapi ada beberapa teori tentang pembentukannya. Banyak ilmuwan berpendapat bahwa ketika wilayah Tharsis terbentuk, wilayah ini berkontribusi pada pertumbuhan Valles Marineris.
Lava yang bergerak melalui wilayah vulkanik mendorong kerak bumi ke atas, yang kemudian memecah kerak bumi menjadi rekahan-rekahan di wilayah lain. Seiring waktu, rekahan-rekahan ini tumbuh menjadi Valles Marineris.
Baca Juga:
Situ Cileunca Bandung, Hadirkan Panorama Danau sebagai Tempat Wisata
Bali hingga Bandung, Ini 6 Destinasi Wisata Favorit di Indonesia(gar)