LANGIT7.ID-, Jakarta- - Manusia di era kehidupan zaman modern saat ini terus-menerus dibombardir berita tentang kekerasan dan konfli di berbagai penjuru dunia. Begitu banyak orang yang memiliki masalah serius yang tampaknya tidak dapat dipecahkan.
Namun, hal tersebut bukan hal baru. Nabi Muhammad SAW dilahirkan dalam sebuah masyarakat yang memiliki banyak masalah besar seperti yang dihadapi saat ini. Setelah diangkat menjadi nabi, beliau mampu mempebaiki masalah-masalah sosial yang terjadi secara global.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umatnya tentang cara mengubah isu-isu perselisihan menjadi perdamaian dan keamanan bagi semua orang. Ada banyak hal yang bisa dicontoh dari diri Nabi Muhammad SAW.
Dari hal paling kecil seperti penjaga perdamaian di antara tetangga. Pada era jahiliyah, memperlakukan tetangga dengan buruk merupakan hal wajar di kalangan masyarakat. Tidak jarang para tetangga selalu bertengkar dan saling melontarkan hinaan satu sama lain.
Ja'far bin abu Thalib, sepupu Nabi Muhammad, menjelaskan kepada Negus, Raja Etiopia, tentang kebiasaan bertetangga yang tidak baik itu. Dia berkata:
"Kami adalah bangsa yang jahiliyah dan jahat. Kami biasa memutuskan hubungan keluarga dan memperlakukan tetangga dengan buruk". (HR Ahmad).
Baca juga:
Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Berbagai NegaraPenulis The New Muslim’s Field Guide, Theresa Corbin, mengungkapkan, Nabi Muhammad SAW lahir di dunia yang penuh dengan kekacauan. Tidak hanya para tetangga yang secara teratur saling tidak menghormati dan saling menyerang, suku-suku pun terus-menerus berperang satu sama lain.
Bahkan, di era Nabi Muhammad SAW lahir, korupsi merupakan hal yang biasa terjadi di dunia politik. Orang kaya dan orang kaya hidup mewah di atas punggung orang yang lemah dan tertindas. Perdamaian dan keamanan bukan kemewahan yang dinikmati banyak orang.
“Waktu dan tempat Nabi Muhammad memiliki pengaruh yang besar terhadapnya. Sebelum wahyu datang kepadanya, ia menghabiskan banyak waktu untuk menyendiri, merenungkan keadaan masyarakatnya yang kacau. Hal ini sangat membebani beliau,” kata Theresa melalui laman
About Islam, Jumat (29/9/2023).
Selama kehidupan Nabi, bahkan sebelum wahyu dari Allah SWT, beliau dikenal sebagai penjaga perdamaian. Beliau menunjukkan keinginannya untuk menjaga perdamaian. Itu bisa terlihat saat suku-suku Quraisy membangun kembali Ka'bah:
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, suku-suku Quraisy sampai pada titik di mana Hajar Aswad akan ditempatkan di tempat yang telah ditentukan. Perselisihan terjadi di antara berbagai suku Quraisy. Nabi Muhammad SAW lalu meminta mereka untuk membawa sebuah kain dan meletakkannya di atas tanah. Dia meletakkan Hajar Aswad di atasnya.
“Dia kemudian meminta agar setiap pemimpin Quraisy memegang kain tersebut dari satu sisi dan semua berpartisipasi dalam mengangkat Hajar Aswad, memindahkannya ke tempat yang telah ditentukan," kata Ibnu Katsir.
Banyak orang yang tidak menyukai nilainilai Islam. Islam menuntut keadilan dan kesetaraan sosial. Mereka yang diuntungkan oleh struktur sosial yang tidak adil pada saat itu tidak ingin melihat status mereka berubah dan tidak ingin hak-hak istimewa dirampas.
Ketika situasi di menjadi sangat buruk, sehingga umat Islam menghadapi risiko kepunahan, reputasi Nabi Muhammad sebagai penjaga perdamaian membuatnya hijrah ke Yatsrib, yang sekarang dikenal sebagai Madinah.
Di Madinah pada saat itu, ada banyak orang, suku, dan agama yang berbeda yang hidup dalam kerusuhan sipil yang ekstrem. Kota ini tidak memiliki hukum dan sebagian besar perselisihan diselesaikan dengan pedang, yang menyebabkan lebih banyak perselisihan.
Penduduk Madinah sangat membutuhkan kedamaian dan struktur, sehingga mereka meminta Nabi Muhammad SAW untuk datang menjadi penengah dan menegakkan perdamaian. Setibanya di Madinah, Nabi menyusun konstitusi Madinah.
Ada sebuah dokumen yang hingga hari ini menjadi contoh cemerlang tentang bagaimana perbedaan sosial dapat hidup dan bahkan dapat hidup dalam kedamaian.
Konstitusi tersebut menetapkan keamanan masyarakat, kebebasan beragama, peran Madinah sebagai tempat yang haram atau suci (melarang semua kekerasan dan senjata), keamanan perempuan, hubungan suku yang stabil di Madinah.
Tak hanya itu, Nabi Muhammad SAW juga pencipta perdamaian di antara musuh. Nabi Muhammad mengajarkan para pengikutnya untuk mengerahkan segala upaya perdamaian sebelum berperang:
"
Wahai manusia, janganlah kalian ingin bertemu dengan musuh, tetapi mintalah keamanan kepada Allah. Jika kalian bertemu musuh dalam pertempuran, bersabarlah dan ketahuilah bahwa surga berada di bawah naungan pedang." (Sahih Bukhari)
Tetapi bahkan setelah meninggalkan Mekah, musuh-musuh Islam tetap mengejar Nabi dan para pengikutnya. Musuh-musuh Islam tidak mau menerima perdamaian, dan tibalah saatnya untuk membela diri agar pesan keadilan dan kesetaraan dapat disebarkan. Namun, meskipun sampai pada titik pertumpahan darah, Nabi tetap menginginkan perdamaian.
Dalam perang Uhud, ketika musuh-musuhnya menyerang umat Islam, Nabi Muhammad mengalami luka di bagian kepala. Ketika darah mulai merembes dari kepalanya, beliau mengusapnya sambil berkata:
"Jika setetes darahku jatuh ke bumi, orang-orang kafir itu akan dihancurkan oleh Allah.” Umar berkata kepadanya,
"Wahai Rasulullah, laknatlah mereka!” Sang Nabi menjawab:
“Aku tidak diutus (oleh Allah) untuk mengutuk. Aku diutus sebagai rahmat.” Kemudian dia berkata, “
Ya Allah, berilah petunjuk kepada umatku!" (HR. Al-Bukhari)
Ketika Nabi SAW kembali ke Mekah dalam kemenangan dan berada di atas angin, beliau tidak kembali ke kota untuk membalas dendam. Beliau kembali sebagai pemenang dengan membawa tawaran perdamaian.
Beliau tidak membalas dendam kepada orang-orang yang telah menyiksa, membunuh, dan membawa perang kepada umat Islam. Pengampunan dan perdamaian ditawarkan dan doa nabi: 'Ya Allah, Berilah petunjuk kepada umatku!
(ori)