Mastia Lestaluhu merupakan wanita asal Ambon yang memiliki segudang prestasi. Lahir dan besar di timur Indonesia, Mastia ibarat permata dalam dunia qiraat. Dia membawa nama daerah dan bangsanya ke tataran dunia internasional sebagai qariah dunia.
Upaya untuk berprestasi sebagai pembaca Al-Qur'an tidak lepas dari tempaan kedua orang tuanya. Sejak awal orang tuanya memutuskan untuk menyiapkan pola pengasuhan (parenting) agar anak-anaknya dekat dengan Al-Qur'an.
Hal itulah yang mengantarkan Mastia terjun di dunia tilawah Al-Qur'an. Kini, dia memiliki keinginan kuat untuk memberantas buta aksara Al-Qur'an. Wanita kelahiran 1 Mei 1993 itu lantas mendirikan institusi yang bergerak di bidang pendidikan dan pelatihan untuk pengajar Al-Qur'an bernama Mastia Institute.
Baca juga:
Resmikan LRT Jabodebek, Jokowi Minta Masyarakat Beralih ke Transportasi MassalProses pembelajaran Mastia Institute yang sudah berjalan 4 tahun dan dilakukan secara daring. Di sini, para guru pengajar baca Qur’an diajarkan cara memberikan proses belajar yang menyenangkan.
“Sebagai orang yang berkecimpung di dunia Qur’an dan memiliki prestasi di bidang tersebut, aku sebenarnya ingin memiliki pesantren, tapi sembari mempersiapkan jalannya aku ingin lembaga belajar mengajar ini berjalan lebih dulu,” ujar Mastiah melalui laman resmi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Senin (28/8/2023).
Dia berharap, keberadaan Mastia Institute membawa dampak bagi umat Islam di Tanah Air. Dia berharap semakin banyak umat Muslim yang mahir membaca Al-Qur’an. Ada beberapa hal yang dia tekankan di Mastiah Institute. Dia selalu menekan kepada peserta untuk belajar dari guru yang tepat.
“Temukan guru. Biarpun sekarang banyak platform belajar mengaji, tapi peran guru tetap tidak tergantikan. Temukan guru yang paham ilmu yang akan dipelajari,” ujar Mastia.
Selain itu, Mastia juga menekankan agar pembaca Al-Qur’an selalu istiqomah dalam setiap proses. Karena, menurutnya, tidak ada pembelajaran yang selalu lancar. Belajar tentu penuh rintangan. Namun, semua itu tergantung bagaimana cara untuk menghadapinya.
“Karena kalau nggak mau menderita karena kebodohan, ya harus hadapi menderita karena proses belajar,” tutup Mastia.
Tak hanya berkiprah di bidang belajar-mengajar Al-Qur'an, alumni progra studi Hukum Perdata Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta didapuk jadi Qoriah internasional pada 2011. Dia pertama kali jadi juara internasional saat diorbitkan oleh UMJ.
Pada 2011, FAI UMJ memenuhi undangan dari USIM Malaysia untuk mengikuti Ihtifal Institusi Pengajian Tinggi. UMJ mengirim dua mahasiswa, Mastiah menjadi salah satu utusan tersebut.
"Alhamdulillah saya juara 2 dan teman saya juara 3,” ungkapnya. Kenangan menjadi qoriah internasional tentu sangat luar biasa. Wanita kelahiran Ambon merasa kemenangan saat itu telah menjadi pintu utama untuk membangun relasi.
“Merasa bersyukur banget karena dapat bertemu orang luar dan menjalin pertemanan. Karena ini skala internasional. Jadi ada jalan untuk memperluas relasi. Ketika kita ingin membuka bisnis ataupun menimba ilmu, akan lebih mudah,” tuturnya.
Selanjutnya Mastia makin sering memenangkan perlombaan tilawah di berbagai daerah, dalam dan luar negeri. Mulai dari perlombaan Musabaqah Syarhil Quran Nasional 2012 di Maluku, lomba Tilawah Dewasa Putri STQ Nasional 2013 di Bangka Belitung, Tilawah Dewasa Putri MTQ Nasional 2014 di Batam, Tilawah Dewasa Putri MTQ Nasional 2015 di Jakarta, Qiraat Sab’ah Putri MTQ Nasional 2016 di Lombok, hingga jadi juara 2 MTQ Internasional 2016 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Pengalaman Mastia ternyata tidak di satu bidang saja. Perempuan yang sangat gigih dalam mengejar ilmu ini ternyata menuntut ilmu di dua universitas sekaligus. Saat menempuh semester 5 di FAI UMJ, Mastia mendaftarkan diri pada studi Diplomasi 4 (D4) di salah satu sekolah motivator di Tangerang selatan.
“Aku mengambil double degree. Tapi pendidikan di sekolah motivator ini cukup lama, sampai enam Setengah tahun. Jadi, setelah lulus dari UMJ aku masih melanjutkan sekolah motivator. Dua tahun kemudian aku mukai studi S2 di salah satu PTS di Jakarta. Aku baru lulus dari sekolah motivator itu bersamaan dengan kelulusan dari sekolah S2 itu,” kenang Mastia.
Pendidikan di sekolah motivator itu memberi Mastia dua buah gelar, yaitu CPSM (Certified Profesional Spritual Motivator) dan CHC (Certified Hypnosis Communication). Jadi, selain menjadi qoriah yang melalang buana ke berbagai daerah di Indonesia dan luar negara, Mastia juga aktif sebagai motivator dan dosen hipnoteraphy di akademik non formal.
(ori)