LANGIT7.ID-, Jakarta- - Pakar tafsir Indonesia, Prof Quraish Shihab, menyampaikan pelajaran penting dari Surah Ali Imran ayat 121-122 yang menceritakan tentang kekalahan umat Islam dalam perang Uhud.
Pada saat itu, sebagian sahabat nabi meninggalkan medan perang, ahkan diduga ada yang terguncang imannya sehingga meninggalkan Islam. Namun, ada pelajaran penting dari peristiwa tersebut seperti diungkapkan Quraish Shihab.
“Ada satu penafsiran yang saya anggap baik sekali dari seorang pemikir Al Jazair Malik bin Nabi, beliau berkata ayat ini pelajaran bagi kita semua bahwa jangan menilai baik buruknya sesuatu dengan mengaitkannya pada sosok yang mengucapkannya,” tutur Quraish Shihab dalam Ngaji Bareng yang digelar Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta, Rabu (6/12/2023).
Quraish Shihab mengemukakan, sahabat-sahabat yang meninggalkan medan perang dan meninggalkan agama Islam mungkin karena hanya mengagumi sosok nabi pada saat hidupnya saja. Begitu tersebar bahwa Nabi Muhammad SAW wafat, maka mereka meninggalkannya.
Hal itu dikarenakan mereka mengaitkan kebenaran dengan sosok manusia. Maka itu, seorang muslim tidak boleh menilai baik buruk sesuatu karena ada materi. Demikian pula mengaitkan baik buruk sesuatu karena diucapkan oleh tokoh, seperti profesor dan sebagainya.
“Nilailah baik buruknya sesuatu itu dari idenya bukan dari orangnya. Walaupun itu diucapkan oleh nabi Muhammad SAW, selama ucapan itu bersumber dari pribadi beliau bukan dari Allah SWT,” tutur Prof. Quraish Shihab.
Quraish Shihab berpendapat, hal ini merupakan pilihan yang baik untuk mengingatkan umat Islam ketika membaca ataupun menilai suatu tafsir-tafsir dari siapapun orang yang dikagumi. Maka, harus menjadikan kebenaran atau baik-buruknya sesuatu berdasarkan ide yang disampaikan.
Quraish Shihab mengatakan, tafsir karya ulama Indonesia cukup banyak. Akan tetapi, tidak banyak yang lengkap 30 Juz. Lalu, tidak banyak juga tafsir yang ditulis dalam bahasa melayu (bahasa Indonesia). Maka, itu adalah hal yang perlu dirintis pada saat ini.
“Yang penting, jangan pernah menduga sekali-kali bahwa kita bangsa Indonesia tidak mampu melebihi bangsa-bangsa lain walaupun yang bahasa ibunya yang bahasa Al Qur’an. Sekali lagi, kita mampu asal kita mau belajar,” tandas Quraish Shihab.
(ori)