LANGIT7.ID-, Jakarta- - Salah satu sifat buruk yang dicela dalam Islam adalah al-jaza’ atau mengeluh. Agama membimbing manusia agar potensi sifat tersebut tidak tumbuh. Jaza’ adalah menyampaikan atau mengekspresikan hal-hal yang buruk kepada orang lain tanpa maksud mencari solusi.
Namun sebaliknya, jika menyampaikan hal buruk dalam rangka mencari solusi, maka tidak termasuk jaza’. Meskipun ada di dalam koridor mencari solusi, tetap ada batasan-batasan yang harus diperhatikan yakni hanya menyampaikan hal-hal yang utama saja, selebihnya tidak boleh disampaikan.
Lalu, kepada siapa seorang mukmin itu harus mengeluh? Tentu tempat mengeluh terbaik adalah kepada Allah SWT.
Pada dasarnya orang mukmin itu tidak boleh mengeluh. Bahkan kepada Allah. Karena sejatinya ketika kita berbicara kepada Allah itu adalah doa serta disertai menyampaikan masalah yang dihadapi. Salah satu contoh bentuk doa dan sekaligus mengangkat persoalan kepada Allah.
Baca juga:
Ustadz Milenial Taqy Malik: Anak Muda Keren Itu Utamakan AkhiratAl-Qur’an bicara tentang sifat jaza’ di dalam surat Al-Ma’arij ayat 19-22. Imam As-Sa’di saat menafsirkan ayat tersebut mengatakan, manusia suka mengeluh kalau ditimpa kefakiran, sakit, ditinggal pergi oleh orang yang dicintai, dan kehilangan barang berharga. Manusia memilih untuk tidak bersabar serta ridho dengan apa yang telah Allah putuskan.
Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW mengutus 10 pasukan untuk mata-mata, pemimpin pasukan mengatakan ‘izinkan aku ruku 2 rakaat’ maka mereka meninggalkan, kemudian pemimpin pasukan itu berkata ‘seandainya saya tidak mengira kamu sedang mengeluh, niscaya aku panjatkan (doa) itu.” (HR Bukhari)
Fonuder Formula Hati, Ustadz Muhsini Fauzi, mengatakan, jaza' jika tidak dikelola akan melahirkan hal-hal buruk. Di antaranya, sifat mengeluh atau jaza’ akan melahirkan perasaan sedih yang berkepanjangan.
“Menekan jiwa berarti mendidik jiwa agar tidak berkembang dengan baik. Kalau mulut mengeluh, berdampak pada jiwa, jiwa semakin tertekan, hasilnya pun tidak lebih baik. Jika mulut ini menahan, maka jiwa akan terdidik untuk bisa menerima. Semakin sering kita dididik dengan baik, maka jiwa pun akan sehat” kata Ustadz Fauzi dalam kajian daring Formula Hati, Senin (16/10/2023).
Selain itu, jika seseorang terus-menerus mengeluh, maka bisa saja akan terasuki sifat su-udzon kepada Allah SWT. Hal itu tentu tidak baik, karena bisa menyebabkan penyakit hati.
“Jika kamu mengeluh terus menerus, kamu khawatir akan masuk dalam kategori su-udzon kepada Allah. Jika dilestarikan maka dapat mengikis keimanan, khususnya keimanan terhadap Qada Qadr. Dosa karena tidak sesuai dengan perintah Allah yaitu bersabar dan ridha,” tutur Ustadz Fauzi.
(ori)