Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 17 Mei 2024
home global news detail berita

Memahami Kolonialisme di Palestina, dari Isu Agama hingga Kemanusiaan

Muhajirin Rabu, 06 Desember 2023 - 23:00 WIB
Memahami Kolonialisme di Palestina, dari Isu Agama hingga Kemanusiaan
ilustrasi
skyscraper (Desktop - langit7.id)
LANGIT7.ID-, Jakarta- - Direktur InPAS, Dosen IAI Dalwa Bangil, Kholili Hasib, mengutarakan, ada tiga isu besar dalam persoalan Palestina-Israel yakni agama, penjajahan dan kemanusiaan.

Bagaimana pun peperangan yang terjadi antara Palestina-Israel sejak perang salib sampai saat ini tidak pernah jauh-jauh dari akar keagamaan. Baik Islam, Yahudi maupun Kristen.

Ketika pasukan Inggris baru saja memasuki al-Quds pada perang Salib, panglimaperangnya mengatakan: “Kini telah selesai perang salib”. Sang jenderal Inggris itutegas menyatakan, peperangannya karena agama.

Tetapi, sejak pertama kekerasan terjadi, yaitu pada perang salib sampai pada zaman modern ini, korban paling menyedihkan adalah masyarakat Muslim Al-Quds.
Maka itu, Shalahuddin al-Ayyubi tidak pernah bersedia dengan pendekatanperdamaian abal-abal. Raja Richard Inggris pernah mengajukan perdamaian dengan pasukan Muslimin pada 9 Oktober 1192. Dengan alasan peperangan telahmemakan banyak korban dari kedua pihak, maka raja Inggris itu meminta berdamai.

Tapi yang tidak bisa diterima Shalahuddin adalah Inggris menuntutsesuatu yang telah menjadi milik kaum Muslim. Dalam surat usulan, Richardmeminta Baitul Maqdis dan beberapa daerah di Yordania dikembalikan kepadaInggris, begitu pula sejumlah benteng di sekitar al-Quds, dan kota Asqalan.

“Tetapi, Shalahuddin tetap membolehkan ketiga penganut agama ziarah ke Baitul Maqdis dan pembebasan masing-masing tawanan. Itulah bentuk siasat politik tapi berbasis kepercayaan agama,” kata Kholili dalam pemaparannya di Insists, dikutip Rabu (6/12/2023).

Kini, persoalan Palestina secara praktis terhubung dengan politik Timur Tengah. Tapi, sejatinya akarnya pada isu keagamaan. Dari perspektif pandangan hidup Islam, isu apapun memang melihatnya dengan kaca mata agama.

Dalam pandangan Islam, kecondongan hati dan pembelaan terhadap non-Muslimyang memusuhi kaum muslim adalah haram. Lebih-lebih berbuat baik. Sulaimanal-Bujairimi dalam kitab fikih Khasyiyah al-Bujairimi menulis fatwa bahwa kecondongan hati (al-mail al-qalbiy) secara terang-terangan kepada kafir harbi dan orang fasiq hukumnya haram, meskipun ada sebab-sebab yang bisa menolak kemudharatan.

Atas dasar itu, dalam pandangan Islam, ukhuwah diniyyah (persaudaraan sesamaagama) posisinya di atas ukhuwah basyariyyah (persaudaraan sesama manusia).Sehingga, simpati karena ukhuwah basyariyyah itu pun, dalam pandangan Islam,tidak lepas dari motivasi agama juga.

“Sebabnya, semua segi kehidupan kaum muslim itu bermotifkan agama. Termasuk simpati kemanusiaan. Maka, seorang Muslim yang simpati terhadap Palestina itu dasarnya adalah ajaran agama memerintahkan menaruh kasih sayang sesama saudara,” tutur Kholili.

Maka itu, simpati kemanusiaan atas kekerasan di Palestina itu dasarnya HAMberbasis ilahiyyat. Dengan HAM berbasis ilahiyat (teologis) itu tidak berartimelalaikan insaniyat (kemanusiaan).

Islam dengan jelas telah memposisikan manusia pada tempat yang mulia. Manusia adalah makhluk yang diberi keutamaan dibanding makhluk-makhluk yang lain. Selain diberi kesempurnaan ciptaan manusia juga diberi sifat fitrah, yaitu sifat kesucian yang bertendesi mengenal dan beribadah kepada Tuhannya, serta bebas dari tendensi berbuat jahat.

Problem posisi Israel di Palestina juga soal penjajahan (kolonialisme) sekaliguskemanusiaan yang mesti dipandang oleh Muslim dengan cara pandang teologis. Isu Israel di Palestina itu bermasalah sejak Inggris memberi tanah bani Israel diPalestina 1948.

Sebelum 1948 tidak pernah ada konflik dengan penduduk Muslim Palestina. Jadi, dari perspektif politik, penjajahan Inggris di sana melahirkan dan memperburuk hubungan Muslim dan Yahudi di sana.

Tidak pernah ada negara bernama Israel sebelum tahun 1948. Tetapi, negara Palestina jauh sudah ada di tanah tersebut. Secara teritorial, Israel tidak pernah memiliki negara resmi. Kecuali setelah 1948.
Hadiah dari Inggris. Itu pun terlaksana dengan cara kolonialisasi. Secara politikkenegaraan di era modern, Israel tidak memiliki teritorial yang sah. Secara historisjuga demikian. Karena bani Israel adalah ras yang tidak pernah menetap dalamdalam satu wilayah sampai memiliki hak teritorial.

Sejak zaman nabi-nabi terdahulu, kehidupan bani Israel itu nomaden. Berpindah-pindah. Tetapi negeri asal sesungguhnya berada di negeri Ur. Saat ini masuk wilayah Irak selatan.

Jadi problemnya, kehidupan ras Yahudi itu terpisah-pisah. Hingga di zaman modern. Jika memiliki tanah di Jerusalem, maka dengan mudah kita menafsirkan itu hasil kolonialisme (penjajahan) atas bangsa Arab Palestina. Secara teologis, kaum Muslimin meyakini al-Quds resmi milik kaum Muslim sejak kekhalifahan Umar bin Khattab ra.

Shalahuddin al-Ayyubi pernah berpidato pada saat membicarakan kesepakatan perdamaian untuk mengakhiri perang: “Al-Quds adalah tempat Isra’ nabi kami dan tempat berkumpul para malaikat. Tidak terbayang bagi kami akan mengalah. Kami tidak sanggup mengatakannya kepada kaum Muslimin. Negeri itu adalah milik kami dahulunya. Adapun penguasaan kalian atas negeri ini terjadi secara tiba-tiba”.

Pidato Shalahuddin al-Ayyubi ini penting bagi kaum Muslimin. Masjid al-Aqsaadalah kiblat pertama umat Islam dalam shalat. Ia terletak di bumi yang disucikan.Itu karena memang Nabi Muhammad Saw yang bisa menjaga dengan baik risalah
ajaran Nabi Ibrahim as tanpa ada penyimpangan.

Adapun kaum Bani Israil gagal meneruskan risalah ajaran Nabi Ibrahim karena meninggalkan kitab sucinya. Dengan demikian, secara teologis dan secara teritorial, al-Quds memang milik muslimin Palestina.

Sehingga, kolonialisasi Israel atas negara Palestina memang berbeda denganpenjajahan bangsa-bangsa Eropa atas negeri-negeri Timur. Mantan Menteri LuarNegeri RI tahun 1956-1957 menyebut pendudukan Zionis Israel dengan istilahBlackiest Imperialism.

“Karena Israel tidak mengambil hasil bumi Palestina, tapi mengambil tanahnya mengusir warganya dan mengganti dengan penduduk Yahudi. Lebih buruk dari imperialisme klasik,” ungkap Kholili.

(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 17 Mei 2024
Imsak
04:25
Shubuh
04:35
Dhuhur
11:53
Ashar
15:14
Maghrib
17:47
Isya
18:59
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan