LANGIT7.ID-, Jakarta- - Legenda hidup dangdut Indonesia, Raden Haji Oma Irama (
Rhoma Irama), menceritakan awal mula menjadikan Soneta sebagai wadah untuk berdakwah.
Dia menyampaikan hal tersebut saat menjadi tamu dalam acara Kongres Budaya Umat Islam Indonesia yang diadakan Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Dia memulai memasukan materi dakwah dalam lagu Soneta saat grup dangdut itu berdiri, yakni pada tahun 70-an. Banyak ujian dan rintangan yang mesti dilewati Rhoma Irama. Apalagi, kata dia, waktu itu musik dan agama memiliki gap yang cukup lebar.
"Soneta group berdiri pada tahun 70. Ketika saya bermusik, saya merasa kesasar waktu itu, karena ada budaya yang memisahkan antara seni dengan agama. Seniman itu, zaman dulu, kalau shalat menjadi aib. Tidak nyeniman," kata Rhoma Irama.
Baca juga:
Kongres Budaya Umat Islam Indonesia Hasilkan Rekomendasi PentingHampir saja dia putus asa dan mundur mensyiarkan Islam melalui lagu. Pada akhirnya, di setiap shalat dia berdoa kepada Allah agar jalannya dipermudah. Dia bahkan berdoa agar bakatnya dicabut saja jika hanya memperlebar jalannya ke neraka.
"Setiap shalat saya berdoa kepada Allah SWT, 'Ya Allah seandainya seni ini hanya memperlebar jalanku ke neraka, maka cabutlah bakat yang ada diri hamba ini. Tapi, kalau bakat yang engkau berikan ini dapat membawa pada keridhaan-Mu, tolong bimbing saya'," ucap Rhoma Irama.
Dia merasakan pertolongan Allah. Pada akhirnya dia mendeklarasikan Soneta the Sound of Muslim. Itu adalah satu komitmen untuk berdakwah. Dakwah pertama di dunia musik yang dia dendangkan adalah ucapan, "Assalamu alaikum WR WB".
Pada saat itu, memulai kongser musik dengan salam merupakan hal sangat ditabuhkan. Dia menceritakan satu kejadian saat menggelar kongser musik di Ancol. Saat membuka kongser dengan salam, penonton langsung menyoraki dan melemparkan sendal sampai lumpur ke panggung.
"Tempatnya di Ancol, begitu saya ucapkam Assalamu Alaikum, lemparan sendal dan lumpur meluncur ke panggung. Begitulah pemisahan antara agama dan musik pada saat itu," ujar Rhoma Irama.
Namun, dia tidak berhenti. Dia terus menyematkan ayat demi ayat di setiap lagunya. Akhirnya lahir sebuah lagu "Laa Ilaha Illallah". Lagu tersebut memiliki intro bacaan Surah Al-Ikhlas tanpa musik, hanya bunyi desiran angin.
Baca juga:
Cholil Nafis Ingatkan Ulama Tak Kampanye Politik Saat Berdakwah di Masjid"Akhirnya, ramailah media memberitakan kalau Roma Irama menjual ayat dan hadits," ujar Rhoma Irama. Atas kegaduhan itu, MUI yang kala itu diketuai K.H. Syukri Ghozali mengundang Rhoma Irama untuk klarifikasi di Gedung MUI.
Tak disangka, MUI justru memberikan dukungan. Bagi MUI, kata Rhoma Irama, itu merupakan salah satu cara efektif untuk menyampaikan dakwah di tengah masyarakat. MUI bahkan meminta Rhoma Irama memperbanyak lagu yang bertema religi.
"Respon KH Syukri, 'Bang Haji, kalau seperti ini, silakan bikin banyak-banyak'. Itulah pertama kali saya mendapat dukungan support dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk dakwah melalui lagu. Sejak saat itu, macam-macam ayat dan hadits saya sematkan di setiap lagu," ujar Rhoma Irama.
(ori)