Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Sabtu, 18 Mei 2024
home masjid detail berita

Hikmah Perbedaan Pendapat dalam Islam, Wujud Kekayaan Intelektual Muslim

Muhajirin Selasa, 25 Juli 2023 - 11:00 WIB
Hikmah Perbedaan Pendapat dalam Islam, Wujud Kekayaan Intelektual Muslim
Hikmah perbedaan pendapat dalam Islam, wujud kekayaan intelektual muslim.
skyscraper (Desktop - langit7.id)
LANGIT7.ID-, Jakarta- - Ulama sekaligus Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi, menuturkan, perbedaan pendapat di kalangan umat Islam merupakan bukti kekayaan intelektual muslim.

"Perbedaan pendapat dalam kebaikan dan syariah merupakan hal yang sangat wajar terjadi, karena merupakan keragaman pemikiran para ilmuwan dalam memahami suatu masalah dengan sumber ilmu yang dimilikinya, dan dengan kondisi lingkungan dan zamannya masing-masing," kata Hadi saat menyampaikan khutbah di Masjid Istiqlal Jakarta, dikutip Selasa (25/7/2023).

Dalam sejarah Islam, sejak zaman para sahabat Nabi Muhammad SAW, tabi'in dan tabi' tabi'in telah terjadi berbagai perbedaan pendapat (ikhtilaf). Terutama dalam masalah cabang agama (furu'iyah).

Bahkan pada masa Rasulullah masih hidup, para sahabat sering berbeda pendapat tentang perintah agama baik dari Al-Qur'an maupun dari sabda Rasulullah SAW. Salah satu contoh yang sangat populer tentang perbedaan pendapat di antara para sahabat Nabi dalam suatu perjalanan ke desa Bani Qurayzah.

Baca juga:9 Fakta Al-Quran yang Wajib Diketahui Umat Islam di Dunia

Saat itu, Rasulullah SAW memerintahkan kafilah para sahabat untuk tidak shalat Ashar sebelum sampai di desa Bani Qurayzah. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh ada yang shalat Ashar kecuali di (desa) Bani Qurayzah." (HR.Bukhari).

Sebelum sampai di desa Bani Qurayzah, waktu Ashar sudah masuk. Para sahabat berbeda pendapat. Ada yang menyegerakan shalat Ashar, waktunya sudah tiba. Ada pula yang menunda karena menngikuti kontekstual perintah Nabi SAW, yakni shalat Ashar di Desa Bani Qurayzah.

Atas kejadian tersebut, Rasulullah membenarkan kedua ijtihad para sahabatnya, karena memang berdasarkan Al-Qur'an dan sabda beliau.Begitu pula di masa setelahnya, para Ulama yang memiliki pengetahuan mendalam tentang Syariat Islam memiliki banyak perbedaan pendapat dalam menghadapi masalah yang sama.

Hal itu melahirkan beberapa kelompok paham (fiqh syariah) yang disebut mazhab (cara berpikir tentang hukum syariah) atau metode (manhaj) yang terbentuk dari pemikiran, penelitian dan kajian hukum, dalil-dalil dan sumber-sumber pengetahuan lain tentang suatu hal yang jelas batas-batas dan bagian-bagiannya dalam syariah Islam.

"Perbedaan pendapat para Ulama yang terbentuk dalam beberapa mazhab dan manhaj sesungguhnya merupakan keluasan dan keluwesan Syariat Islam dalam kehidupan di setiap situasi tempat, lingkungan dan waktu yang berbeda," ucap Hadi.

Bahkan, satu ulama bisa beda pendapat dengan pendapatnya sendiri yang telah lampau. Misalnya Imam Syafi'i. Dia pernah memiliki pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri ketika dia berada di Bagdad, dan setelah dia pindah ke Mesir.

"Perbedaan pendapat Imam Syafi'i ini dikenal dengan istilah Qaulul Qadim wa Qaulul Jadid," ucap Hadi.

Dalam bukunya Fiqhul Ikhtilaf, Dr. Yusuf Al-Qardawi menjelaskan, para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan definisi, kaidah, asas dan tata cara suatu ibadah atau cabang ilmu agama lainnya. Sebenarnya masih dalam kerangka Al-Qur'an, As-Sunnah dan Ijma' para sahabat dan para ulama Salaf (sebelumnya) sehingga tidak saling berselisih karena perbedaan pendapat.

"Bahkan para ulama tetap menjaga agar pendapatnya tidak menimbulkan perpecahan umat," ungkap Hadi.

Hadi menuturkan, perbedaan pendapat yang merupakan keragaman pemikiran harus menjadi konteks dalam hal kebaikan dan implementasi syariah. Maka itu, ada banyak hikmah perbedaan pendapat dalam kebaikan.

Pertama, perbedaan pendapat terjadi agar umat Islam bisa bersaing dalam kebaikan, siapa yang memiliki amal terbaik. “Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148).

Kedua, agar dapat saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan (ta'awun/kerjasama).

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya." (Q.S Al-Maidah:2)

Baca juga:Konferensi Internasional Antar Mazhab di Teheran Gagas Ummatan Wahidatan

Ketiga, agar umat Islam dapat saling menghargai dalam hidup (tasamuh atau toleransi).

“Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri.” (QS. Al-Baqarah/2:139).

Keempat, agar umat Islam mendapatkan kemudahan dan kesuksesan dalam kebaikan. "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah:185)

Hadi menegaskan, umat Islam harus menyikapi perbedaan pendapat dalam praktek syariat Islam demi keutuhan umat. Ini agar bisa mengikuti prinsip-prinsip yang disampaikan oleh ulama mujtahid Syekh Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid, "Kami bekerja sama dalam hal-hal yang disepakati dan bertoleransi dalam hal-hal yang dipersengketakan."

"Perbedaan pendapat dalam niat baik akan melahirkan persatuan dan itu akan mendatangkan Rahmat dari Allah SWT. Perbedaan pendapat dalam niat jahat akan menimbulkan perpecahan dan itu akan mendatangkan kutukan dari Allah SWT," ujar Hadi.



(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Sabtu 18 Mei 2024
Imsak
04:25
Shubuh
04:35
Dhuhur
11:53
Ashar
15:14
Maghrib
17:47
Isya
18:59
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan