LANGIT7.ID-, Jakarta- - Istidraj adalah pemberian dalam murka. Takut dari istidraj terhadap kenikmatan merupakan sikap orang mukimin. Istidraj ini perlu dipandang dengan teliti. Ketika manusia teliti, maka ia bisa terjebak dalam perbuatan buruk.
Founder Formula Hati, Ustadz Muhsinin Fauzi, menjelaskan, pada dasarnya, keburukan manusia jumlahnya tidak sedikit. Sementara, Allah sudah memberikan kenikmatan kepada manusia setiap hari, meski manusia tidak dalam keadaan taat kepada-Nya.
“Maka agar pemberian Allah itu bukan merupakan istidraj, kita harus bertaubat setiap hari. Tiada hari selain untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Ketika ini sudah menjadi karakter dan kebiasaan kita, maka semoga kenikmatan Allah ini bukan merupakan istidraj,” ujar Ustadz Fauzi dalam kajian daring formula hati, Senin (13/11/2023).
Baca juga:
KH Ali Mujib: Ada Doa Orang Tua dalam Kesuksesan AnakUstadz Fauzi menjelaskan, manusia harus takut pada karunia yang diberikan pada saat bermaksiat kepada Allah SWT. Bisa jadi itu merupakan istidraj yang lambat laun akan menghancurkan.
"Akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui." (QS Al'A'raf: 182)
Ada empat kategori yang harus dipahami. orang taat diberi masalah berarti ujian, orang taat diberi nikmat berarti rahmah, orang maksiat diberi masalah berarti peringatan, dan orang maksiat diberi nikmat berarti istidraj yang akan berujung kepada azab
“Istidraj itu sesungguhnya adalah merupakan bentuk kemurkaan Allah. Esensi kekhawatiran dari istidraj itu adalah ketakutan atas murkanya Allah yang dibungkus dalam kenikmatan. Takut atas murka Allah adalah posisi tertingginya dari rasa takut yang diajarkan oleh agama,” ungkap Ustadz Fauzi.
Maka itu, umat manusia seharusnya selalu berhati-hati dengan pemberian Allah SWT, jangan sampai pemberian ini datang dari lajur istidraj. Tetap berdoa agar nikmat itu datang dari lajur rahmah dan karunia Allah.
“Kita harus selalu bersyukur kepada Allah dan jangan sampai kufur. Agar kita takut kepada istidraj, yakni ketika Allah terus memberikan kenikmatan padahal kita terus berbuat kemaksiatan kepada Allah. Yang harus diupayakan adalah ketaatan kepada Allah,” ungkap Ustadz Fauzi.
(ori)