LANGIT7.ID-, Jakarta- - Resepsi pernikahan Pangeran Abdul Mateen dan Anisha Rosnah pada Ahad (14/1/2024) di Brunei Darussalam dihadiri jajaran tamu penting, salah satunya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Mendampingi Presiden Joko Widodo, Retno Marsudi hadir mengenakan kebaya janggan yang lekat dengan sosok Jeng Yah, tokoh fiksi di miniseri Gadis Kretek.
"Suatu kehormatan dapat hadir di perayaan pernikahan Pangeran Abdul Mateen @tmski Putera Sultan Brunei Darussalam dengan Anisha Rosnah binti Adam di Bandar Seri Begawan. Selain Presiden Widodo, hadir pula Yang Dipertuan Agong Malaysia, PM Malaysia, Presiden Filipina, PM Singapura dan Raja Bhutan," tulis Retno Marsudi di Instagram terverifikasi, dikutip Rabu (17/1/2024).
Melengkapi gaya elegannya, perempuan asal Semarang ini memadukan kebaya janggan warna hitam dengan kain batik yang dibentuk rok yang memberi khas perempuan Indonesia.
Baca juga:
Ikut Kajian Ustaz Hanan Attaki, Rebecca Klopper Akui Sempat Insecure Tanya Soal AgamaRetno Marsudi pun menambahkan bros emas yang disematkannya di bagian dada dan flatshoes hitam.
Bukan kali ini saja Retno Marsudi memasang kebaya janggan sebagai outfitnya di acara kenegaraan. Sebelumnya pada Desember lalu, Retno Marsudi mengenakan kebaya janggan hitam di acara penyerahan surat kepercayaan para duta besar sejumlah negara kepada Presiden Jokowi.
Kebaya janggan dipopulerkan oleh tokoh Dasiyah atau Jeng Yah di serial Gadis Kretek. Pada serial lima episode ini, Dian Sastro, yang memerakan Jeng Yah, mengenakan beberapa modifikasi Kebaya Janggan warna hitam dan putih.
Mengutip laman Tradisi Kebaya, kebaya janggan merupakan baju yang menyerupai surjan laki-laki tetapi kancing bajunya ada di bagian leher ke kiri bawah.
Khusus kebaya janggan, warna kain yang harus digunakan adalah hitam. Kebaya ini umumnya dikenakan oleh para perempuan berdarah biru atau bangsawan. Istri Pangeran Diponegoro, Ratna Ningsih yang selalu setia mendampingi beliau berperang melawan Belanda, kerap mengenakan kebaya model ini.
Janggan sendiri berasal dari kata “jangga” berarti leher, yang melukiskan ke-Ilahi-an, keindahan dan kesucian kaum perempuan keraton, dan perempuan Jawa pada umumnya.
Sementara warna hitam janggan menggambarkan karakter ketegasan, kesederhanaan, dan kedalaman, juga sifat keputrian yang suci dan bertakwa.
(ori)