LANGIT7.ID-, Jakarta- -
Turki tampaknya menuju pemilihan presiden putara kedua setelah Recep Tayyib Erdogan maupun Kemal Kilicdaroglu melewati ambang batas untuk menang langsung pada Ahad (14/5/2023).
Diakses pada Senin (15/5/2023) dini hari, Anadolu Agency mencatat perhitungan suara mencapai 95%. Erdogan memperoleh 49,50%, Kilicdaroglu 44,79%.
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Al Azhar, Pizaro Gozali Idrus, mencatat empat dampak signifikan jika Erdogan kalah dalam pemilu kali ini. Di antaranya:
Baca juga:
Ulama Palestina Jelaskan Penyebab Zionis Israel Bombardir Gaza1. Politik Luar Negeri Turki Akan Berubah
Menurut Pizaro, jika pesaing ketat Erdogan, Kilicdaroglu, yang memenangkan pemilu, maka politik luar negeri Turkiye akan beurbah. Dia menilai Kilicdaroglu tidak cukup pengalaman untuk melakukan negosiasi konflik di dunia internasional.
"Dampaknya sangat signifikan, pertama Turki akan mengubah lanskap politik luar negerinya. Yang tadinya tampil dalam diplomasi internasional mengenai konflik-konflik yang ada, itu kemungkinan tidak bisa dilaukan Kilicdaroglu, karena kapasitas kepemimpinan dia kan tidak kuat secara internasional, dan tidak punya banyak pengalaman dalam melakukan negosiasi konflik," ujar Pizaro kepada Langit7.id, Senin (15/5/2023).
2. Turki Akan Lebih Pro-Barat
Pizaro menjelaskan, Erdoga membawa Turki selalu berada di tengah dalam urusan politik luar negeri. Erdogan tidak mau menyeret Turki masuk ke dalam kepentingan Barat maupun Timur.
"Turki yang selama ini politiknya berada di tengah untuk tidak mau terseret ke kepentingan Barat maupun Timur, ini bisa Berubah Ketika Kilicdaroglu menang. Karena Kemal Kilicdaroglu sudah mengatakan dia akan mendekat ke Barat Ketika menjadi pemilu Turki," ujar Pizaro.
3. Isu-Isu Dunia Islam tidak Lagi Dimainkan
Dampak lain jika Erdogan kalah adalah isu-isu dunia Islam tidak lagi dimainkan. Erdogan selama memerintah terkenal sering menyuarakan isu-isu Palestina dan Uighur. Namun, hal itu tidak akan lagi terdengar jika Kilicdaroglu memenangkan pemilu.
"Isu seperti Palestina, Suriah, Uighur itu tidak lagi dimainkan oleh Kilicdaroglu, karena dia kan tidak konsen dengan isu diplomasi internasional, dunia Islam. Dia Lebih focus ke isu-isu domestik, bahkan ada kekhawatiran para pengungsi Suriah itu akan dipulangkan paksa ke Suriah tanpa ada jaminan keamanan," ujar Pizaro.
4. Larangan Jilbab Berpotensi Diberlakukan
Pizaro mengungkapkan, larangan jilbab berpotensi diberlakukan jikan Kilicdaroglu memenangkan pemilu. Pasalnya, Kilicdaroglu sebagai pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP) mendukung pelarangan jilbab.
"Banyak masyarakat Muslim Turki juga masih tidak percaya bahwa Kilicdaroglu akan ramah kepada muslim melindungi jilbab, karena 2013 itu JHP adalah partai yang Mendukung pelarangan jilbab, justru Ketika Erdogan mengambil kekuasaan, Jilbab itu dibebaskan bagi kaum muslimin," kata Pizaro.
Kendati begitu, Pizari menilai Erdogan punya peluang besar kembali dalam pemilihan umum Turki.
"Hasil pemilu putaran pertama sudah Sesuai dengan redaksi saya, bahwa akan berlangsung sangat ketat. ini menarik, karena Erdogan justru unggul 49%. Padahal, survei-survei itu di Turki kebanyakan malah mengunggulkan opsisi, kita tidak tahu survei-survei ini bergerak secara objektif atau pesanan," kata Pizaro.
Pizaro menjelaskan, Erdogan memang kerap dipojokkan media-media Barat maupun negara-negara Barat. Namun, hasil pemilu Turki membalikkan prediksi Barat. Dia menyebut, Barat selalu mendengungkan bahwa Erdogan akan tumbang kali ini.
"Media-media Barat juga kan selalu memojokkan Erdogan, ternyata Erdogan meliding 49%. Ini seperti membalikkan prediksi Kalangan Barat bahwa Erdogan akan tumbang. Di kota-kota seperti Angkara, Istanbul itu kan memang AKP sudah kehilangan suara pada pemilu sebelumnya. Itu sekarang dikuasai oleh oposisi, itu terjadi sekarang," ujar Pizaro.
Erdogan memang kalah di kota-kota besar seperti Istanbul, Izmir, Bursa, Ankara dan Istanbul. Itu karena kota-kota tersebut sudah menjadi basis oposisi. "Jadi di wilayah-wilayah tersebut sudah bisa diprediksi bahwa Erdogan akan kalah, karena memang sekarang basisnya dikuasai Kelompok oposisi," tutur Pizaro.
(ori)