LANGIT7.ID-, Jakarta- - Tina Rahimi menjadi petinju Muslim wanita pertama yang terpilih mewakili Australia di ajang Olimpiade Paris 2024. Australia mengirim Rahimi bersama 12 petinju lainnya untuk bertarung di ajang olahraga dunia tersebut.
Deretan prestasi ditorehkan Rahimi sebagai petinju wanita Australia. Tahun lalu, Rahimi menjadi petinju wanita yang berkompetisi di Commonwealth Games. Di kompetisi tersebut, Rahimi meraih perunggu di divisi kelas bulu (57 kilogram) di Birmingham.
Selain itu, Rahimi juga sempat menggondol emas di Pacific Games di Honiara, Kepulauan Solomon, belum lama ini. Di kejuaraan ini, keteguhannya dalam memegang agama pun diuji.
Saat ditanya tentang kenyamanan bertinju dengan tangan dan kaki tertutup juga mengenakan hijab, Rahimi mengatakan menyesuaikan diri.
“Ya Tuhan, panas sekali. Di Kepulauan Solomon, kelembapannya luar biasa. Begitu saya memakai penutup kepala, keringat saya menetes. Tapi, seperti halnya puasa dan latihan, saya menyesuaikan diri," kata Rahimi, dikutip WAtoday, Rabu (20/12/2023).
Belum lagi saat bulan suci Ramadhan, di mana umat Islam menjalankan ibadah puasa dari fajar hingga petang. Momen ini bertepatan dengan Kejuaraan Tinju Dunia Wanita IBA di India.
Baca juga:
Outfit Sopan Natasha Rizky di Maraton 5K Bikin Netizen Penasaran: Spill Roknya Dong!“Saya harus berlari sebelum matahari terbit untuk menjaga latihan dan ketinggian air,” kata Rahimi. “Saya hanya bisa melakukan satu sesi sehari. Saya merasa sangat lelah, terkuras. Tapi itu bagian dari agama saya dan itu penting bagi saya.”
Selain berprofesi sebagai petinju, Rahimi juga menggeluti dunia kecantikan dengan menjadi make up artist (MUA). Sebagai petinju sekaligus MUA, Rahimi bersyukur karena dapat menutupi memar di wajah dengan keahliannya berias.
“Pada kejuaraan dunia tahun lalu di Turki, saya mengalami memar di sekitar mata saya,” katanya. “Tetapi saat saya selesai merias wajah, Anda tidak bisa mengetahuinya.”
Lalu, apakah Rahimi pernah menemukan kontradiksi antara mempercantik wajah dan membuat babak belur wajah lawan di ring tinju?
“Saya pernah berdebat dengan seorang gadis,” katanya. “Hidungnya patah, namun ia sudah mengalami masalah pernapasan, maka hal tersebut bukan disebabkan oleh kurangnya disiplin saya di atas ring. Saya merasa tidak enak dengan hal itu, meskipun dia sudah mempunyai masalah. Saya akhirnya merias wajahnya. Begitu hal itu terjadi, aku berkata, ‘Kamu datang ke studioku secara gratis’.”
Bakat Menurun dari Sang Ayah
Tina Rahimi berkompetisi di Olimpiade pada usia yang sama ayahnya, yaitu 27 tahun. Saat itu sang ayah dilarang mewakili Australia di olimpiade.
Ayah Rahimi, Michael Rahimi lahir di Iran dan sempat tinggal di Denmark, hingga akhirnya bermigrasi ke Australia.
Mantan juara gulat gaya bebas nasional di Iran dan Denmark, ia menjadikannya negara ketiga ketika ia memenangkan gelar 90kg di Australia pada tahun 1991.
Dia mengarahkan perhatiannya pada Olimpiade Barcelona tahun 1992, dengan mengatakan pada saat itu, “Saya sangat ingin mewakili Australia karena ini adalah negara multikultural dan ada orang-orang baik di sini.”
Namun, federasi gulat Australia hanya mengirimkan atletnya di kelas 68kg dan 74kg, sehingga Michael menurunkan berat badannya untuk mencoba divisi yang lebih rendah dan bergulat untuk kejuaraan Oseania di Samoa.
Namun seperti kejuaraan dunia dan Commonwealth Games sebelumnya, ia tidak dapat menarik sponsor untuk mendanai perjalanannya.
Meski gagal bertanding di Olimpiade, tetapi Michael Rahimi telah berhasil mengirim sang putri ke berbagai kejuaraan tinju hingga menggondol juara Oseania.
Satu-satunya hal yang serupa dengan era ayahnya adalah bahwa kualifikasi Olimpiade kini kembali melalui Oseania. Ini berbeda dengan satu dekade lalu di mana para petinju berkompetisi dengan atlet tinju terbaik di Asia.
(ori)