Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 19 April 2024
home masjid detail berita

Amalan yang Dikerjakan Rasulullah SAW Saat Idul Fitri

Muhajirin Sabtu, 22 April 2023 - 23:50 WIB
Amalan yang Dikerjakan Rasulullah SAW Saat Idul Fitri
Pelaksanaan Shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal Jakarta.Foto/dok
skyscraper (Desktop - langit7.id)
LANGIT7.ID-,Jakarta- - Idul Fitri merupakan hari raya kemenangan umat Islam sebagai tanda berakhirnya bulan suci Ramadhan. Rasulullah SAW sebagai teladan bagi umat manusia, memiliki amalan-amalan yang dikerjakan saat Idul Fitri sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah Allah anugerahkan.

Dalam buku How Did the Prophet & His Companiones Celebrate Eid? disebutkan, Rasulullah SAW dan umat Islam pertama kali menggelar hari raya Idul Fitri pada tahun kedua hijriyah (624 M) atau setelah Perang Badar.

Dalam beberapa riwayat disebutkan amalan-amalan yang dilakukan Rasulullah SAW saat Idul Fitri. Berikut di antaranya:

1. Memperbanyak Baca Takbir
Rasulullah SAW mengumandangkan takbir pada malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari satu Syawal. Hal itu sesuai dengan firman Allah Ta’ala dalam Surah Al-Baqarah ayat 185, “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah.”

Mengutip Kemenag, ada dua jenis takbir Idul Fitri. Pertama, muqayyad (dibatasi), yaitu takbir yang dilakukan setelah shalat, baikh fardhu maupun sunnah. Setiap selesai shalat, dianjurkan untuk membaca takbir.

Kedua, mursal (dibebaskan), yaitu takbir yang tidak terbatas setelah shalat, bisa dilakukan di setiap kondisi. Sunnah takbir Idul Fitri dimulai sejak matahari tenggelam pada malam 1 Syawal sampai Imam Shalat Id takbiratul ihram bagi yang berjamaah, atau takbiratul ihram mushalli bagi yang shalat sendiri.

Salah satu contoh bacaan takbir yang utama berdasarkan keterangan Syekh Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj juz 3 di halaman 54:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

2. Berhias dan Memakai Pakaian Terbaik
Idul Fitri merupakan saat yang tepat untuk menunjukkan kebahagiaan. Oleh karena itu, banyak orang yang berhias dan berpenampilan sebaik mungkin. Untuk berhias, ada beberapa hal yang dapat dilakukan seperti membersihkan badan, memotong kuku, menggunakan wewangian yang terbaik, serta mengenakan pakaian yang terbaik.

Pakaian putih adalah yang paling disukai, namun jika terdapat pakaian yang lebih baik selain putih, maka lebih utama untuk memilihnya, seperti membeli baju baru.

Syekh Zakariyyah al-Anshari dalam kitab Asna al-Mathalib menjelaskan, sunnah berhias itu berlaku bagi siapapun, meski bagi orang yang tidak turut hadir dalam pelaksanaan Shalat Idul Fitri.

“Khusus bagi perempuan, anjuran berhias tetap harus memperhatikan batas-batas syariat, seperti tidak membuka aurat, tidak mempertontonkan penampilan yang memikat laki-laki yang bukan mahram dan lain sebagainya,” kata Syekh Zakariyyah.

3. Makan Sebelum Shalat Idul Fitri
Terdapat satu hari yang tidak diperbolehkan untuk berpuasa, yaitu hari raya Idul Fitri. Kitab-kitab fiqih menjelaskan bahwa jika seseorang berniat untuk tidak berpuasa pada hari raya Idul Fitri, maka pahalanya setara dengan orang yang sedang berpuasa pada hari-hari yang tidak dilarang.

Sebelum Shalat Idul Fitri, Rasulullah SAW biasa memakan kurma dengan jumlah yang ganjil. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Pada waktu Idul Fitri Rasulullah SAW tidak berangkat ke tempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR Ahmad dan Bukhari)

4. Shalat Idul Fitri
Rasulullah SAW melaksanakan shalat Idul Fitri bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak. Dalam perjalanan ke tempat shalat dan pulang dari sana, Rasulullah SAW memilih rute yang berbeda.

Shalat Idul Fitri diadakan setelah matahari sudah setinggi dua tombak atau sekitar dua meter, sebagai waktu yang cukup bagi umat Islam untuk menunaikan zakat fitrah. Tujuannya agar umat Islam dapat memiliki waktu yang cukup untuk menunaikan kewajiban tersebut.

Dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar RA, mereka biasa melakukan shalat dua hari raya sebelum berkhutbah. (HR Al Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Muslim)

5. Mendatangi Tempat Keramaian
Suatu ketika saat hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW menemani Ibunda Aisyah RA mendatangi sebuah pertunjukan antraksi tombak dan tameng. Hal ini disampaikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan Imam Muslim.

Bahkan, saking asyiknya, Aisyah sampai menjengukkan (memunculkan) kepala di atas bahu Rasulullah, sehingga dia bisa menyaksikan permainan itu dari atas bahu Rasulullah dengan puas.

6. Mengunjungi Rumah Sahabat
Kebiasaan menjalin silaturahim dengan saling mengunjungi saat Idul Fitri sudah berlangsung sejak zaman Rasulullah. Pada hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW mengunjungi rumah para sahabatnya dan mereka pun melakukan hal yang sama.

Pada saat itu, mereka saling mendoakan kebaikan satu sama lain. Hal ini juga dilakukan oleh umat Islam saat ini, yaitu berkunjung ke rumah sanak saudara dan saling mendoakan.

7. Tahniah (Memberi ucapan selamat)
Pada hari raya Idul Fitri, tradisi saling memberikan ucapan selamat sangat dianjurkan. Sejumlah hadis dan ucapan para sahabat tentang tradisi ini dicatat oleh al-Imam al-Baihaqi dalam kitab Sunannya.

Meski sanadnya lemah, dalil tersebut dapat menjadi pijakan untuk memperkuat keutamaan amal ini. Di samping itu, adanya dalil umum yang menganjurkan bersyukur saat mendapat nikmat atau terhindari dari mara bahaya, seperti sujud syukur.

Riwayat al-Bukhari dan Muslim tentang taubatnya Ka'ab bin Malik juga menunjukkan pentingnya memberikan ucapan selamat di hadapan Nabi. Tidak ada aturan baku mengenai redaksi ucapan selamat, dan setiap kata yang sudah menjadi tradisi dianggap sah. Bahkan, saling bersalam-salaman juga dapat dianggap sebagai bentuk ucapan selamat.

Terkait tahniah itu, Syekh Abdul Hamid al-Syarwani menjelaskan:

ـ (خَاتِمَةٌ) قَالَ الْقَمُولِيُّ لَمْ أَرَ لِأَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا كَلَامًا فِي التَّهْنِئَةِ بِالْعِيدِ وَالْأَعْوَامِ وَالْأَشْهُرِ كَمَا يَفْعَلُهُ النَّاسُ لَكِنْ نَقَلَ الْحَافِظُ الْمُنْذِرِيُّ عَنْ الْحَافِظِ الْمَقْدِسِيَّ أَنَّهُ أَجَابَ عَنْ ذَلِكَ بِأَنَّ النَّاسَ لَمْ يَزَالُوا مُخْتَلِفِينَ فِيهِ وَاَلَّذِي أَرَاهُ مُبَاحٌ لَا سُنَّةَ فِيهِ وَلَا بِدْعَةَ

“Al-Qamuli berkata, aku tidak melihat dari para ashab (ulama Syafi’iyah) berkomentar tentang ucapan selamat hari raya, beberapa tahun dan bulan tertentu seperti yang dilakukan banyak orang. tetapi, Al-Hafizh al-Mundziri mengutip dari al-Hafizh al-Maqdisi bahwa beliau menjawab masalah tersebut bahwa orang-orang senantiasa berbeda pendapat di dalamnya. Pendapatku, hal tersebut hukumnya mubah, tidak sunnah, tidak bid’ah.”

(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 19 April 2024
Imsak
04:27
Shubuh
04:37
Dhuhur
11:55
Ashar
15:14
Maghrib
17:53
Isya
19:03
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan