LANGIT7.ID-, Jakarta- - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyebut berkali-kali nama eks Menteri Perdagangan, Thomas Lembong. Nama Tom Lembong disebut Gibran saat menanggapi ketidakpuasan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengenai bioregional.
Kemudian, wali kota Solo itu lagi-lagi menyebut Tom Lembong ketika menyinggung LFP (lithium ferro-posphate) ke Imin.
"Lithium ferro-phosphate, itu sering digaungkan Pak Tom Lembong itu," ucap Gibran dalam debat Pilpres tadi malam.
Karena disebut-sebut di acara tersebut, nama Tom Lembong kemudian menjadi buah bibir. Bahkan, di platform X, semula disebut Twitter, nama Tom Lembong mencokol sebagai trending topic.
Diketahui saat ini Tom Lembong merupakan timses dari pasangan capres cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Cak Imin atau AMIN. Tom adalah Wakil Ketua Tim Nasional (Timnas) AMIN.
Sebelumnya, Tom menjabat sebagai Menteri Perdagangan di kabinet Presiden Joko Widodo pada periode pemerintahan 2014-2019. Dia juga sempat menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) setelah posisinya sebagai Mendag digantikan Enggartiarto Lukito.
Selain diketahui sebagai sosok yang cerdas, Tom dikenal kalangannya begitu mengagumi Islam, meski dirinya seorang Nasrani.
Disiarkan lewat kanal Youtube Kasisolusi, Tom Lembong mengungkapkan awal menaruh rasa kagum pada Islam karena sejarahnya yang sangat berperan besar dalam ilmu pengetahuan.
Dia mengatakan sering memberi ucapan selamat di hari raya umat Islam seperti Idul Fitri.
"Nah ini kebetulan video ucapan yang saya buat untuk ucapan idul fitri tahun 2018, saya terangkan sebenarnya namanya ilmu atau sains, matematika, geografi, astrononomi, geometri, diselamatkan oleh umat
Islam," ujar Tom.
Tom menerangkan di abad 10 sampai 15, peradaban Islam membantu sekaligus penyelamat ilmu pengetahuan.
"Ilmu-ilmu dasar seperti halnya bikin peta itu diwujudkan oleh civilisasi Yunani, beberapa ratus tahun sebelum masehi, terus dikembangkan di Eropa," terangnya.
Kemudian, kata Tom, di abad ke-9 dimulai masa-masa gelap, di mana gereja Katolik menjadi sangat radikal. Tom pun menyontohkan satu tindakan radikal yang dilakukan yaitu melarang semua buku.
"Semua buku dibakar, yang hanya 1 buku yang diperbolehkan yaitu Alkitab. Bahkan ilmuwan-ilmuwan, bereksperimentasi dengan bahan kimia, malah dianggap penyihir dan bahkan dieksekusi. Itu berapa abad namanya masa gelap," sambung Tom menjelaskan.
Justru, lanjutnya, ilmu seperti matematika, geografi, astronomi, dan kedokteran diselamatkan oleh khalifah hingga Kesultanan Utsmaniyah.
"Mereka justru membudayakan cendekiawan-cendekiawan di berbagai ilmu. Makanya kalau kita belajar matematika seperti aljabar, itu kan ilmunya seorang cendekiawan bernama Al Jabar," lanjut Tom.
Selain itu, Tom juga menjelaskan bagaimana umat Islam menjadi pionir dalam vaksinasi. Hal ini dikarenakan umat Islam menggunakan fakta dan data dalam keilmuan.
"Saat itu penyakit yang paling mematikan adalah cacar. Mereka ambil air cacar, dalam gelembung, dan dimasukkan ke goresan luka pada orang sehat. Sehingga memicu sistem imun tubuh kita yang membikin antibodi. Ini pertama kali dipraktikkan di Istanbul, Turki," paparnya.
Bila merujuk dari laman MUI, tokoh Muslim Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi adalah orang yang pertama membicarakan penyakit cacar.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad.
Muhammad bin Zakariya ar-Razi dalam kitabnya Al-Judari wa Al-Hasbah, yang artinya ‘Penyakit Cacar dan Campak’, menulis secara rinci soal penyakit cacar (Smallpox) dan campak (Measles). Satu jenis penyakit atau wabah menular, ganas dan mematikan.
Imam ar-Razi menyebutkan bahwa, “Cacar (smallpox) muncul ketika darah terinfeksi dan mendidih, yang menyebabkan pelepasan uap. Pelepasan uap inilah yang menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung kecil berisi cairan darah yang matang.
Menariknya, kitab Al-Judari wa Al-Hasbah ini ditulis sekitar abad ke-9, hampir seribu tahun sebelum vaksin cacar dan campak ditemukan. Dan Al-Razi secara jelas mendeskripsikan bahwa penyakit ini menimbulkan wabah, menular lewat darah, dapat menyerang anak-anak maupun dewasa.
"Itu asal usul dari praktik vaksinasi yang kemudian menyelamatkan jutaan jiwa selama berabad-abad. Itu pertama kali dirintis oleh pedagang dan cendekiawan Muslim beberapa ratus tahun yang lalu," tukas Tom
(ori)