LANGIT7.ID-, Jakarta- - Wakil Ketua I Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH), menjelaskan, menghapus dosa terhadap orang yang sudah meninggal dunia bisa dilakukan dengan dua cara.
"Pertama bergegas untuk beristighfar dulu kepada Allah SWT memohon ampun karena pada akhirnya hakim tertinggi yang akan mengadili kita semua dalam kehidupan adalah Allah SWT," kata UAH dalam tausiahnya di Ahyar TV, dikutip Selasa (15/8/2023).
Dengan tekad tulus untuk mengembalikan diri kepada Allah SWT melalui istighfar dan introspeksi diri, pasti akan tercapai niat tersebut dan dosa-dosanya akan diampuni. Dengan demikian, Allah SWT akan memutuskan ikatan yang tidak harmonis antara individu dengan orang yang telah meninggal dunia.
Hal tersebut, menurut Ustadz Adi Hidayat sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Ali Imran ayat 133 yang berbunyi:
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Ali-Imran: 133)
"Bergegaslah engkau untuk mengoreksi diri, memohon ampunan kepada Allah SWT karena dalam berkehidupan pasti banyak salah sehingga ketika pulang mendapatkan tempat yang baik berupa surga yang disiapkan untuk orang takwa," terang UAH.
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
"(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali-Imran: 134)
Dalam ayat ini, Allah mengidentifikasi ciri-ciri orang yang bertaqwa tidak hanya berdasarkan peningkatan dalam aspek ibadah spiritual, tetapi juga dalam aspek ibadah sosial. Ibadah sosial memiliki derajat tinggi di sisi Allah SWT.
"Dia yang gemar berbagi baik dalam keadaan lapang maupun sulit, mampu menahan amarah, lalu memaafkan orang lain. Sifat memaafkan dan berusaha untuk meminta maaf itu tinggi sekali nilainya di hadapan Allah SWT," terang UAH.
Seseorang yang mampu dengan mudah mengampuni atau segera memohon maaf akan memiliki hati yang lebih luas, sehingga mereka layak untuk memperoleh surga yang Allah sediakan, yang luasnya sebanding dengan langit dan bumi.
Langkah kedua, menyambung silaturahmi dengan keluarga orang yang sudah meninggal tersebut. Permohonan maaf lalu disampaikan secara umum, dengan harapan keluarga orang yang sudah meninggal itu membukakan pintu maaf.
"Perhatikan mungkin meninggalkan ahli waris misal anaknya atau siapapun, berikan hadiah yang terbaik. Setelah itu tawakal pada Allah SWT," pesan UAH.
UAH menganggap langkah seperti itu sebagai sikap yang luar biasa. Namun, bagaimana dapat mengenali bahwa ampunan telah diperoleh dan dosa telah dihapuskan?
"Muncullah dalam diri kita ke lapangan. Satu perasaan lapang yang menjadikan perbuatan-perbuatan kita kemudian lebih nyaman. Hubungan dengan keluarga yang ditinggalkan juga jadi lebih baik dan tidak ada sekat lagi yang menjadikan merasa terganjal kecuali bisikan-bisikan setan saja," ujar UAH.
Selain dua cara tersebut, orang-orang saleh di masa lalu dan para ulama kadang-kadang melaksanakan sedekah atas nama individu yang pernah menyakiti mereka.
"Biasanya kita yang menyakiti orang lalu bersedekah atas nama dia karena merasa bersalah. Ini mereka kililing cari orang fakir-miskin lalu sedekah dengan niat apa supaya Allah menjadikan si fulan yang kurang jadi lebih baik," papar UAH.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga memberikan contoh tentang pentingnya mendoakan kebaikan bagi mereka yang pernah menyakiti beliau. Nabi Muhammad SAW memberikan contoh konkret mengenai kebiasaan mendoakan kebaikan bagi orang yang pernah menyakiti beliau, seperti dalam kasus doa untuk Umar bin Khattab.
"Makanya kalau ada teman, mitra, atau bahkan keluarga yang kurang baik, minimal kita berdoa yang baik. Surga itu begitu luas, jangan maunya soleh sendiri,"
(ori)