LANGIT7.ID, Jakarta - Syinqith, sebuah kota kuno yang terletak di Mauritania, Afrika Utara, yang terancam tenggelam oleh gurun pasir. Kota ini menghadapi ancaman pasir penggurunan yang terus meluas dan melenyapkan wilayah seluas 260 hektar dengan kecepatan 48 km per tahun.
Sebagai kota yang memiliki tradisi menghafal Al Qur’an terbaik, Syinqith menjadi kawasan yang sangat dihormati dan disegani tokoh ulama di belahan dunia manapun. Kota ini didirikan pada abad ke-8 dan menjadi tempat persinggahan papra peziarah untuk menuju Mekkah, sekaligus menjadi pusat perdagangan yang sangat penting pada abad pertengahan.
Mengutip
kabarpedia, selama berabad-abad, kota ini menjadi tempat berkumpulnya peziarah dari Maghrib dalam perjalanan menuju Mekkah. Meskipun dulu dihuni oleh sekitar 20.000 orang, kini hanya ribuan orang yang tinggal di sana dan bertahan dalam kondisi yang terancam.
Baca Juga: Bahagianya Penghafal Quran, Ketidaknyaman dan Kesulitan Proses Jadi BerkahKebanyakan rumah di Syinqith dibangun dari batu kering kemerahan dan teknik bata lumpur dengan atap datar yang terbuat dari pohon palem. Bangunan utama yang tampak mencolok di kota ini adalah Masjid Jami Syinqith, yang menampilkan menara persegi yang dibangun pada abad ke-13 atau abad ke-14 dan diyakini sebagai menara tertua kedua yang terus digunakan di seluruh dunia Muslim.
Meskipun hampir tenggelam oleh pasir, masyarakat Syinqith memiliki tradisi keilmuan yang sangat hebat dan dikenal memiliki kekuatan ingatan yang luar biasa, kemampuan dan kecepatan menghafal, sekaligus memiliki budaya menghafal Al Qur'an yang terbaik di dunia.
Dalam tradisi masyarakat Syinqith, seorang anak yang berusia 7 tahun namun belum hafal Al Qur’an akan dianggap sebagai aib. Anak-anak di Syinqith telah mendapatkan pendidikan Al Qur’an bahkan sejak mereka dalam kandungan.
Baca Juga: Tips Menghafal Al-Qur'an di Tengah KesibukanSaat hamil, ibu mereka akan menghabiskan waktu luang untuk membaca Al Qur’an. Setelah lahir, keluarga anak tersebut akan memperdengarkan bacaan Al Qur’an hampir sepanjang waktu. Begitu anak memasuki usia 5 tahun, mereka akan mendapatkan pengajaran Al Qur’an secara intens, mulai dari segi bacaan, hafalan, maupun penulisan.
Ibrahim bin Ubbu al-Hasaniy asy-Syinqiti dalam bukunya ‘
Thariqah Hifzh Al-Qur’an ‘Inda Asy-Syanatiqah li Awwal Marrah: Khiththah Al-Hifzh Al-Mutqan, Nizham Wajbat Yusa’id Ala Al-Hifzh menjelaskan, keberkahan di Syinqith sudah pasti bukan suatu kebetulan belaka.
Banyak faktor yang mendukung Syinqith bisa menjadi kota pencetak penghafal Al Qur’an terbaik di dunia. selain faktor orang tua, faktor lingkungan dan faktor tradisi juga sangat menentukan hal tersebut.
Baca Juga: Dua Hafidz Indonesia Juarai Gelaran MTQ Internasional di ThailandMereka bisa menjadi seperti karena adanya tradisi menghafal yang sudah mandarah daging di hati para penduduk Syinqith. Menurut Ibrahim bin Ubbu al-Hasaniy, Allah sangat memuliakan para penghafal Al Qur’an.
Bahkan, Allah akan meninggikan derajat suatu kaum yang menjaga Al Qur’an, entah dari menghafal, membaca, atau mentadabburi setiap yang terkandung di dalam Al-Qur’an.
(jqf)